Home / Daerah / Bersama Pastikan Pariwisata Yogyakarta Tetap Istimewa

Bersama Pastikan Pariwisata Yogyakarta Tetap Istimewa

Yogyakarta (11/02/2025) REDAKSI17.COM– Media internasional The New York Times pada 20 Januari 2025 lalu menerbitkan artikel liputan langsung di DIY yang diberi judul ‘Never Heard of Yogyakarta? It Might Be the Center of the Universe’. Peliputan oleh Jurnalis New York Times, Scott Mowbray ini dilakukan untuk melihat langsung kondisi Yogyakarta usai penetapan Sumbu Filosofi oleh UNESCO sebagai warisan budaya.

Tak butuh waktu lama, artikel pada rubrik Travel itupun membuat Yogyakarta menjadi perhatian dunia. Mowbray bahkan menjuluki Yogyakarta sebagai pusat semesta, merujuk pada kekayaan budayanya yang tetap hidup di tengah perkembangan zaman.

Menanggapi artikel The New York Times, Sekretaris Daerah DIY, Beny Suharsono pada Senin (11/02) mengatakan, pengakuan internasional ini harus menjadi momentum untuk memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat Yogyakarta. Ia pun melihat peristiwa ini sebagai pengingat, bahwa pelestarian budaya harus berjalan seiring dengan adaptasi terhadap perkembangan zaman.

“Kami menyambut baik liputan ini karena semakin memperkenalkan Yogyakarta ke dunia. Namun, kebanggaan saja tidak cukup. Ini adalah kesempatan untuk memastikan bahwa pariwisata yang berkembang tetap berpijak pada nilai-nilai yang menjadikan Yogyakarta istimewa, mulai dari budaya yang hidup, komunitas yang erat, dan ekonomi yang inklusif bagi masyarakat lokal,” ujarnya.

Beny menekankan, artikel tersebut tidak hanya mengangkat daya tarik wisata Yogyakarta, tetapi juga menggali nilai-nilai tradisi yang tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Menurutnya, Yogyakarta selalu bergerak dalam harmoni antara masa lalu dan masa depan.

“Tradisi di sini bukan sekadar peninggalan, tetapi bagian dari kehidupan sehari-hari yang terus berkembang. Komunalitas yang kuat, rasa saling berbagi, serta keseimbangan antara budaya dan modernitas adalah kekuatan yang membuat kota ini tetap bernyawa,” imbuhnya.

Dalam artikelnya, jurnalis Scott Mowbray melakukan penelusuran berbagai aspek kehidupan di Yogyakarta, termasuk Sumbu Filosofi, yang baru saja ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Penelusuran Mowbray bahkan sampai pada dinamika kehidupan di kampung-kampung tradisional yang masih mempertahankan nuansa komunitas yang kuat.

Mowbray pun mengamati secara langsung bagaimana jalur kosmologis Yogyakarta yang menghubungkan Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Laut Selatan, mencerminkan keseimbangan spiritual dan budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad. Sepanjang penelusuran Sumbu Filosofi, Mowbray pun menyelami kehidupan sosial melalui kuliner dan seni.

Dari perjalanannya di Yogyakarta, hal pertama yang mencuri perhatian Mowbray adalah jumlah sepeda motor yang menurutnya sangat banyak. ‘Lautan skuter’ yang memadati Yogyakarta digambarkannya mampu membuat jalanan bergetar di kota yang dulunya dijuluki ‘kota sepeda’ ini. Selain jutaan sepeda motor, deretan warung atau kios makanan di pinggir jalan menjadi hal sangat menarik baginya.

“Saya mencicipi bakmi goreng di satu warung, kemudian ayam goreng kampung dengan sambal manis-pedas di tempat berikutnya. Untuk sarapan, pukul 7 pagi, saya menemukan warung Bu Sukardi, yang menyajikan wedang tahu, hidangan tahu lembut yang bergetar dalam air jahe pedas dan gula aren,” tulis Mowbray.

Selain kuliner, Mowbray juga mengunjungi beberapa situs kebudayaan menarik yang ada di kawasan Sumbu Fillosofi. Ia mengunjungi berbagai museum, salah satunya Museum Sonobudoyo, banyak galeri seni, sebuah pameran seni kontemporer tahunan yang besar, pasar pagi, serta kedai kopi yang tak terhitung jumlahnya.

Mowbray pun menyampaikan, Sumbu Filosofi sebagai kawasan yang kini terhimpit oleh kota modern, tampak sederhana, bahkan nyaris tersembunyi. DantTerakhir namun tak kalah penting, Mowbray menuliskan, “It’s Jogja’s universe, we just visit it.”

HUMAS DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *