Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan ambruk pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (7/5/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lalu rupiah kompak berada di area area zona negatif dengan penurunan cukup tajam.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada perdagangan hari ini. Hari ini menjadi hari terakhir perdagangan pasar keuangan RI pekan ini dikarenakan ada libur panjang cuti bersama pada Kamis juga juga Jumat untuk memperingati Hari Kenaikan Isa Almasih.
Pergerakan IHSG juga rupiah akan dipengaruhi oleh banyaknya data lalu rencana penting hari ini juga antisipasi data perekonomian pada Kamia kemudian Jumat. Selengkapnya mengenai sentimen juga proyeksi pasar hari ini bisa jadi jadi dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para pemodal juga dapat mengintip program lalu rilis data yang digunakan terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri kemudian luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (7/5/2024) IHSG ditutup melemah 0,17% dalam area level 7.123,61. Tercatat turnover IHSG berada di area dalam bilangan Rp10,85 triliun, turun dibandingkan pada perdagangan sebelumnya sebesar Rp11,65 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 19,34 miliar lembar, dimana 254 saham naik, 290 turun lalu 238 tidaklah berubah.
Penurunan IHSG didorong dari turunnya tujuh sektor, di dalam dalam mana saham-saham dengan kapitalisasi pasar yang digunakan besar turun berada pada tempat sektor keuangan kemudian teknologi.
Turunnya saham-saham big bank didorong aksi taking profit jelang libur panjang akhir pekan. Tercatat pada perdagangan Selasa (7/5/2024) saham BBRI, BBCA, BBNI, BRIS kemudian GOTO masuk dalam transaksi jualan oleh asing.
Selain itu, penurunan IHSG juga didorong oleh saham yang mana itu belum lama melakukan Initial Public Offering (IPO). Saham PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) yang mana melantai pada 16 April 2024 harus mencatatkan penurunan tajam selama empat hari beruntun sejak 2 Mei 2024.
Tercatat dalam sepekan saham ATLA telah lama diimplementasikan anjlok sebesar 60,76% hingga perdagangan kemarin Selasa (7/5/2024) kemudian mendarat pada level Rp113 per saham. ATLA merupakan penyedia layanan juga juga teknologi yang tersebut hal tersebut bergerak dalam bidang survei serta layanan untuk perusahaan energi.
IHSG pada perdagangan kemarin Selasa (7/5/2024) juga kedatangan saham IPO yang dimaksud itu baru belaka melantai yakni PT Remala Abadi Tbk (DATA). Pada perdagangan hari perdananya, Saham DATA mampu mencatatkan Auto Rejection Atas (ARA) sebesar 34,04% serta berada di tempat dalam level Rp252 per saham. Saham DATA merupakan perusahaan yang digunakan digunakan bergerak pada bidang telekomunikasi untuk melayani kebutuhan akses internet hingga Network & IT Solution.
Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, pada perdagangan Selasa (7/5/2024) rupiah masih bertahan dalam level psikologis Rp16.000/US$1, serta harus mengakhiri masa penguatan tiga hari beruntun pada perdagangan sebelumnya. Rupiah harus ditutup melemah 0,12% terhadap dolar AS dalam posisi Rp16.040/US$1. Hal ini mematahkan tren penguatan rupiah tiga hari beruntun.
Pasca Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data pertumbuhan dunia usaha yang dimaksud itu berada dalam dalam atas ekspektasi pasar, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai pertumbuhan perekonomian kuartal pertama tahun 2024 sebesar 5,11% yoy ternyata belum maksimal. Mesin pertumbuhan perekonomian diyakini masih dapat menghasilkan pertumbuhan yang digunakan tambahan tinggi.
Ajib Hamdani, Analis Kebijakan Ekonomi Apindo, mengatakan pertumbuhan 5,11% belum maksimal sebab pada rentang masa ini, terjadi fluktuasi inflasi yang dimaksud memberikan tekanan terhadap daya beli masyarakat.
Selanjutnya, dia menilai dibutuhkan insentif moneter, insentif fiskal, maupun regulasi yang tersebut digunakan pro dengan pertumbuhan serta juga pro dengan pemerataan. Dalam konteks moneter, tingkat suku bunga acuan yang dimaksud mana dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) sebesar 6,25% cenderung bukan ideal lalu memerlukan penyesuaian.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun kembali melemah 0,22% pada level 6.916% pada perdagangan Selasa (7/5/2024). Hal ini menjadikan penurunan empat hari beruntun. Imbal hasil obligasi yang mana melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali mengumpulkan surat berharga negara (SBN).