Home / Ekobis / BI Rate Naik Saat Masyarakat Tahan Belanja, Apa Jadinya Ekonomi RI?

BI Rate Naik Saat Masyarakat Tahan Belanja, Apa Jadinya Ekonomi RI?

BI Rate Naik Saat Masyarakat Tahan Belanja, Apa Jadinya Ekonomi RI?

Jakarta,REDAKSI17.COM   – Kecenderungan konsumsi umum Indonesia belum optimal, di tempat tempat tengah besarnya keresahan pelaku dunia bisnis terhadap kemungkinan naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate pada bulan ini.

Data indeks keyakinan konsumen atau IKK sebelum Lebaran 2024 bahkan masih lebih besar lanjut rendah jika dibandingkan dengan periode masa pra-Lebaran saat 2018. Kala itu Pandemi Covid-19 belum merebak pada area Indonesia juga juga pada 2024 masa pandemi juga sudah terjadi berakhir dikarenakan sudah terjadi dicabut statusnya oleh Presiden Joko Widodo pada Juni 2023.

Berdasarkan catatan BI, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Maret 2024 atau bulan sebelum Lebaran tahun ini sebesar 123,8, juga cuma naik 0,7 poin dari bulan sebelumnya. Sedangkan, saat bulan sebelum Lebaran pada 2018, yakni Mei, nomor indeksnya mencapai 125,1.

Kalangan ekonom perbankan pun memperkirakan kegiatan ekonomi Indonesia dapat tertekan bila Bank Indonesia memaksakan menaikkan BI Rate pada bulan ini, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah yang tengah melemah di tempat area kisaran atas Rp 16.200/US$.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, seandainya BI menaikkan suku bunga acuan maka akan berdampak pada kenaikan cost of borrowing yang mana yang selanjutnya akan mempengaruhi sektor sektor ekonomi domestik baik konsumsi rumah tangga serta investasi. Pertumbuhan kegiatan perekonomian 2024 ia perkirakan bisa jadi sekadar terus stagnan dalam kisaran 5%.

“Naiknya BI-rate dapat bertransmisi ke kenaikan suku bunga kredit, sehingga meningkatkan borrowing cost yang digunakan berujung pada tertahannya kemungkinan pertumbuhan sektor sektor ekonomi Indonesia,” ucap Josua kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (24/4/2024).

Oleh sebab itu, Josua menilai, hasil rapat dewan gubernur (RDG) BI pada April 2024, yang digunakan hal itu akan diumumkan siang ini oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, masih akan menghasilkan ditahannya BI-Rate pada level 6%.

Terutama akibat pelemahan rupiah saat ini tambahan disebabkan data-data indikator sektor perekonomian AS yang digunakan hal tersebut masih solid, sehingga ruang pemotongan suku bunga kebijakan the Fed bergeser dari Juni 2024 ke September 2024.

Selain itu, juga disebabkan faktor musiman, yakni pembayaran dividen lalu juga kupon ke non-resident serta pembayaran pokok utang luar negeri yang dimaksud yang disebut akan meningkat serta mencapai puncaknya setiap kuartal kedua tiap tahun.

“Untuk menahan pelemahan Rupiah lebih besar banyak lanjut, sebenarnya BI masih mempunyai amunisi yang mana cukup banyak atau kuat, didukung oleh cadangan devisa yang tersebut masih terbilang relatif tinggi, sehingga BI masih mampu masuk juga melakukan intervensi pada pasar valuta asing,” tegas Josua.

Ekonom Makroekonomi kemudian Pasar Keuangan Lembaga Penyelidikan Ekonomi kemudian Masyarakat Fakultas Ekonomi juga Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky juga miliki pandangan yang mana digunakan serupa dengan Josua. Ia menganggap, yang dimaksud saat ini harus dilaksanakan BI adalah mempertahankan BI Rate.

“Menaikkan suku bunga akan meningkatkan biaya pinjaman lalu berdampak negatif terhadap sektor riil. Sehingga, peningkatan BI Rate dapat dipertimbangkan sebagai opsi terakhir menimbang kemungkinan risiko domestik yang tersebut yang akan muncul. Menimbang berbagai hal tersebut, kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di dalam area 6,00% saat ini,” tutur Riefky.

Ia pun menganggap, keputusan menaikkan BI Rate bukanlah langkah ideal yang dimaksud perlu diambil saat ini. Ini lantaran dalam beberapa hari terakhir, rupiah menurutnya mulai stabil pada level kenormalan baru yaitu sekitar Rp 16.200/US$ seiring dengan sentiment ‘high-for-longer’ yang mana hal itu sudah mulai termaterialisasi serta juga belum adanya eskalasi lebih banyak tinggi lanjut dari konflik pada Timur Tengah.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *