Home / Politik / Blusukan ke Pasar di Serang, Siti Atikoh Ganjar Temukan Harga Cabai Masih Pedas!

Blusukan ke Pasar di Serang, Siti Atikoh Ganjar Temukan Harga Cabai Masih Pedas!

Blusukan ke Pasar di dalam Serang, Siti Atikoh Ganjar Temukan Harga Cabai Masih Pedas!
Banten, REDAKSI17.COM – calon presiden nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti melakukan blusukan ke Pasar Rau, Kota Serang, Banten, Senin (11/12/2023). Atikoh coba mengecek harga jual beberapa jumlah material pokok salah satunya tarif cabai.

Berdasarkan pantauan awak media Atikoh tiba melakukan blusukan di dalam Pasar Rau mulai pukul 07.50 WIB.

Ia langsung mendatangi penjual-penjual yang tersebut menjajakan dagangannya di dalam lokasi.

Atikoh lantas tak ragu untuk membuka dialog atau interaksi dengan banyak penjual yang disinggahinya. Salah satunya Atikoh coba berinteraksi dengan banyak penjual cabai yang digunakan ada di dalam Pasar Rau ini.

“Ini cabai sekarang harga jual berapa per kilo?,” tanya Atikoh.

“Sekarang Rp 100 ribu per kilonya bu,” jawab dalam pedang cabai.

Atikoh lantas mengatakan, jika nilai tukar cabai di dalam pasar ini memang relatif berbeda dari yang digunakan ia ketahui sebelumnya. Ia sebelumnya mengetahui jika harga jual cabai sedang tinggi yakni Rp130 ribu per kilo.

“Kemarin (harga) bisa saja sampai Rp 130 ribu per kilo,” kata Atikoh.

Tak hanya sekali satu pedagang, ia menemui peniaga cabai lainnya pada pasar ini. Ia kembali bertanya mengenai harganya.

Menurutnya, tarif cabai dalam Pasar Rau ini kurang lebih lanjut masih relatif sejenis tinggi dengan di dalam daerah lainnya.

“(Harganya di tempat banding pasar lain) hampir sama, kemarin di tempat Jogja Rp130 ribu (perkilo) dalam di lokasi ini juga Rp130 ribu, kemudian cabai keriting ini juga sama,” ujar Atikoh.

Ia pun berkesimpulan jika nilai cabai di dalam beberapa wilayah masih tinggi.

“Iya masih tinggi tapi harganya tak terlalu jomplang dari harganya yang digunakan satu dengan pasar yang mana lain,” tuturnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, jika dalam hal ini sebenarnya terjadi dilema, pada mana kalau harga jual tinggi petani senang tapi konsumen menjerit. Ia pun berharap ke depan mampu ada solusinya.

“Ada dua ini sih ya, dalam satu sisi petani senang tapi konsumennya kasian, cuman harus ada intervensi dari pemerintah ketika tarif rendah itu hasil petani dapat ditampung kemudian nanti dikeluarkan ketika harganya itu tinggi,” katanya.

“Juga kayak kemarin kayak bawang merah kasian sekali yang musim sebelumnya bulan September Rp 18 ribu tapi dijual semata-mata R p8 ribu jadi ruginya banyak banget, tapi ketika nilai tukar tinggi mereka untung tapi konsumennya kasian, jadi dua duanya saling menguntungkan. Kalau biaya stabil inshaallah akan menguntungkan juga,” sambungnya.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *