Jakarta,REDAKSI17.COM – Industri asuransi jiwa menjadi salah satu ‘investor’ besar pada pasar modal. Sebagian besar investasinya ditaruh pada reksadana juga saham.
Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa (AAJI) Budi Tampubolon mengatakan, dari sebanyak 60 perusahaan asuransi jiwa terkumpul sekitar Rp 537 triliun aset investasi.
Dari capaian tersebut, tambahan dari Rp 200 triliunnya diinvestasikan dalam bentuk obligasi atau sukuk, baik punya pemerintah maupun swasta.
Kemudian, aset penyertaan modal gabungan reksadana serta saham tercatat sebanyak lebih banyak banyak dari Rp 300 triliun. Reksadana dapat berbentuk fixed income atau ekuitas.
“Perusahaan asuransi adalah pemodal yang mana long term, kami tidaklah actively di dalam tempat market, sebab jangka waktu pengerjaan kegiatan ekonomi kami jangka panjang,” kata Budi pada Jakarta, Rabu, (25/10/2023).
Yang namanya investasi, pasti mengalami up trend serta juga down trend. Lebih jauh, Budi pun menjelaskan strategi investasi modal yang hal tersebut umum digunakan perusahaan asuransi ketika pasar sedang melemah.
Budi mengaku, ketika pasar modal atau IHSG misalnya, sedang dalam posisi pelemahan, maka pendapatan perkembangan kegiatan ekonomi perusahaan asuransi jiwa juga turun dengan persentase yang mana dimaksud sama. Misalnya, jika pasar turun 13%, maka pendapatan penyelenggaraan ekonomi asuransi juga drop sekitar 11%-14%.
“Ketika market drop kami tak pull out, bayangkan kalau Rp300 triliun terlibat pull out dari bursa dropnya sedalam apa lagi?,” papar Budi.
Diketahui, perusahaan asuransi menerapkan prinsip liabillity driven investment. Suatu perusahaan harus menyesuaikan perkembangan sektor ekonomi dengan durasi jatuh tempo nasabahnya. Sehingga pada saat jatuh tempo klaim, perusahaan sanggup membayarnya.
