Jakarta,REDAKSI17.COM – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terus mengupayakan likuiditas serta penyaluran kreditnya pada tengah kondisi suku bunga yang tersebut mana tinggi. Namun, dengan kontribusi kredit UMKM yang dimaksud besar, BRI menghadapi beberapa tantangan.
Direktur Utama BRI Sunarso, menyampaikan bahwa selama ini kredit BRI ditopang oleh segmen Usaha Mikro, Kecil, kemudian Menengah (UMKM) dengan kontribusi lebih tinggi tinggi dari 80%. Menurut Sunarso, dua faktor utama yang tersebut menjadi pendorong permintaan kredit pada segmen UMKM adalah konsumsi rumah tangga kemudian daya beli masyarakat.
“Apabila dua faktor ini mengalami pelemahan, maka permintaan kredit dalam tempat UMKM praktis melemah. Jika dipaksakan untuk tumbuh terlalu agresif, kualitas kredit mampu terdampak negatif,” jelas Sunarso dalam siaran CNBC Indonesia, Kamis, (30/5/2024).
Meski masih tetap fokus pada UMKM, Sunarso tak menyangkal pertumbuhannya sekarang ini tidaklah dapat hanya terlalu agresif sebab hambatan daya beli masyarakat juga konsumsi rumah tangga yang mana dimaksud masih lemah.
Sunarso menekankan bahwa meskipun fokus utama tetap pada UMKM, BRI mungkin akan sedikit menggeser fokus ke segmen menengah untuk menjaga pertumbuhan yang dimaksud berkelanjutan.
“Kami melakukan penyesuaian agar tetap tumbuh secara berkelanjutan juga juga menjaga profitabilitas di tempat tempat tengah tantangan dunia bidang usaha yang dimaksud ada,” tutupnya.
Kedepan, BRI menargetkan pertumbuhan kredit antara 10-12%, dengan net interest margin (NIM) pada kisaran 7,6-8%. Selain itu, cost of credit akan dijaga maksimal 3%, lalu juga Non-Performing Loan (NPL) pada tempat bawah 3%.
Untuk efisiensi, cost to income ratio yang yang disebut sebelumnya dalam atas 40%, berhasil ditekan menjadi 37% pada kuartal pertama tahun ini. BRI menargetkan cost to income ratio pada level 41-42% secara konsolidasi.