UMBULHARJO,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mengingatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap potensi cuaca ekstrem pada musim hujan. Masyarakat diharapkan melakukan berbagai antisipasi untuk mencegah dampak bencana dari cuaca ekstrem. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta siaga 24 jam untuk memantau kondisi, terutama sungai terkait potensi banjir. Pemkot Yogyakarta juga akan mengadakan giat apel siaga dan deklarasi Jogja Menuju Tangguh Bencana pada 30 Oktober 2025.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Yogyakarta Nur Hidayat mengatakan menghadapi cuaca ekstrem salah satu yang dapat dilakukan adalah mengantisipasi adanya dampak risiko bencana yaitu banjir, pohon tumbang, atap rumah roboh dan genangan air. Dampak itu menurutnya sering terjadi di wilayah Kota Yogyakarta saat terjadi cuaca ekstrem.
“Mulai bulan Oktober ternyata sudah setiap hari hujan. Hujannya fluktuatif kadang deras dan tidak. Oleh karena itu pesan kepada masyarakat kami mengimbau kesiapsiagaan tetap terus konsisten dipertahankan,” kata Nur Hidayat saat jumpa pers terkait giat apel siaga dan deklarasi menuju Jogja Tangguh Bencana, Rabu (29/10/2025).
Dia menuturkan untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem itu masyarakat diharapkan melakukan kerja bakti seperti membersihkan selokan atau saluran air hujan di kampung-kampung. Termasuk memangkas sebagian pohon yang rimbun dan lapuk untuk mencegah potensi pohon tumbang. Pihaknya menilai kegiatan bersih-bersih sungai dan perbaikan rumah tidak layak huni yang digencarkan Pemkot Yogyakarta juga berperan mencegah dampak risiko dari cuaca ekstrem .
“Kegiatan Pak Wali sudah membantu tugas kami dengan kegiatan bersih-bersih kali itu juga mencegah banjir. Bedah rumah juga mengantisipasi supaya tidak roboh,” tambahnya.
Pihaknya mengakui ada potensi sungai banjir saat cuaca hujan ekstrem. BPBD Kota Yogyakarta memantau 24 jam kondisi sungai. Dia menjelaskan alat telemetri sudah dipasang di Sungai Gajah Wong, Code dan Winongo serta hulu sungai di Ngentak Sleman untuk memantau debit dan ketinggian air sungai. Nur menjelaskan jika ketinggian air sungai di atas atau hulu sudah 2 meter dan Kota Yogya hujan biasanya terjadi banjir. Lalu sirine alat peringatan dini berbunyi dan diinformasikan kepada masyarakat.
Meski kondisi hujan setiap hari, namun Pemkot Yogyakarta belum menetapkan status siaga bencana cuaca ekstrim. Dia menyatakan BPBD Kota Yogyakarta kemarin baru mengkaji terkait penetapan status siaga darurat bencana. Termasuk berkoordinasi dengan DIY. Namun kondisinya dirasa masih bisa diantisipasi sehingga belum perlu adanya penetapan status siaga
“Tapi kesiapsiagaan itu tetap kita sampaikan. Kita sudah membuat edaran ke KTB (Kampung Tangguh Bencana). Oleh karena itu yang terpenting adalah kesiapsiagaan diri. Kenali risiko yang ada, ancaman yang ada di sekitar kita dan jaga keselamatan jiwa,” paparnya.
Nur menyebut Pemkot Yogyakarta bersama seluruh unsur pentahelix pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media akan menggelar apel dan Deklarasi Menuju Jogja Tangguh Bencana pada Rabu (30/10/2025). Deklarasi itu adalah puncak rangkaian peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) 2025. Melalui kegiatan deklarasi ini, Pemkot menegaskan bahwa ketangguhan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah semata. Diharapkan melalui deklarasi itu terbangun sinergi kuat antar unsur pentahelix dalam penanggulangan bencana.
Sementara itu Ketua Forum Tangguh Bencana Kota Yogyakarta Tri Handoko menyampaikan KTB sudah dibentuk di 169 kampung atau seluruh kampung di Kota Yogyakarta. Kepengurusan tiap KTB ada 30 personel. KTB Kota Yogyakarta mendukung kegiatan pengurangan risiko bencana di Kota Yogyakarta seperti giat apel siaga dan deklarsi Jogja Menuju Tangguh Bencana.
“Semuanya (KTB) sudah mendapatkan pelatihan-pelatihan baik tingkat dasar, penyelamatan sampai logistik. Komunikasi dengan alat radio komunikasi, senso dan tali temali. Kami juga sudah simulasikan (bencana) di tiap kampung, sehingga apa, siapa berbuat apa itu sudah disimulasikan sesuai ancaman (bencana) di masing-masing kampung,” tandas Handoko.


