Home / Ekobis / Buat Pelaku Pasar, Cek Sejumlah Sentimen Ini di Pekan Depan

Buat Pelaku Pasar, Cek Sejumlah Sentimen Ini di Pekan Depan

Buat Pelaku Pasar, Cek Sejumlah Sentimen Ini di dalam Pekan Depan

Jakarta,REDAKSI17.COM – Beberapa data perekonomian serta jadwal cukup penting akan dirilis serta digelar pada pekan depan, sehingga pelaku pasar perlu mencermatinya.

Dimulai Senin, dari Indonesia sendiri, data neraca perdagangan pada periode September 2023 akan dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Konsensus pasar yang dimaksud dihimpun CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada September 2023 akan mencapai US$ 2,27 miliar.

Surplus hal itu lebih tinggi banyak rendah dibandingkan Agustus 2023 yang digunakan digunakan mencapai US$ 3,12 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 41 bulan beruntun.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 23,5% (year-on-year/yoy), sementara impor diprediksi terkoreksi 3,3% (yoy) pada September 2023.

Sebagai catatan, nilai ekspor Agustus 2023 terkoreksi 21,2% (yoy), tetapi naik 5,5% (month-to-month/mtm) menjadi US$ 22 miliar. Impor terkontraksi 14,8 (yoy) juga juga turun 3,5% (mtm) menjadi US$ 18,88 miliar. Ekspor diperkirakan melandai pada September 2023 seiring dengan melambatnya tarif komoditas serta perekonomian dalam area negara mitra dagang, terutama dari China.

Sementara itu, dunia usaha mitra dagang utama Indonesia, terutama China terus melandai.

China melaporkan penurunan ekspor yang hal itu lebih besar tinggi kecil dari perkiraan pada September 2023 menurut data bea cukai yang tersebut digunakan dirilis Jumat lalu. Dalam dolar AS, ekspor terkoreksi 6,2% (yoy) pada September. Angka itu kurang dari perkiraan koreksi sebesar 7,6% yang tersebut digunakan diprakirakan oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters.

Infografis, Pergerakan Grafik Nilai Rupiah SepekanFoto: Infografis/ Pergerakan Rupiah Sepekan/ Edward Ricardo Sianturi
Infografis, Pergerakan Grafik Nilai Rupiah Sepekan

Impor juga terkontraksi sebesar 6,2% (yoy) pada September 2023 – sedikit lebih besar banyak besar dari kontraksi sebesar 6% yang digunakan mana diperkirakan oleh jajak pendapat Reuters.

Perdagangan China merosot tahun ini dalam area tengah lesunya permintaan global terhadap barang-barang China dan juga juga melemahnya permintaan domestik.Pemulihan negara dari pandemi ini melambat dalam beberapa bulan terakhir, terseret oleh kemerosotan besar-besaran pada sektor real estate.

Biro Statistik Nasional (NBS) melaporkan pada Jumat lalu mengumumkan indeks nilai tukar konsumen untuk September ada pada dalam nomor 0% (yoy), pada bawah estimasi median kenaikan 0,2% dalam jajak pendapat Reuters. Inflasi bahkan lebih lanjut banyak rendah dibandingkan yang tersebut yang disebut tercatat pada Agustus 2023 yang dimaksud digunakan tercatat 0,1%.

Data BPS menunjukkan ekspor ke China masih naik 9,36% (mtm) pada Agustus 2023 menjadi Rp 5,38 miliar. Secara kumulatif, ekspor non-migas Indonesia ke Tiongkok juga naik 3,02% menjadi US$ 40,22 miliar.

Namun, bila dibandingkan pada tahun lalu maka angkanya sangat jauh. Ekspor non-migas ke Beijing melonjak 30% pada Januari-Agustus 2022.

Kemudian pada Selasa, data dunia perniagaan yang tersebut dimaksud akan dirilis mulai dari data tingkat pengangguran Inggris periode September 2023, hingga data pemasaran ritel Amerika Serikat (AS) periode September 2023.

Dari Inggris, konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan tingkat pengangguran pada bulan lalu masih akan cenderung stabil di tempat tempat 4,3%.

Sedangkan dari AS, transaksi jual beli ritel pada bulan lalu diprediksi turun menjadi 1,5% secara tahunan (yoy).

Selanjutnya pada Rabu pekan depan, China akan merilis beberapa data ekonomi, mulai dari data pertumbuhan kegiatan ekonomi atau item domestik bruto (PDB) periode kuartal III-2023, data produksi industri periode September 2023, data jualan ritel periode September 2023, serta data tingkat pengangguran periode September 2023.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan PDB Negeri Panda pada kuartal III-2023 akan kembali melambat menjadi 4,4% secara tahunan (yoy). Padahal pada kuartal II-2023, PDB China sempat tumbuh 6,3%.

Adapun dalam periode bulanan, PDB China diprediksi tumbuh 1% (mtm) pada kuartal III-2023.

Sedangkan, perdagangan ritel China diprediksi sedikit melambat menjadi 4,5% pada September 2023.

Hingga pada masa saat ini belum juga ada kabar positif dari Negeri Tirai Bambu. Data kegiatan ekonomi belum juga menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang digunakan kuat.

Sebagaimana diketahui, China sudah pernah lama menjadi mesin pertumbuhan global. Namun dalam beberapa waktu terakhir, perekonomian salah satu negara adidaya ini melambat, menciptakan khawatir banyak pihak.

Jika perekonomian China kembali melambat, maka hal ini menjadi sentimen negatif yang dimaksud dimaksud dapat berimbas ke pasar keuangan global, terutama pada China lalu kawasan Asia-Pasifik.

Pada Kamis pekan depan, ada rencana cukup penting dari Indonesia yakni keputusan suku bunga terbaru Bank Indonesia (BI). BI saat ini tengah menghadapi dilema yang tersebut dimaksud kuat seiring menunggu arah kebijakan suku bunga The Fed pada awal November 2023 mendatang.

Di satu sisi, BI juga perlu menyiapkan ‘amunisi’ untuk membendung pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang digunakan digunakan semakin mengkhawatirkan.

Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan BI akan kembali menahan suku bunga acuannya pada pekan depan pada area level 5,75%. Jika prediksi yang digunakan benar, maka BI sudah menahan suku bunga acuannya selama sembilan bulan beruntun. Adapun BI mulai menahan suku bunga acuannya pada Januari 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

 

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *