Home / Daerah / Budaya Bukan Sekadar Warisan, tetapi Pilar Wellness Masa Kini

Budaya Bukan Sekadar Warisan, tetapi Pilar Wellness Masa Kini

Yogyakarta (27/11/2025) REDAKSI17.COM – Seminar Catur Sagatra 2025 menegaskan pentingnya budaya sebagai kekuatan strategis dalam membangun kesejahteraan masyarakat. Dalam forum ini, Sekretaris Daerah DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti menekankan bahwa nilai-nilai budaya bukan hanya warisan historis, tetapi dapat menjadi pilar utama dalam merumuskan kebijakan wellness berbasis budaya di era modern.
Seminar yang mengusung tema ‘Kalyana: Olah Pikir – Olah Raga – Olah Jiwa’ tersebut, menghadirkan  narasumber dari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, Karaton Surakarta Hadiningrat, Kadipaten Pakualaman dan Kadipaten Mangkunegaran. Serta, diikuti oleh para budayawan, akademisi, dan tamu undangan yang  berlangsung di Mustika Yogyakarta Resort & Spa, Kamis (27/11).
Dalam sambutannya, Ni Made menegaskan bahwa pembahasan wellness tidak dapat dilepaskan dari dimensi budaya. Budaya tidak hanya dipahami sebagai tradisi, namun sebagai aset pembangunan, pendorong inovasi sosial, dan instrumen peningkatan kesejahteraan manusia.
“Hari ini, kita tidak hanya membicarakan budaya dalam konteks tradisi, tetapi budaya dalam pengertian strategis: sebagai aset pembangunan, pendorong inovasi sosial, dan instrumen peningkatan kesejahteraan manusia. Mengundang kita untuk melihat bahwa kesejahteraan bukan sekadar kesehatan fisik dan material, melainkan kapabilitas multidimensional,” ujar Ni Made.
Sekda DIY juga menyoroti penelitian terbaru yang menunjukkan bahwa karakter budaya dapat menjelaskan hingga 26% variasi pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) antar negara. “Artinya, budaya bukan sekadar konteks, tetapi variabel independen yang memengaruhi keberhasilan pembangunan,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa keterlibatan masyarakat dalam aktivitas budaya terbukti meningkatkan kesehatan mental, memperkuat resiliensi sosial, dan mendukung pencapaian SDG 3 dan SDG 16. Ni Made turut menekankan bahwa falsafah Kalyana dan Hamemayu Hayuning Bawana memiliki relevansi kuat dalam pendekatan wellness masa kini.
“Nilai Hamemayu Hayuning Bawana, yakni komitmen untuk memperindah, merawat, dan menjaga keseimbangan dunia. Merupakan kerangka etik, yang selaras dengan konsep well-being ecosystem, dalam literatur kebijakan publik modern,” tuturnya.
Dalam konteks empat Keraton Mataram, Sekda DIY menyebut nilai-nilai budaya sebagai social capital yang sangat berharga. Modal budaya tersebut dapat dioptimalkan dalam berbagai agenda strategis, seperti literasi budaya, manajemen kesehatan mental, regenerasi seni tradisi, hingga pengembangan pariwisata berbasis pengalaman.
“Karena itu, seminar ini, berpotensi menjadi forum untuk merumuskan kebijakan wellness berbasis budaya (culture-driven wellness policy). Ruang ini, memungkinkan kita mengevaluasi bagaimana seni, ritual, dan kearifan lokal dapat menjadi intervensi kebijakan yang terukur, bukan sekadar simbolik,” tambahnya.
Lebih lanjut, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi menegaskan bahwa penyelenggaraan Seminar Catur Sagatra merupakan kehormatan sekaligus penguat semangat untuk menjaga keberlanjutan tradisi Mataram Islam. “Suatu kehormatan yang besar bagi kami, serta menjadi peneguh semangat bersama dalam menjaga keberlanjutan nilai, tradisi dan kebudayaan Mataram Islam,” ujar Dian.
Ia juga menegaskan bahwa nilai Kalyana dan ajaran Hamemayu Hayuning Bawana merupakan pedoman penting dalam menjaga keharmonisan manusia dengan alam serta keteduhan batin. “Nilai kalyana menegaskan pentingnya kebajikan dan keteduhan batin, sedangkan ajaran Hamemayu Hayuning Bawana mengingatkan manusia untuk selalu menjaga keharmonisan hidup dan alam semesta,” tambahnya.
Dian mengungkapkan bahwa kegiatan ini sengaja dirancang sebagai ruang silaturahmi sekaligus dialog budaya lintas istana. “Seminar ini kami selenggarakan dengan tujuan untuk membuka ruang silaturahmi, dialog budaya antar 4 istana trah Mataram Islam serta meneguhkan Catur Sagatra sebagai wahana kolaborasi yang setara, reflektif, dan edukatif,” ujarnya.
Ia juga menyebut bahwa seminar ini membuka peluang bagi masyarakat untuk memahami seni dan tradisi sebagai sarana cultural healing atau penyembuhan batin melalui praktik kebudayaan. Dian pun berharap kegiatan ini dapat memperkokoh kesadaran masyarakat tentang pentingnya nilai budaya sebagai jalan menuju keseimbangan hidup.
“Semoga Seminar Catur Sagatra 2025 membawa manfaat, memperkokoh harmoni dan silaturahmi. Serta, menumbuhkan kesadaran bersama tentang pentingnya nilai budaya sebagai jalan menuju keseimbangan hidup,” tutupnya.
HUMAS PEMDA DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *