Jakarta,REDAKSI17.COM – Dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini mengalami lonjakan yang mana mana sangat signifikan. Kendati apresiasi yang tersebut mana terjadi pada dolar AS, namun mata uang terkuat di area dalam dunia bukanlah dolar AS.
Dilansir dari Refinitiv pada 12 April 2024, dolar AS (DXY) ditutup di area dalam bilangan 106,04 atau naik 0,72%. Posisi ini merupakan yang tersebut hal tersebut tertinggi sejak 2 November 2023 atau sekitar lima bulan terakhir.
Hal ini terjadi di tempat area tengah data perekonomian AS yang tersebut dimaksud kembali terpantau mengalami penguatan termasuk data ketenagakerjaan lalu data inflasi.
Pada 5 April 2024, Departemen Tenaga Kerja melaporkan nonfarm payrolls (NFP) meningkat sebesar 303.000 pekerjaan pada Maret lalu dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan sebesar 200.000, menurut para ekonom yang tersebut disurvei oleh Reuters.
Sementara untuk tingkat pengangguran pada Maret lalu berada dalam area hitungan 3,8% dibandingkan dengan ekspektasi bahwa bilangan bulat yang dimaksud akan tetap stabil di tempat tempat bilangan bulat 3,9%, sementara upah rata-rata yang mana yang diperoleh naik 0,3% setiap bulan, sejalan dengan perkiraan.
Hal ini diikuti dengan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) naik setelah data yang digunakan disebut dirilis.YieldTreasury acuan tenor 10 tahun bertahan di dalam tempat 4,365% pada saat itu kemudian juga terus mengalami kenaikan hingga 4,517% pada 12 April 2024.
Lebih lanjut, data inflasi AS juga masih cukup tinggi serta tak sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar.
Inflasi headline AS secara tahunan (year on year/yoy) lebih lanjut lanjut panas dari perkiraan menyentuh 3,5% yoy pada Maret 2024. Pada bulan sebelumnya, inflasi AS berada di dalam dalam 3,4% yoy.
Begitu pula dengan inflasi inti yang mana hal tersebut lebih banyak tinggi panas dari konsensus yang digunakan memperkirakan nomor 3,7% yoy. Namun kenyataannya mencapai 3,8% yoy pada Maret 2024, sebanding seperti bulan sebelumnya.
Kedua data hal itu menyebabkan kemungkinan pemangkasan suku bunga bank sentral AS (The Fed) semakin kecil.
Survei CME FedWatch Tool menunjukkan justru pertemuan Mei juga Juni diperkirakan The Fed bukan akan memangkas suku bunganya. Hal ini memproduksi DXY akan semakin perkasa ke depannya.
Di tengah DXY yang mana mana mengalami apresiasi, namun terdapat sembilan mata uang lainnya yang digunakan jika dibandingkan terhadap dolar AS, tergolong lebih banyak besar kuat.
Mata uang terkuat di area dalam dunia yakni dinar Kuwait, disusul oleh dinar Bahrain, serta juga dalam posisi ketiga ditempati oleh riyal Omani.
Dinar Kuwait dianggap sebagai mata uang termahal di dalam tempat dunia dikarenakan cadangan minyak yang tersebut besar juga statusnya sebagai negara pengekspor minyak utama. Nilai dinar erat kaitannya dengan nilai tukar minyak yang digunakan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara mata uang lainnya yang mana masuk ke dalam 10 besar mata uang termahal dalam dalam dunia seperti franc Swiss, Euro, hingga dolar AS diminati oleh pemodal sebab merupakan aset safe haven khususnya di tempat tempat tengah ketidakpastian dunia bidang usaha global.
CNBC INDONESIA RESEARCH





