Jakarta,REDAKSI17.COM – Pemerintah Indonesia saat ini ingin fokus mengembangkan industri pertahanan sebagai industri unggulan untuk keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap juga menjadi negara maju pada 2045.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan, langkah ini ditempuh sebab hingga saat ini belum ada industri swasta yang dimaksud mana mampu menghasilkan komoditas bernilai tambah tinggi, seperti negara-negara lain yang digunakan hal tersebut berhasil keluar dari middle income trap.
Korea Selatan misalnya, kata dia mengandalkan industri ponsel atau gadget, juga otomotif untuk keluar dari middle income trap, begitu juga dengan Jepang lalu China. Sedangkan, Indonesia hingga pada masa saat ini pun industrinya masih menghasilkan hasil jasa ketimbang barang jadi bernilai tambah tinggi juga kompleks.
“Enterpreneur pada dalam kita dagang, trader, enggak ada maker, itu enggak ada, sedikit. Begitu kita dibilang hebat masuk digital, kita belaka bikin apa? media market place, thats it’s, kita enggak bikin produknya, enggak bikin goodsnya, enggak ada, services aja,” kata Suharso saat ditemui pada kantornya, Jakarta, Senin (20/11/2023).
Demikian juga dengan industri yang digunakan tercakup program hilirisasi. Menurutnya hingga saat ini program pengembangan belum mampu menghasilkan hasil bernilai tambah tinggi, oleh sebab itu produk-produk yang dimaksud dihasilkan baru sebagai barang setengah jadi hasil olahan terhadap sumber daya alam, seperti nikel yang tersebut hal itu belum sampai pada elemen penyimpan daya mobil listrik.
“Dan rupanya strukturnya itu enggak berubah, enggak berubah ketika kita juga melakukan pengembangan serta seterusnya. Kita ingin mengatakan bahwa bukan terbentuk kompleksitas dari industri kita yang kaki-kakinya ada dalam dalam Indonesia, jadi kita industrinya yang digunakan mana single, dia tak memberikan backward lingkage yang mana yang disebut kuat,” tegas Suharso.
Maka, ketika sektor swasta serta pengolahan lanjutan belum mampu menciptakan hasil bernilai tambah tinggi, pemerintah saat ini kata dia baru mampu membantu industri sektor pertahanan sebagai industri unggulan, yang dimaksud digunakan berpotensi menghasilkan barang-barang berteknologi tinggi, seperti PT Dirgantara Indonesia kemudian PT PAL Indonesia (Persero).
“Kita perlu industri pertahanan yang digunakan mana kuat, serta di area area belakangnya industri pertahanan itu, kalau kita bisa saja jadi hebat di dalam area sana, itu kita mampu masuk industri pertanian, kita bisa saja belaka masuk di area dalam industri energi, kita bahkan sanggup masuk pada industri pangan,” kata Suharso.
Dengan pengembangan sektor pertahanan pun Indonesia menurutnya tak lagi harus mengimpor produk-produk pertahanan seperti peluru. Selain itu, juga bisa jadi cuma memanfaatkannya teknologi pengolahan produknya untuk sektor komersial seperti Ransum T2P milik TNI.
“Itu kan dihasilkan untuk pertahanan, tapi dia tetap bergizi dan layak makan meskipun disimpan itu 4-5 tahun, saya pernah makan itu, tetap enak, jadi kenapa tidak, mumpung kita lagi ketinggalan di tempat area sana, kemudian juga kita punya ekosistem itu tinggal didorong, kayak peluru itu masak kita impor, berapa tahun sudah,” papar Suharso.