Home / Daerah / Cabai Melonjak di Gunungkidul, Stok Aman dan Antisipasi Berjalan

Cabai Melonjak di Gunungkidul, Stok Aman dan Antisipasi Berjalan

Gunungkidul,REDAKSI17.COM – Jelang libur Natal dan Tahun Baru, komoditas cabai di Gunungkidul melonjak signifikan hingga menembus Rp80.000 per kilogram. Cuaca ekstrem di sejumlah daerah pemasok menjadi faktor utama yang mempengaruhi kenaikan harga tersebut.

Temuan tersebut disampaikan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DIY saat melakukan pemantauan harga menjelang Natal dan Tahun Baru, Rabu (03/12). Dipimpin Kepala Biro Perekonomian dan Sumber Daya Alam DIY, Eling Priswanto, rombongan meninjau langsung kondisi harga dan stok di Pasar Playen serta Swalayan Pamela 9.

Eling menyebut, kenaikan harga cabai kali ini memang cukup terasa karena sebagian besar wilayah pemasok tengah mengalami penurunan produksi. “Hari ini harga cabai mencapai sekitar Rp80.000. Ini cukup tinggi, tapi secara pola memang hampir setiap tahun seperti itu,” ujar Eling.

Ia menjelaskan, dua faktor utama yang memengaruhi situasi tersebut adalah perubahan cuaca dan serangan hama. Intensitas hujan tinggi pada akhir tahun menyebabkan produktivitas tanaman menurun, sementara hama lebih mudah berkembang.

“Curah hujan dan serangan hama selalu memengaruhi suplai cabai. Karena produksinya turun, otomatis harganya terdorong naik,” tambahnya.

Selain cabai, beberapa komoditas lain seperti wortel, tomat, dan sayuran hijau juga mengalami kenaikan harga. Rata-rata kenaikan berada pada rentang Rp3.000 – Rp4.000. Meski begitu, Eling memastikan bahwa situasi secara keseluruhan masih terkendali.

“Ketersediaan barang masih aman. Permintaan memang meningkat menjelang akhir tahun, tapi sejauh ini stok tidak ada persoalan,” tegasnya.

Untuk menghadapi potensi lonjakan harga menjelang puncak libur akhir tahun, Eling menuturkan bahwa pemerintah menyiapkan berbagai langkah antisipatif. Di antaranya adalah peningkatan kerja sama antar daerah untuk menutupi kekurangan suplai, pemetaan daerah surplus dan defisit, serta pemantauan distribusi agar tidak terjadi kemacetan logistik.

“Pemerintah harus jeli melihat daerah mana yang surplus dan mana yang minus. Dengan begitu, suplai bisa disalurkan dengan cepat dan tepat,” katanya.

Beberapa harga komoditas pangan di Gunungkidul adalah gula pasir dikisaran harga Rp17.000,00/kg; telur Rp30.000,00/kg; terigu Rp10.000/kg; beras premium Rp73.300,0/5g; Minyak goreng Rp17.000/kg; Ayam Rp37.000,00/kg; cabai Rp80.000,00/kg.

Jika gejolak harga semakin tinggi, TPID juga siap menggelar operasi pasar dan pasar murah. Sejauh pemantauan dilakukan, distribusi pangan di wilayah Jawa masih lancar karena tidak terdampak bencana besar seperti di beberapa daerah lain.

“Langkah intervensi akan segera dilakukan jika ada indikasi kenaikan yang tidak wajar. Tujuannya menjaga stabilitas dan memberi kepastian bagi masyarakat,” kata Eling.

Terkait asumsi yang mengaitkan kenaikan harga dengan program Makan Bergizi Gratis (MBG), Eling menyampaikan bahwa hal tersebut tidak sepenuhnya tepat. Menurutnya, program MBG justru memiliki dampak positif karena memberi pasar bagi petani dan mendukung ketahanan ekonomi masyarakat. Namun ia mengakui masih diperlukan perbaikan tata kelola.

“MBG itu program bagus. Hanya pengelolaannya harus lebih presisi supaya tidak ada potensi rebutan komoditas antara pasar umum, rumah tangga, dan kebutuhan untuk program MBG,” jelasnya.

Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Gunungkidul, Dewi Irawati, yang turut mendampingi pemantauan TPID, menyoroti komoditas lain yang menjadi perhatian masyarakat, seperti telur dan daging. Menurutnya, dua komoditas tersebut berada dalam kondisi stabil.

“Telur relatif stabil. Kalau ada kenaikan pun sangat kecil dan tidak signifikan. Harga daging juga sampai hari ini masih stabil,” ujarnya.

Dewi menekankan bahwa pemerintah daerah terus memantau perkembangan harga hingga mendekati Natal. Ia memastikan masyarakat tidak perlu panik atau melakukan pembelian berlebih.

“Pemerintah selalu siap mengantisipasi. Jika diperlukan, intervensi akan dilakukan baik dari sisi ketersediaan stok maupun stabilisasi harga,” katanya.

Menurut Dewi, komunikasi antara provinsi dan kabupaten berlangsung intensif sebagai langkah preventif agar tidak terjadi lonjakan harga tiba-tiba. Pemerintah juga memastikan bahwa rantai distribusi berjalan tanpa hambatan.

“Kami pastikan distribusi aman. Tidak ada gangguan logistik di wilayah Gunungkidul,” ujarnya.

Pemantauan di Gunungkidul ini menjadi bagian dari rangkaian kegiatan TPID DIY untuk memastikan stabilitas harga, kecukupan stok, serta kesiapan menghadapi lonjakan permintaan menjelang Natal dan Tahun Baru. Pemerintah berharap masyarakat tetap tenang karena ketersediaan pangan secara umum berada dalam kondisi aman. (uk/ts/jon)

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *