Jakarta,REDAKSI17.COM – Performa mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kemarin, Senin (6/5/2024) cenderung ditutup variatif. Dilansir dari Refinitiv, beberapa mata uang Asia ditutup menguat, namun beberapa lainnya justru melemah.
Yuan China lalu rupiah Indonesia terpantau menguat masing-masing 0,45% serta 0,37% terhadap dolar AS.
Berbeda halnya dengan yen Jepang yang mana mana justru ambruk 0,59%, diikuti dengan peso Filipina yang digunakan terdepresiasi 0,14%.
Indeks dolar AS (DXY) terpantau naik tipis kemarin sebesar 0,02% setelah secara tiga hari beruntun, DXY terus melemah sejak 1 Mei 2024 dengan total penurunan tambahan tinggi dari 1%.
Indeks dolar yang digunakan digunakan mengecil ini terjadi pasca bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menegaskan bukan ada akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini.
Sebelumnya pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/5/2024), The Fed mengumumkan untuk tetap mempertahankan suku bunganya di area dalam level 5,25-5,5%.
Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan jika The Fed tiada ada berencana untuk mengerek suku bunga tahun ini. Pernyataan hal itu menghapus ekspektasi sebagian pelaku pasar yang mana yang disebut semula melihat ada kesempatan kenaikan kembali suku bunga The Fed.
“Saya rasa tiada mungkin kenaikan suku bunga ada dalam kebijakan ke depan. Saya tegaskan tiada mungkin,” ujarnya.
Selain itu, data ketenagakerjaan pada Jumat (3/5/2024) menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS melambat tambahan banyak dari perkiraan pada bulan April, menghilangkan tekanan dari The Fed untuk mempertahankan suku bunga tambahan tinggi dalam jangka waktu lebih besar lanjut lama.
Dikutip dari Reuters, Presiden Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan tingkat suku bunga saat ini akan cukup mendinginkan perekonomian untuk mengembalikan inflasi ke target bank sentral sebesar 2%, juga juga kekuatan pasar kerja memberikan waktu bagi para pejabat untuk menunggu.
Sementara itu, Presiden Federal Reserve Bank of New York John Williams mengatakan meskipun penurunan suku bunga akan terjadi, kebijakan moneter saat ini berada dalam kondisi yang digunakan hal tersebut sangat baik.
Sedikit optimisme pasar mulai terbentuk lalu tercermin dari CME FedWatch Tool yang digunakan digunakan menunjukkan kemungkinan pemangkasan suku bunga mengalami kenaikan dari total sebesar 25 basis poin (bps) pada awal pekan lalu menjadi dua kali atau sebesar 50 bps hingga Desember 2024.
First cut rate diprediksi akan terjadi pada September lalu pemangkasan berikutnya terjadi pada Desember.
![]() Sumber: CME FedWatch Tool |
CNBC INDONESIA RESEARCH