Jakarta, REDAKSI17.COM– Otorita Jasa Keuangan (OJK) mewaspadai sederet persoalan global yang tersebut mana mampu memberikan dampak negatif terhadap Indonesia. Baik perekonomian secara keseluruhan, maupun pasar keuangan.
“OJK waspadai faktor risk, yaitu downside risk dari Tiongkok, eskalasi geopolitik,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar dalam konferensi pers, Selasa (30/1/2024).
Hal ini sebelumnya juga dikhawatirkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. China alami krisis pada sektor properti hingga tekanan utang yang dimaksud digunakan tinggi pada tingkat pemerintahan daerahnya.
“Kemarin pengadilan Hong Kong juga menyampaikan salah satu perusahaan properti terbesar pada Tiongkok, Evergrande mengalami kebangkrutan. Tiongkok juga mengalami tekanan dari utang terutama dari pemda, ini akan menyebabkan sektor ekonomi Tiongkok melambat,” ucap Sri Mulyani.
Keputusan untuk melikuidasi pengembang itu dibuat oleh Hakim Hong Kong Linda Chan. Chan mencatat bahwa Evergrande, yang dimaksud digunakan miliki utang US$300 miliar atau sekitar Rp4.749 triliun, tidaklah dapat menawarkan rencana restrukturisasi yang mana konkret meskipun tertunda selama berbulan-bulan.
Sementara itu, Evergrande mengajukan penundaan lagi pada Senin oleh sebab itu pengacaranya mengatakan pihaknya telah terjadi dikerjakan menciptakan “beberapa kemajuan” dalam proposal restrukturisasi.
Dalam penawaran terbaru, pengembang mengusulkan kreditor menukar utang mereka itu itu ke seluruh saham yang mana dimiliki perusahaan pada dua unitnya dalam Hong Kong, dibandingkan dengan kepemilikan sekitar 30% pada anak perusahaan hal itu mendekati sidang terakhir pada bulan Desember.
Proses likuidasi dapat jadi rumit, dengan kesempatan pertimbangan politik, mengingat banyaknya pihak berwenang yang tersebut digunakan terlibat.
Evergrande, yang mana miliki aset senilai US$240 miliar, menciptakan sektor properti China terpuruk pasca gagal membayar utangnya pada 2021. Keputusan likuidasi itu kemungkinan akan semakin mengguncang pasar modal lalu properti Beijing yang mana sudah rapuh.
Dampak Krisis Real Estat di dalam dalam China
Perlambatan pertumbuhan yang dimaksud mana cepat dalam konstruksi perekonomian real estat akan berdampak pada seluruh perekonomian, sehingga menurunkan penyetoran modal di dalam dalam berbagai sektor. Mengingat kuatnya keterkaitan ke belakang dengan industri lain, terutama manufaktur substansi konstruksi, barang logam serta mineral, mesin kemudian peralatan, penurunan pertumbuhan penyertaan modal real estat yang tersebut dimaksud bersifat sementara juga belaka belaka miliki deviasi satu standar akan menyebabkan penyetoran modal di tempat area industri sekunder yang hal itu banyak memproduksi manufaktur melambat.
Pertumbuhan ekspor, khususnya ekspor manufaktur, diprediksi akan turun terutama disebabkan oleh berkurangnya permintaan dari mitra dagang pada tahun 2024. Diketahui, ekspor pada China meningkat menjadi US$ 303,62 miliar pada bulan Desember dari US$ 292,75 Miliar pada bulan November 2023. Selain prediksi penurunan ekspor, imbas dari krisis properti China yang dimaksud berkepanjangan juga akan menyebabkan penurunan impor pada tahun 2024.
Diketahui, impor di tempat tempat China meningkat menjadi US$ 228,28 miliar pada bulan Desember dari US$ 223,30 miliar pada November 2023. Adapun, konsumsi akan berkurang sebab ekspansi pendapatan lalu juga kekayaan (termasuk apresiasi harga jual jual rumah juga penilaian pasar saham) melambat. Penjualan ritel riil diprediksi akan turun kemudian akan terjadi penurunan total nilai tambah juga output industri.
Diketahui, perdagangan ritel China meningkat sebesar 7,4% secara tahunan pada bulan Desember 2023, meleset dari konsensus pasar sebesar 8% lalu juga melambat dari lonjakan 10,1% pada bulan November. Meskipun menandai kenaikan perdagangan ritel selama 12 bulan berturut-turut, bilangan bulat terbaru ini merupakan yang dimaksud paling lemah sejak bulan September.
Dampak Krisis Properti China Terhadap Global
Guncangan sementara terhadap pertumbuhan penyertaan modal real estate pada China akan berdampak luas di tempat area seluruh dunia, serta dampaknya terhadap perekonomian G20 yang mana akan berlangsung pada tahun 2024. Dalam praktik ini, perkiraan dampak terhadap pertumbuhan PDB akan bervariasi sesuai dengan besarnya rasio produksi industri terhadap PDB di area dalam masing-masing negara.
Secara keseluruhan, produsen barang modal yang dimaksud mana miliki paparan langsung yang mana cukup besar ke China melalui ekspor ke China sebesar persentase PDB mereka juga sangat terintegrasi dengan negara-negara G20 lainnya sehingga berbagi masukan buruk dari guncangan negatif dalam China dengan mitra dagang lainnya, seperti Jerman, Jepang, lalu Korea akan merasakan dampak yang dimaksud digunakan lebih besar banyak besar terhadap produksi industri lalu PDB.
Hasilnya juga menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan global akan menurunkan (total ekspor juga total impor untuk setiap perekonomian G20 akan melemah), yang dimaksud dimaksud menunjukkan bahwa negara-negara yang digunakan hal tersebut memperoleh manfaat signifikan dari ekspansi perdagangan global juga miliki hubungan yang mana digunakan tambahan erat melalui negara-negara rantai pasok selama dekade terakhir, seperti seperti Jerman serta Jepang.
Ekspansi perdagangan dengan China serta perdagangan global secara keseluruhan juga akan melambat seiring melemahnya pertumbuhan permintaan global serta China. Bagi Inggris kemudian India, ekspor ke China akan menanggung dampak terberat, namun akibat kedua negara itu bukan merupakan komponen penting dari permintaan akhir di dalam tempat negara-negara tersebut, dampaknya terhadap aktivitas perekonomian akan relatif moderat.
Selain itu, eksportir komoditas ke China, seperti Indonesia, Australia, Kanada kemudian Brazil, juga akan mengalami dampak limpahan yang dimaksud dimaksud tiada dapat diabaikan terhadap pertumbuhan ekspor. Dampak terhadap ekspor Indonesia kemungkinan besar berasal dari permintaan batubara China. Karena ekspor batu bara ke China meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir, dampaknya terhadap produksi Indonesia saat ini mungkin lebih besar lanjut besar.





