Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Kemantren Kotagede kembali menggelar Festival Perak Kotagede #2 Tahun 2025 dengan tema “Jejak Perak, Inspirasi Futuristik: Dari Tradisi ke Inovasi”. Acara ini akan diselenggarakan pada Kamis, 23 Oktober 2025, pukul 09.00–16.00 WIB, bertempat di Universitas Cendekia Mitra Indonesia (eks Tom’s Silver), Jalan Ngeksigondo No. 60, Kelurahan Prenggan, Kemantren Kotagede, Kota Yogyakarta.

Festival ini menjadi lanjutan dari kesuksesan Festival Perak Kotagede #1 yang digelar pada 11 Mei 2025 di Sanggar Maharani, Basen, Kelurahan Purbayan. Melalui kegiatan ini, Kemantren Kotagede bersama para pengrajin berupaya membangkitkan kembali kejayaan Kotagede sebagai sentra kerajinan perak terbesar di Indonesia.

“Kalau kita berkaca dari perjalanan panjang dunia perak, khususnya di Kotagede, dulu kita sangat dikenal sebagai Kota Perak. Namun seiring waktu, popularitas itu mulai menurun. Karena itu, kami ingin membangkitkan kembali semangat itu, mengenang kejayaan lama sekaligus memperkenalkan kembali Perak Kotagede kepada masyarakat luas,” ujar Mantri Pamong Praja Kemantren Kotagede, Komaru Maarif, dalam konferensi pers di Kantor Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian (Dinkominfosan) Kota Yogya, Selasa (21/10)

Festival Perak Kotagede #2 Tahun 2025 mengusung tema “Jejak Perak Inspiratif Futuristik”, yang menggambarkan semangat untuk menyeimbangkan nilai tradisi dengan inovasi modern. Menurut Komaru, tema ini mencerminkan karakter Kotagede sebagai kota bersejarah yang tidak hanya kaya akan warisan budaya, tetapi juga terus melahirkan karya-karya kreatif yang relevan di pasar global.

“Filosofi festival ini memadukan nilai tradisi yang diwariskan secara turun-temurun dengan motif-motif klasik dan sentuhan modern. Kami ingin karya perak dari Kotagede tetap punya ruh tradisi, tapi juga bisa diterima di pasar internasional,” imbuhnya.

Dalam festival nanti, akan ditampilkan berbagai kegiatan menarik, antara lain pameran karya perak klasik, workshop interaktif, demo pembuatan perak, launching sistem informasi berbasis web, serta pameran kuliner dan hiburan khas Kotagede.

Khusus untuk pameran, beberapa karya perak klasik bernilai tinggi akan ditampilkan, namun tidak untuk dijual, melainkan untuk memberikan apresiasi terhadap nilai sejarah dan keindahan seni perak tempo dulu.

Mantri Pamong Praja Kemantren Kotagede, Komaru Maarif dan Kepala Biro Penjaminan Mutu Akademik UKDW, Yetli Oslan

Sementara itu, workshop perak akan menjadi sesi interaktif bagi masyarakat, wisatawan, dan pemuda yang ingin belajar langsung teknik dasar pembuatan perak bersama para pengrajin dan dosen ahli. Kegiatan ini berbayar namun terjangkau, mulai dari Rp100.000 peserta dapat membawa pulang hasil karyanya sendiri.

Selain itu, festival juga menghadirkan demonstrasi tatah atau ukir dan penyepuhan perak, yakni pertunjukan langsung teknik tradisional dalam pembuatan perak yang menjadi ciri khas pengrajin Kotagede. Di sisi lain, peluncuran sistem informasi berbasis web yang dikembangkan bersama Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) Yogyakarta diharapkan mampu memperluas jangkauan promosi dan pemasaran produk perak di era digital.

Komaru berharap festival ini dapat menjadi ajang kebangkitan ekonomi dan budaya masyarakat Kotagede. Ia juga mengajak seluruh warga, wisatawan, dan pelaku usaha untuk turut hadir dan memeriahkan acara tersebut.

Kepala Biro Penjaminan Mutu Akademik UKDW, Yetli Oslan menyebutkan UKDW Yogyakarta ingin berperan aktif dalam mendukung upaya Pemerintah Kemantren Kotagede mengembalikan identitas Kotagede sebagai kota perak  melalui pengembangan platform digital, aplikasi E-Katalog Teko Perak. Ia menjelaskan, aplikasi berbasis web tersebut dikembangkan untuk memperkenalkan kembali kekayaan karya dan pengrajin perak Kotagede yang dulu dikenal luas hingga ke mancanegara.

“Aplikasi ini pada tahap awal lebih difokuskan untuk menyajikan apa yang sudah kita miliki. Jadi, belum sampai ke tahap transaksi jual-beli perak secara daring, tetapi lebih kepada memperkenalkan kekayaan para pengrajin kita dengan keahlian, ciri khas, dan profil masing-masing. Di dalamnya juga akan diperlihatkan karya-karya mereka, termasuk bentuk dan keindahannya,” terangnya.

Harapannya, dengan platform digital ini, masyarakat dapat mengenal Kotagede secara lebih luas. Tidak hanya dengan datang langsung ke Kotagede, tetapi juga dari manapun mereka berada bisa mengenal Kotagede melalui aplikasi ini.

 

Salah satu peserta festival, Umi Nurhasanah atau yang akrab disapa Umi Silver, mengaku kegiatan ini memberi ruang bagi para pengrajin untuk memamerkan karya sekaligus memperluas pasar.

“Event seperti ini sangat membantu. Kami jadi lebih semangat karena masyarakat tahu kalau perak Kotagede masih terus berkembang,” katanya.

Menurut Umi, meskipun harga bahan perak mengalami kenaikan signifikan, minat masyarakat terhadap perhiasan perak justru tetap tinggi. “Sekarang harga bahan perak sudah sampai tiga puluh juta per kilogram, padahal dulu hanya sembilan juta. Tapi pesanan tetap banyak, terutama dari luar daerah. Banyak pembeli yang beralih dari emas ke perak,” jelasnya.