Home / Ekobis / Deg-Degan Tunggu Inflasi AS dan Kabar The Fed: IHSG-Rupiah Akan Longsor?

Deg-Degan Tunggu Inflasi AS dan Kabar The Fed: IHSG-Rupiah Akan Longsor?

Deg-Degan Tunggu Inflasi AS juga Kabar The Fed: IHSG-Rupiah Akan Longsor?

 

Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan RI tergelincir pada perdagangan kemarin, Selasa (11/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun dengan net sell asing triliunan, nilai tukar rupiah lanjut melemah, sementara yield obligasi acuan Indonesia melambung ke atas 7%.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan tertekan akibat penanam modal menunggu keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Sentimen selengkapnya yang digunakan dimaksud potensi mempengaruhi pasar pada hari ini, Rabu (12/6/2024) silahkan dibaca pada halaman tiga artikel ini.

Dari pasar saham terlebih dahulu, IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (12/6/2024) terkoreksi 65,85 poin atau 0,95% ke posisi 6.855,69. Pelemahan ini kemudian menghapus rebound yang tersebut digunakan terjadi pada Senin sebesar 0,34%.

Dalam empat hari terakhir ini transaksi perdagangan yang tersebut terjadi pada bursa terbilang sepi, selalu kurang dari Rp10 triliun. Pada perdagangan kemarin nilai transaksi yang dimaksud tercatat juga semata-mata sekali mencapai Rp9,30 triliun.

Nilai transaksi yang tersebut melibatkan 17,23 miliar lembar saham yang mana digunakan sudah berpindah tangan sebanyak 939.895 kali. Adapun 366 emiten mencatatkan nilai saham terkoreksi, 198 saham menguat, sementara 215 sisanya bergerak stagnan.
IHSG yang digunakan mana tergelincir kemarin juga terjadi seiring dengan aksi jual asing yang tersebut digunakan masih deras. Dalam sehari asing keluar bersih Rp1,17 triliun dari keseluruhan pasar, rinciannya di tempat tempat pasar regional net sell mencapai Rp1,23 triliun, sementara untuk pasar nego juga transaksi masih net buy sebanyak Rp52,25 miliar.

Saham perbankan besar masih menjadi top net sell kemarin, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) paling banyak dilego asing mencapai Rp273,9 miliar, lalu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp239,6 miliar, juga PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp156,6 miliar.

Selain perbankan, ada emiten blue chip lain yang digunakan dibuang asing, yakni PT Astra International Tbk (ASII) lalu PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), masing-masing sebanyak Rp110,5 miliar lalu Rp103,5 miliar.

Flow asing yang dimaksud masih keluar ini juga berimplikasi pada gerak nilai tukar rupiah yang tersebut digunakan bergabung tertekan pada tempat hadapan dolar AS. Melansir data Refintiiv, sampai akhir perdagangan kemarin, mata uang Garuda melemah 0,06% menjadi Rp16.285/US$.

Depresiasi rupiah ini melanjutkan pelemahan yang digunakan yang sudah terjadi sejak Senin. Kemudian, perlu dicatat, secara intraday pada perdagangan kemarin dolar sempat menyentuh level paling parah ke Rp16.300/US$.

Selain dikarenakan flow asing, pelemahan rupiah ditengarai tekanan dolar AS yang itu masih kuat. Ini tercermin dari DXY yang mana dimaksud sudah menguat dua hari beruntun serta melambung ke atas 105.

Beralih ke pasar obligasi, pada perdagangan kemarin terpantau masih cukup berat tercermin dari yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun yang sudah menembus ke atas level psikologis 7%, menandai kenaikan selama dua hari berturut-turut.

Perlu dipahami bahwa kenaikan yield berbanding terbalik dengan nilai tukar yang mana malah semakin turun. Ini kemudian mencerminkan kondisi obligasi Indonesia yang mana masih dijual investor.

REDAKSI17.COM

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *