Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Dodolanan menjadi salah satu wujud komitmen Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY dalam menjaga, merawat, mengembangkan, dan melestarikan budaya. Berpusat di GOR Amongraga, kegiatan yang digelar pada 5-7 Desember 2025 ini menjadi ruang fasilitasi dan promosi bagi desa/kelurahan budaya DIY, untuk menampilkan potensi wilayah masing-masing, meliputi kesenian, kerajinan, kuliner, pengetahuan budaya, dan permainan tradisional.
Dodolanan hadir dengan mempersembahkan dua subkegiatan utama, yakni Gelar Potensi Desa Budaya dan Lomba Permainan Tradisional Gobak Sodor Antar Kalurahan/Kelurahan Budaya di DIY Tahun 2025. Kegiatan ini resmi dibuka pada Jumat (05/12) siang, di GOR Amongraga, oleh Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Sosial, Budaya dan Kemasyarakatan, Didik Wardaya, mewakili Sekretaris Daerah DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti.
Dalam kesempatan tersebut, Didik pun menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh desa/kelurahan budaya yang hadir membawa potensi terbaiknya. Ia menyebut, Gelar Potensi bukan sekadar panggung seni, tetapi gambaran kehidupan budaya yang sesungguhnya—hidup, bergerak, dan tumbuh dari masyarakat akar rumput.
“Rangkaian kesenian, seperti Reog, Jathilan, Dramatari, Karawitan, hingga Teater Anak yang tampil menjadi bukti bahwa identitas budaya Yogyakarta terus dijaga melalui kreativitas warga,” kata Didik membacakan sambutan Sekda DIY.
Lewat event ini, seluruh masyarakat juga diajak kembali menghayati filosofi Jawa ‘Sangkan Paraning Dumadi’. Bahwa, manusia selalu memiliki jalan untuk mengenali asal-usul sekaligus tujuan hidupnya.
“Sementara, permainan tradisional, seperti Gobak Sodor dan Engklek mengingatkan kita bahwa nilai kebersamaan, kegembiraan, disiplin, dan kecakapan membaca situasi adalah bagian penting dalam pembentukan karakter masyarakat. Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, nilai sederhana namun mendalam ini kembali menjadi pegangan penting,” tutur Didik.
Lebih lanjut, dikatakan Didik, dodolanan yang berasal dari singkatan dodolan, dolan, dan dolanan menjadi pengingat bahwa bermain bukan hanya aktivitas hiburan, tetapi sarana belajar sosial yang efektif. “Saat masyarakat berkumpul, bergerak bersama, dan saling memberi ruang, di situ muncul suasana sehat: hubungan antarwarga lebih akrab, rasa percaya meningkat, dan masyarakat merasa terkoneksi satu sama lain. Itulah makna sederhana dari lingkungan sosial yang ‘sehat dan nyaman’, yakni masyarakat merasa aman, diterima, dan bisa menikmati hidup bersama tanpa jarak,” ucap Didik.
Tak lupa, Didik turut menyampaikan penghargaan kepada para pelaku budaya muda. Kehadiran kelompok teater anak, sendratari remaja, dan para kreator muda dalam kegiatan ini adalah bukti bahwa estafet kebudayaan DIY berjalan dengan baik.
“Pemerintah Daerah berkomitmen memperkuat pembinaan, pendampingan, dan fasilitasi agar regenerasi pelaku budaya terus terjadi. Semoga acara ini menjadi ruang bahagia bersama, memperkuat persaudaraan, dan menjaga jati diri budaya kita,” pungkas Didik.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dalam laporannya mengungkapkan, Dodolanan hadir dengan konsep kegiatan yang memadukan aktifitas berjualan (dodolan), bermain (dolan), dan permainan (dolanan) yang bisa dinikmati sebagai rekreasi keluarga. Di event ini, para pengunjung bisa menyaksikan atraksi hiburan kesenian tradisional, berbelanja produk lokal yang merupakan produk unggulan desa budaya, dan mencoba memainkan permainan tradisional yang disiapkan.
Dian menerangkan bahwa Gelar Potensi Desa Budaya Tahun 2025 diikuti oleh 50 kelurahan/kalurahan budaya se-DIY. Di antaranya, yaitu 5 kelurahan dari Kota Yogyakarta, 10 kalurahan dari Kabupaten Bantul, 11 kalurahan dari Kabupaten Kulon Progo, 12 kalurahan dari Kabupaten Gunungkidul, dan 12 kalurahan dari Kabupaten Sleman.
Sementara, peserta Lomba Permainan Tradisional Gobak Sodor Antar Kalurahan/Kelurahan Budaya di DIY Tahun 2025 terbagi dalam Tim Putra dan Putri. Tim Putra diikuti oleh sebanyak 26 kontingen meliputi 1 kelurahan Kota Yogyakarta, 7 kalurahan Kabupaten Gunungkidul, 6 kalurahan Kabupaten Bantul, 9 kalurahan Kabupaten Kulon Progo, dan 3 kalurahan Kab Sleman. Sedangkan, Tim Putri diikuti oleh 24 kontingen dengan rincian1 kelurahan Kota Yogyakarta, 7 kalurahan Kabupaten Gunungkidul, 4 kalurahan Kabupaten Bantul, 5 kalurahan Kabupaten Kulon Progo, dan 7 kalurahan Kabupaten Sleman.
“Para pemenang Lomba Permainan Tradisional Gobak Sodor baik Tim Putra dan Tim Putri masing-masing akan mendapatkan uang pembinaan, piagam, dan plakat. Untuk Juara I akan mendapatkan uang pembinaan sebesar Rp8.000.000, Juara II sebesar Rp7.000.000, Juara III sebesar Rp6.000.000, dan Juara IV sebesar Rp5.000.000,” jelas Dian.
Diselenggarakan selama 3 hari, mulai 5 hingga 7 Desember 2025, masyarakat dapat mampir ke event Dodolanan ini pada pukul 13.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dalam event Dodolanan, selain menggelar lomba gobak sodor dan menghadirkan zona permainan tradisional, ada pula Pasar Warga yang mempersembahkan kuliner, pengetahuan budaya, dan kerajinan desa/kalurahan/kelurahan budaya.
Kemudian ada Panggung Warga yang menampilkan atraksi kesenian tradisional dan Wicara Budaya yang hadir sebagai ruang diskusi menghadirkan tokoh budaya yang menyoroti praktik budaya yang masih berlangsung maupun transformasinya di desa budaya. Pun, hadir Loka Karya sebagai sarana edukasi pengetahuan bagi masyarakat.
“Harapannya dengan kegiatan ini aktifitas kebudayaan di desa budaya semakin berkembang. Kemudian adanya kemitraan dari desa budaya dengan institusi pemerintah maupun swasta yang dapat melibatkan warga masyarakat dalam pengelolaan objek kebudayaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” imbuh Dian.
Humas Pemda DIY



