Jakarta,REDAKSI17.COM – Tekanan bertubi-tubi menimpa Apple. Setelah transaksi jual beli anjlok juga diblokir di area dalam lingkungan pemerintahan China, pada masa sekarang Korea Selatan menambah tantangan bagi raksasa Cupertino.
Militer Korea Selatan dilaporkan tengah mempertimbangkan larangan penyelenggaraan iPhone. Negara hal itu khawatir terjadi kebocoran informasi sensitif melalui rekaman pernyataan di dalam dalam iPhone.
Markas besar Angkatan Udara disebut telah terjadi lama mengeluarkan pengumuman internal dalam server intranet militer pada 11 April yang digunakan yang disebut menginstruksikan larangan terhadap perangkat apa pun yang tersebut mana dapat merekam suara. Militer Korea Selatan tak mengizinkan aplikasi pihak ketiga untuk mengontrol fungsi yang mana mana melekat. Aturan ini berlaku efektif 1 Juni, dengan iPhone disebut sebagai item yang kena larangan.
Menurut dokumen, keputusan pelarangan iPhone di tempat area dunia militer berasal dari pertemuan gabungan yang mana diadakan oleh markas besar Angkatan Darat, Angkatan Laut, lalu Angkatan Udara, yang mana berlokasi dalam Gyeryongdae dalam Provinsi Chungcheong Selatan.
“Tidak dapat dihindari untuk memblokir segala jenis rekaman suara, tak belaka komunikasi formal termasuk pertemuan, percakapan kantor, pengumuman perniagaan serta keluhan dari serta konsultasi dengan publik, tetapi juga komunikasi informal seperti panggilan telepon pribadi (di dalam bangunan militer),” tulis dokumen tersebut, dikutip CNBC Indonesia dari Korea Herald, Sabtu (27/4/2024).
Dokumen yang juga menyatakan telah lama terjadi dikerjakan peninjauan berkelanjutan mengenai kesempatan perluasan larangan ke seluruh unit bawahan, serta markas besar Angkatan Darat sudah melakukan uji coba larangan yang mana sejak April. Jika larangan ini diperpanjang, kemungkinan larangan yang mana akan berlaku dalam luar wilayah Gyeryongdae juga mencakup semua unit militer lain dalam seluruh negeri.
Perangkat yang mana dilarang juga mencakup semua jenis jam tangan pintar juga juga perangkat yang mana dapat dikenakan.
Namun menurut sumber yang digunakan dimaksud bukan ada ingin disebutkan identitasnya mengklaim bahwa HP berbasis Android yang tersebut mana sebagian besar berasal dari Samsung Electronics, akan dikecualikan dari larangan. Sementara dokumen yang dimaksud disebut secara eksplisit menyatakan bahwa “Membawa iPhone akan sepenuhnya dilarang.”
Saat ini, sekitar 10.000 personel, termasuk sekitar 6.000 petugas, diperkirakan bertugas dalam pusat pertahanan Gyeryongdae. Demi alasan keamanan, jumlah total keseluruhan pastinya tidaklah diungkapkan kepada publik.
Jika larangan ini diperluas ke semua unit di tempat tempat bawahnya, hal itu akan berdampak pada hampir 500.000 personel militer. Menurut Institut Analisis Pertahanan Korea, jumlah keseluruhan total total personel militer adalah 499.8000 pada 2022, termasuk 365.000 di tempat tempat Angkatan Darat, 69.800 di dalam area Angkatan Laut, lalu 65.000 dalam Angkatan Udara.
HP Samsung Anak Emas
Alasan mengapa iPhone secara khusus akan dilarang, sedangkan smartphone berbasis Android seperti seri Samsung Galaxy tidaklah akan dilarang, konon akibat iPhone tak sepenuhnya mematuhi pembatasan oleh National Defense Mobile Security, sebuah aplikasi manajemen perangkat seluler yang digunakan mana dioperasikan oleh militer.
Misalnya, saat mengaktifkan aplikasi keamanan, aplikasi yang dimaksud mulai membatasi beberapa fungsi smartphone, termasuk kamera, Wi-Fi, tethering, fungsi USB, lalu mikrofon.
Namun, Apple tidaklah ada mengizinkan aplikasi pihak ketiga mengontrol fitur bawaan iPhone, kecuali kamera.
Kementerian Pertahanan Nasional memperkenalkan aplikasi keamanan ini pada Agustus 2013 untuk mengurangi risiko kebocoran informasi kredensial dari kantor pusatnya pada Yongsan-gu, Seoul. Awalnya, kebijakan ini semata-mata diterapkan pada perwira militer juga pejabat rakyat yang tersebut mana bekerja di area dalam kementerian.
Mandat untuk menggunakan aplikasi keamanan pada infrastruktur militer dengan keamanan tinggi sudah diperluas untuk mencakup semua personel militer sejak 2021. Keputusan ini bertepatan dengan inisiatif otoritas militer yang dimaksud itu mengizinkan tentara menggunakan smartphone selama dinas wajib militer mereka, meskipun cuma sekali antara jam 6 sore serta jam 9 malam.
Sumber itu mengatakan bahwa diskusi mengenai kemungkinan pelarangan iPhone dimulai sejak September tahun lalu ketika SK Telecom, operator telekomunikasi terkemuka di dalam tempat negara tersebut, meluncurkan fitur perekaman panggilan yang tersebut mana belum pernah ada sebelumnya untuk iPhone melalui aplikasi A-Dot. Perangkat flagship dari Apple itu bukan menyokong fungsi perekaman panggilan akibat kesulitan privasi pada banyak negara bagian AS, termasuk California, merekam panggilan ucapan tanpa persetujuan orang lain adalah tindakan ilegal.
Di Korea, merekam panggilan adalah hal yang dimaksud sah, namun kasus pelecehan seperti pelanggaran privasi dapat dikenakan hukuman hukum. Banyak pengguna Galaxy mengatakan merekan terus menggunakan ponsel Samsung akibat fitur perekaman panggilan. Hampir tujuh dari 10 orang di area tempat Korea adalah pengguna ponsel Galaxy.
iPhone Berdarah-darah China
Sebelum isu pelarangan di tempat dalam Korea Selatan, iPhone tambahan dulu dijegal di area dalam China. Pemerintah China dilaporkan melarang penyelenggaraan iPhone pada tempat lingkungan pemerintahan.
Menyusul laporan tersebut, transaksi jual beli iPhone pada China juga anjlok 19% secara tahun-ke-tahun (yoy) pada kuartal pertama (Q1) 2024, menurut laporan firma riset Counterpoint.
Sebelumnya, laporan firma IDC melaporkan transaksi jual beli global iPhone juga merosot 9,6% yoy pada Q1 2024.
Reuters melaporkan Apple terpuruk gara-gara menghadapi persaingan dengan pemain lokal China, Huawei, yang dimaksud dimaksud bangkit sejak tahun lalu usai meluncurkan seri Mate 60.
Pangsa pasar Apple dalam pasar smartphone terbesar dunia anjlok menjadi 15,7% di area area Q1 2024 dari yang mana sebelumnya 19,7%. Hal itu menyebabkan Apple berhadapan dengan Huawei yang digunakan penjualannya naik 70% secara yoy.
Apple akhirnya harus tergeser dari posisi ‘raja’ HP China. Posisinya digantikan Vivo. Selanjutnya, dalam tempat nomor kedua ada Honor yang mana dulunya merupakan sub-merek dari Huawei.