Home / Ekobis / Dihujani Kabar Positif dari AS: Sanggupkah IHSG-Rupiah Happy Weekend?

Dihujani Kabar Positif dari AS: Sanggupkah IHSG-Rupiah Happy Weekend?

Dihujani Kabar Positif dari AS: Sanggupkah IHSG-Rupiah Happy Weekend?

 

Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan RI berakhir di area area zona merah lagi pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) koreksi tipis, rupiah tertekan lagi, sampai obligasi juga masih dibuang investor.

Pasar keuangan hari ini diharapkan kompak mengakhiri perdagangan pada zona hijau. Sentimen selengkapnya yang yang disebut prospek mempengaruhi pasar pada hari ini, Jumat (13/6/2024) silahkan dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Mulai dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali berakhir di tempat tempat zona merah pada perdagangan kemarin, Kamis (13/6/2024), setelah sempat menghijau di tempat dalam sepanjang perdagangan hari ini.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup terpangkas 0,27% ke posisi 6.831,56. Sepanjang perdagangan kemarin, IHSG sempat bergerak pada zona merah tipis sekitar pukul 11:00 WIB.
Namun secara menyeluruh, IHSG bergerak pada zona hijau. IHSG pun kembali gagal untuk menembus lagi level psikologis 6.900.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan volume transaksi mencapai 43 miliar lembar saham juga sudah ditransaksikan sebanyak 812.373 kali. Sebanyak 251 saham menguat, 285 saham melemah, lalu 235 sisanya cenderung stagnan.

Tercatat sektor unsur baku menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan, yakni mencapai 0,73%.

Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.

Saham telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menjadi penekan terbesar IHSG di area dalam akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 9,4 indeks poin.

Investor asing mencatat net buy atau beli bersih Rp 2,98 triliun dalam seluruh pasar saat IHSG terkoreksi. Namun, net buy ini seluruhnya disumbang dari transaksi di dalam dalam pasar nego juga juga tunai sebesar Rp3,86 triliun, sementara dari pasar reguler asing masih net sell sebesar Rp 879,21 miliar.

Tercatat ada transaksi saham PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO) senilai total Rp 3,9 triliun di area area pasar negosiasi. Selain itu, net buy asing juga tercatat pada area saham-saham blue chip, ada PT Astra International Tbk (ASII) Rp 61,81 miliar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 53,04 miliar, serta PT Amman Mineral International Tbk (AMMN) Rp 45,35 miliar.

Aliran dana asing yang digunakan yang masuk besar kemarin pada pasar saham, tampaknya juga berimplikasi pada gerak nilai tukar rupiah yang dimaksud ditutup sumringah.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,15% di area area bilangan Rp16.265/US$ pada perdagangan Kamis (13/6/2024). Apresiasi ini mematahkan tren pelemahan rupiah yang digunakan digunakan telah lama lama terjadi tiga hari beruntun sejak 10 Juni 2024

Pergerakan rupiah kemarin juga didominasi oleh sentimen dari eksternal khususnya AS.

Pada Rabu malam (12/6/2024), AS mengumumkan inflasi melandai ke 3,3% (year on year/yoy) pada Mei 2024, dari 3,4% (yoy) pada April. Inflasi melaju ke level terendah tiga bulan lalu sesuai dari proyeksi pasar sebesar 3,4% (yoy).

Setelah rilis data inflasi, beberapa jam kemudian, Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan di dalam area level 5,25-5,50%.

Lebih lanjut, dalam dokumen dot plot, The Fed memproyeksikan akan terjadi pemangkasan suku bunga sebanyak satu kali pada tempat tahun ini juga dilanjutkan pada 2025 sebanyak empat kali atau 100 basis poin (bps).

Hal ini memberikan angin segar bagi mata uang Garuda oleh sebab itu jika pembabatan suku bunga yang digunakan disebut benar-benar terjadi, maka tekanan terhadap rupiah akan semakin berkurang lalu kesempatan rupiah menguat akan semakin besar.

Angin segar juga datang ke pasar obligasi, ini tercermin dari yield obligasi acuan RI bertenor 10 tahun yang dimaksud itu akhirnya mulai melandai menjauhi level 7%.

Melansir data Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun pada penutupan perdagangan kemarin turun sekitar 6 basis poin (bps) menjadi 6,96%. Penurunan akhirnya terjadi setelah yield melambung tiga hari beruntun.

Perlu dipahami, bahwa ketika yield obligasi turun, maka biaya obligasi akan mulai meningkat yang dimaksud digunakan menjadi tanda bahwa pemodal mulai kembali memburu surat utang RI.

REDAKSI17.COM

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *