Home / Ekobis / Disorot Moeldoko, Borok Motor Listrik Tak Laku Diungkap Pengusaha

Disorot Moeldoko, Borok Motor Listrik Tak Laku Diungkap Pengusaha

Disorot Moeldoko, Borok Motor Listrik Tak Laku Diungkap Pengusaha

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengungkapkan bahwa salah satu penyebab lambatnya perdagangan motor listrik subsidi sebab spesifikasi kendaraannya, yakni jarak tempuh yang tersebut tidaklah terlalu sangat sangat jauh bahkan tiada mencapai 100 Km dalam sekali cas. Hal itu yang tersebut yang disebut menjadi alasan motor listrik tak laku. Namun, industri justru menyatakan sebaliknya.

“Beberapa komoditas sudah ada yang mana yang disebut mengklaim di dalam area atas 100 Km jarak tempuhnya, cuma ya masih sedikit,” kata Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) Hanggoro Ananta kepada CNBC Indonesia, Kamis (1/5/2024).

Berdasarkan catatan CNBC Indonesia, ada beberapa sepeda motor listrik yang tersebut yang mengklaim mempunyai jarak tempuh di area area atas 100 Km, misalnya Yadea T9, Yadea E8S Pro, United TX3000 serta ALVA Cervo. Semuanya sudah mendapatkan subsidi Rp 7,5 jt dari pemerintah.

Selain faktor jarak tempuh, ada juga penyebab lain yang mana yang berpotensi menghasilkan perdagangan motor listrik subsidi berjalan lamban, yakni lamanya pencairan subsidi dari pemerintah. Dalam prosesnya, Diler harus mengajukan subsidi kepada Agen pemegang merk (APM) serta pemerintah sebelum akhirnya disetujui. Namun prosesnya membutuhkan waktu.

Sejumlah pengendara sepeda motor listrik mengikuti riding bareng motoe RI-1 di dalam area depan Gedung PLN, Jakarta, Minggu (28/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)Foto: Sejumlah pengendara sepeda motor listrik mengikuti riding bareng motoe RI-1 di dalam dalam depan Gedung PLN, Jakarta, Minggu (28/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Sejumlah pengendara sepeda motor listrik mengikuti riding bareng motoe RI-1 di dalam dalam depan Gedung PLN, Jakarta, Minggu (28/1/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

“Hubungan APM kemudian diler bermacam-macam, tapi sebetulnya yang mana kita harapkan beban Rp 7,5 jt dibebankan kepada pihak APM atau kemudian ada kerja serupa APM dengan diler, jadi bebannya semua ngga ke diler, tapi cashflow diler perlu kecepatan, jadi macam-macam,” sebut Ketua Aismoli Budi Setiyadi.

“Tapi ada juga APM yang tersebut bertanggung jawab, semua ada juga beban bersama apm kemudian juga Diler mungkin lain ada beban diler. Itu kita harapkan kalau sanggup jangan beban diler sebab dari aspek financial butuh cashflow serta ngga begitu besar,” lanjutnya.

Sebelumnya, Moeldoko mengungkapkan penyebab tak lakunya motor listrik salah satunya disebabkan oleh pihak produsen. Pasalnya, produsen motor listrik belum mampu memproduksi kendaraan dengan jarak tempuh yang mana jauh.

“Tantangan menurut saya ada di tempat tempat produsen. Kalau sepeda motor jarak sanggup terpencil charging cepat, biaya murah, pasti semua akan beli, gampangnya gitu. Jarak dapat jadi 100 km lebih, charge ngga lebih lanjut tinggi dari satu jam pasti diburu,” kata Moeldoko pada pembukaan Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2024 di area tempat JI-Expo Kemayoran, Selasa (30/4/2024).


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *