Jakarta,REDAKSI17.COM – Dolar Amerika Serikat (AS) menjadi mata uang cadangan devisa (cadev) yang digunakan yang disebut paling banyak dipegang oleh bank sentral pada tempat dunia. International Monetary Fund (IMF) mencatat porsi dolar AS menyentuh nomor 58%.
Dari dulu hingga kini, dolar AS merupakan mata uang yang tersebut mana paling banyak digunakan untuk melakukan perdagangan internasional juga keuangan transaksi.
Lebih lanjut, dolar AS sudah berfungsi sebagai cadev dunia mata uang sejak Perang Dunia II. Saat ini, bank sentral memegang sekitar 60% cadev dia dalam dolar AS.
Sekitar setengah dari perdagangan internasional ditagihkan dalam dolar AS kemudian juga sekitar setengah dari seluruh pinjaman internasional juga global sekuritas utang dalam mata uang dolar AS.
Di luar negeri pasar valuta asing, tempat mata uang diperdagangkan, dolar AS juga terlibat dalam hampir 90% dari seluruh transaksi. Dolar AS adalah mata uang pilihan bagi pemodal selama ini krisis perekonomian besar, sebagai mata uang “safe haven“. Selama krisis keuangan global tahun 2008-2009, misalnya, dan di tengah gejolak kegiatan ekonomi yang dimaksud digunakan terkait dengan Pandemi Penyakit Virus Corona 2019 pada tahun 2020, investor mencari dolar AS, mengharapkan dolar mempertahankan nilainya.
Dalam kedua krisis tersebut, bank sentral AS/Federal Reserve (The Fed) mengadopsi kebijakan otoritas moneter luar biasa serta juga jalur pertukaran mata uang dengan bank sentral lain untuk menyediakan likuiditas lalu dolar AS.
Dolar AS mendapatkan julukan ‘King Dolar’ serta statusnya semakin kuat khususnya akibat sistem Bretton Woods.
Sistem yang dimaksud hal tersebut dibentuk pada tahun 1944 merupakan langkah AS dalam menciptakan tatanan sistem moneter baru dalam area mana emas tiada ada lagi dapat menjadi nilai tukar tunggal.
Apakah status ‘King Dolar’ masih pantas diberikan? untuk meyakinkan apakah dolar AS masih ‘berkuasa’ pada dalam dunia atau tiada mari kita buktikan dengan menilik data IMF terkait komposisi nilai FX Reserve di tempat dalam dunia.
Besaran mata uang masing-masing negara nilainya sudah dikonversikan ke dolar AS. Inilah daftar delapan mata uang alias ‘Penguasa Cadangan Devisa Global’.
Data IMF menunjukkan cadev global mengalami peningkatan dari US$11,91 triliun pada kuartal IV-2022 menjadi US$12,33 triliun pada kuartal IV-2023 atau naik 3,5% dalam kurun waktu satu tahun.
Kenaikan ini juga tercermin dari cadev dalam bentuk dolar AS, euro, yen Jepang, poundsterling, dolar Australia, dolar Kanada, hingga franc Swiss.
Sementara berbeda halnya dengan renminbi China yang justru mengalami penurunan dari US$287,81 miliar pada kuartal IV-2022 menjadi cuma sekali US$261,73 miliar pada kuartal IV-2023 atau turun 9,06%.
CNBC INDONESIA RESEARCH