Jakarta,REDAKSI17.COM – Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam tiga bulan terakhir 2023 terbilang seret. Per Desember, DPK yang dihimpun bank cuma naik 3,8% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.234,2 triliun.
Giro menjadi komponen DPK dengan pertumbuhan yang mana paling banyak mengalami kontraksi pada penghujung tahun. Sebagai perbandingan, pada awal semester II/2023, giro tumbuh 13% yoy, sedangkan Desember 2023 cuma 3,9% yoy.
Kemudian tabungan dan deposito pada awal semester II/2023, masing-masing tumbuh 2,9% yoy dan 6,9% yoy. Per Desember 2023, kedua komponen naik 2% yoy dan 5,4% yoy.
Berdasarkan kepemilikan, dana milik korporasi di tempat dalam perbankan naik 5% yoy, tambahan lanjut tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya 3,1% yoy. Pada periode yang mana sama, dana perorangan naik 3,2% yoy, tambahan rendah dari bulan sebelumnya, yakni 5,1% yoy.
Seretnya pertumbuhan DPK, diikuti dengan naiknya suku bunga deposito 1-12 bulan. Suku bunga deposito 1 bulan naik 21 basis poin (bps) menjadi 4,71%, deposito 3 bulan naik 26 bps menjadi 5,26%, deposito 6 bulan naik 20 bps menjadi 5,52%, lalu deposito 12 bulan naik paling tinggi atau 37 bps menjadi 5,74%.
Sementara itu, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2024, Bank Indonesia (BI) tiada lagi mencantumkan pertumbuhan DPK. BI hanya sekali sekali memaparkan perkembangan kredit perbankan juga ketahanan likuiditas bank yang tersebut diukur dari rasio alat likuid terhadap DPK (AL/DPK).
Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan DPK tidaklah sepenuhnya menujukkan kemampuan pembiayaan. Ada beberapa komponen lain sehingga dapat menggambarkan lebih tinggi banyak jelas pembiayaan dari perbankan.
“Jangan kemudian kemampuan funding semata-mata diukur dari DPK. Kalau kita lihat sisi asetnya bank itu ada kredit ada surat-surat berharga dan juga juga tentu juga yang digunakan komponen near cash,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (17/1/2024)
Adapun pertumbuhan DPK per Desember 2023 tidaklah ada sejalan dengan laju penyaluran kredit pada bulan yang mana dimaksud sama. Kredit pada penghujung 2023 melesat 10,3% yoy menjadi Rp 7.044,8 triliun.
Korporasi memimpin pertumbuhan dengan 11,6% yoy, sedangkan kredit yang dimaksud digunakan disalurkan kepada perorangan naik 9% yoy.
Berdasarkan penggunaan, kredit investasi modal tumbuh paling tinggi, yakni 11% yoy. Kemudian diikuti kredit modal kerja 10,7% yoy dan kredit konsumsi 8,9% yoy.





