UMBULHARJO,REDAKS17.COM — Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menjadi narasumber dalam kegiatan Kuliah Lapangan yang diselenggarakan oleh Universitas Amikom Yogyakarta yang bertajuk “Strategi Komunikasi Politik Kepala Daerah di Era Digital”. Acara ini berlangsung di Grha Pandawa, Balai Kota Yogyakarta, dan dihadiri oleh puluhan mahasiswa dari Program Studi Ilmu Pemerintahan, Senin (4/8).
Kegiatan kuliah lapangan ini dipimpin oleh Kaprodi Ilmu Pemerintahan, Universitas Amikom Yogyakarta, Muhammad Zuhdan, S.I.P., M.A.
Dalam paparannya, Hasto menegaskan pentingnya adaptasi terhadap kemajuan teknologi, terutama bagi generasi muda dan aparatur pemerintahan. “Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen mendorong para mahasiswa untuk menyamai perkembangan teknologi demi mendukung kerja yang lebih produktif,” ungkapnya.

Salah satu upaya konkret yang telah dilakukan Pemerintah Kota Yogyakarta adalah melalui penerapan aplikasi Jogja Smart Service (JSS), yang merupakan bagian dari visi pemerintahan terbuka dan melayani. Aplikasi ini memberikan ruang bagi publik untuk mengetahui aktivitas Wali Kota Yogyakarta dan OPD di pemerintahan serta masyarakat dapat menyampaikan komentar atau masukan secara langsung.
“Konsekuensi bekerja di era digital adalah keterbukaan. Pemerintah harus siap dikritik dan diawasi oleh masyarakat,” tegas Hasto.
Lebih lanjut, Hasto memaparkan mengenai pembangunan smart city di Kota Yogyakarta yang merupakan keniscayaan di era sekarang. Pemerintah mengembangkan konsep tersebut berdasarkan enam pilar smart city dengan fokus pada layanan berbasis data dan teknologi digital.
“Kanal komunikasi resmi, kanal keterbukaan publik seperti open house, hingga kanal layanan berbasis elektronik, semua itu bagian dari transformasi menuju pemerintahan cerdas,” jelasnya.
Hasto juga menyoroti pentingnya integrasi antara new public management dan new marketing, dimana pelayanan tidak lagi hanya fokus pada produk, melainkan pada kebutuhan masyarakat. “Inisiatif seperti e-warung dan penguatan pangan lokal melalui sistem ekonomi berbasis digital dan bank daerah adalah salah satu upaya untuk uang dari produk lokal diputar di daerah sendiri, tidak mengalir keluar,” ujarnya.
Ia menutup dengan menekankan, keberhasilan bangsa sangat tergantung pada kualitas adults atau generasi dewasanya. “Jangan sampai menua tapi belum kaya. Kita harus bisa hidup mandiri dalam waktu lama meskipun tidak bekerja. Kuncinya adalah penguasaan soft skill yang justru lebih penting daripada hard skill.
Di lapangan, hanya 20 persen hard skill, sisanya soft skill,” pesannya. Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta, Trihastono, juga turut menyampaikan pandangannya.

Ia menekankan pentingnya profil masyarakat dalam mendesain layanan digital pemerintah. “Bukan lagi zamannya sosialisasi, tapi tim desiminasi. Kita mempercepat literasi digital melalui penyediaan WiFi gratis di lebih dari 1.300 titik RW di seluruh kota,” katanya.
Saat ditemui, salah satu mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, di Universitas AMIKOM Yogyakarta, Messy yang hadir dalam acara tersebut mengungkapkan antusiasmenya. “Menurut saya kegiatan hari ini luar biasa. Saya sangat senang bisa bertemu langsung dengan Pak Wali Kota.
Beliau sangat menginspirasi. Setelah mendengarkan materi beliau, saya langsung merasa ingin jadi pemimpin juga di desa saya,” ujarnya.
Ia sangat mengambil inspiratif dari Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo tentang pentingnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin. “Beliau bilang kita harus melipat waktu, menggandakan waktu, jangan menyia-nyiakan waktu. Itu sangat membekas bagi kami anak muda,” jelas Messy.