Umbulharjo,REDAKSI17.COM – Suasana Balai Kota Yogyakarta tampak semarak sejak pagi. Ratusan anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Yogyakarta mengikuti Senam Massal, Bazar & Pasar Murah, serta Lomba Kreasi Tumpeng Jajanan Tradisional yang digelar dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-26 Dharma Wanita Persatuan, Jumat (7/11).
Ketua DWP Kota Yogyakarta, Dian Aman Yuriadijaya, menyampaikan bahwa kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan HUT DWP yang jatuh pada 7 Desember 2025 mendatang. Tahun ini, DWP Kota Yogyakarta mengangkat tema nasional Peran Dharma Wanita dalam Membangun Perempuan yang Smart menuju Indonesia Emas 2045.
“Agenda hari ini ada senam massal, bazar, dan lomba tumpeng kue tradisional. Ini menjadi ajang kebersamaan sekaligus memperkuat semangat perempuan yang cerdas, sehat, dan kreatif,” ujar Dian.

Senam masal di Plaza Balai Kota Yogya, Jumat (7/11)
Lebih dari sekadar lomba dan bazar, kegiatan ini juga menjadi wadah silaturahmi antar anggota DWP serta sarana memperkuat nilai-nilai keluarga. Dian mengajak seluruh peserta untuk menjaga semangat hingga akhir acara yang juga dimeriahkan dengan berbagai door prize menarik.
“Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin mempererat kebersamaan. Dengan olahraga, kita sehat jasmani dan rohani. Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat,” tuturnya.
Senam massal diikuti sekitar 200 peserta dari 55 unit pelaksana (UP) DWP, sementara lomba tumpeng jajanan tradisional diikuti 33 perwakilan DWP dari berbagai perangkat daerah. Selain itu, bazar dan pasar murah juga menghadirkan sekitar 40 stan, terdiri dari 30 UMKM lokal dan 10 dari DWP Kota Yogyakarta.

Dalam lomba tumpeng jajanan tradisional ini, para peserta ditantang untuk merangkai kue tradisional menjadi tumpeng yang menarik. Kriteria penilaian mencakup kreativitas, keindahan, kearifan pangan lokal, kebersihan, dan kekompakan.
“Kita ingin mengedepankan bahan baku lokal dan menghindari produk berbasis gandum yang sebagian besar masih impor. Misalnya, kalau roti dibuat dari singkong, itu justru lebih baik,” jelas Dian.
Ia menambahkan, pemilihan tema jajanan tradisional bertujuan menumbuhkan kembali kecintaan terhadap kuliner lokal serta mendukung pelaku UMKM yang mengolah bahan-bahan dari lingkungan sekitar.
“Sekarang banyak jajanan dari luar, seperti berbasis gandum, padahal kita punya potensi bahan lokal seperti singkong dan pisang. Ini bagian dari pelestarian dan edukasi, supaya anak-anak kita tahu dan mencintai jajanan pasar,” ungkapnya.

Peserta dari Kemantren Wirobrajan
Lomba tumpeng jajanan tradisional ini menghasilkan karya-karya kreatif dan penuh nilai lokal. Juara 1 diraih oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), disusul Kemantren Wirobrajan sebagai Juara 2, Kemantren Mantrijeron Juara 3 serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Juara dan Kementerian Agama Kota Yogyakarta sebagai Juara Harapan 1 dan Harapan 2.
Salah satu peserta lomba dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Tri Rahayu dan Ani Kuspriyani berhasil meraih juara pertama dengan mengusung konsep Tumpeng Lestari yang menonjolkan nilai ramah lingkungan dan zero waste.
“ Bahan-bahannya dari bahan-bahan lokal, kemudian kita susun dengan apa, bahan-bahan yang alami, tidak menggunakan plastik dan lain-lain. Jadi tidak ada sampah yang ditimbulkan setelah tumpengnya ini nanti dibongkar atau dimakan, itu zero waste,” terang Tri Rahayu.

Tumpeng yang meraih juara
Ia menjelaskan, tumpengnya disusun dari aneka jajanan tradisional seperti lemper, lepet jagung, klepon, moto kebo, dan sawut singkong. Semua bahan menggunakan tepung ketan tanpa terigu, menggambarkan semangat pelestarian pangan lokal sekaligus kepedulian terhadap lingkungan.
“Kalau untuk rangkanya, pakai gedebog pisang. Jadi nanti setelah itu dibongkar, gedebognya bisa kita kompos jadi pupuk, terus ornamen atau hiasan itu dari kulit semangka. Buahnya kita makan, kulitnya masih kita manfaatkan untuk hiasan. Nanti setelah itu juga bisa masuk ke kompos,” tambah Ani.


