- Pasar keuangan Indonesia bergerak beragam pada area mana IHSG menguat sementara rupiah kemudian SBN masih dilepas investor
- Data menunjukkan kegiatan ekonomi Indonesia masih tangguh dari sisi internal yang tercermin dari melandainya inflasi dan juga juga solidnya PMI
- Sentimen kebijakan The Fed serta data inflasi nasional akan menjadi penggerak pasar hari ini
REDAKSI17.COM – keuangan Indonesia ditutup bervariasi pada perdagangan Senin (2/10/2023), dimana IHSG berhasil ditutup di area area zona hijau, sementara rupiah melemah juga kembali ke level psikologis Rp15.500/US$1.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.
IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (2/20/2023), ditutup menguat 0,31% atau ke 6.961,459 pada perdagangan Senin (2/10/2023). IHSG belum berhasil menyentuh bilangan 7.000 kembali pada perdagangan kemarin.
Penguatan IHSG pada perdagangan Senin kemarin didorong oleh kenaikan sektor infrastruktur 0,92%, sektor transportasi 0,48%, sektor cyclical 0,91%, sektor kesehatan 0,56%, sektor properti 1,09% kemudian sektor non-cyclical 0,16%. Sementara beberapa sektor harus terkoreksi yakni sektor perbankan melemah 0,13%, sektor industrial 0,15%, sektor basic-industry 0,44%, sektor teknologi 0,22% juga sektor energy 1,05%.
Sebanyak 259 saham bergerak naik, 266 bergerak turun kemudian 232 tiada berubah dengan transaksi turnover 9,82 triliun dengan 18,74 miliar lembar saham.
Faktor-faktor penguatan IHSG datang dari hasil inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan atau month to month (m-to-m) September 2023 sebesar 0,19%. Tingkat inflasi tahun kalender atau year to date (y-to-d) September 2023 sebesar 1,63% kemudian inflasi tahunan atau year on year (y-on-y) sebesar 2,28%.
Inflasi tahunan jeblok lantaran tingginya basis perhitungan pada tahun lalu dalam mana inflasi menyentuh 5,95% pada September 2022. Dampak kenaikan tarif BBM subsidi setahun lalu sudah hilang sepenuhnya sehingga inflasi pun terjun.
Angka inflasi Indonesia saat ini sudah berada di area area kisaran bawah target Bank Indonesia yakni 2-4%. Melandainya inflasi secara jangka panjang bis memberi ruang pada penurunan suku bunga, sehingga hal ini disambut baik oleh sektor properti lalu infrakstruktur yang yang rentan terhadap kenaikan suku bunga.
Namun, aktivitas manufaktur Indonesia jeblok pada September 2023 lalu berada di tempat area level terendah empat bulan terakhir. Pada periode September 2023, PMI manufaktur Indonesia tercatat pada dalam bilangan 52,3. Angka ini berjauhan tambahan banyak rendah dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat pada dalam 53,9.
Meski melandai, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir.
PMI menggunakan hitungan 50 sebagai titik mula. Jika pada dalam atas 50, maka artinya dunia industri sedang dalam fase ekspansi. Sementara pada bawah itu artinya kontraksi.
Dari global, sikap hawkish dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memberikan tekanan terhadap rupiah dikarenakan suku bunga AS berpotensi mengalami kenaikan sebesar 25 bps dalam sisa tahun 2023.
Melansir dari Refinitiv pada perdagangan Senin (2/10/2023), rupiah menembus level psikologis Rp15.500/US$1 serta juga ditutup pada nomor Rp15.525/US$1 atau melemah 0,49% terhadap dolar AS. Posisi ini merupakan yang dimaksud terlemah sejak 10 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.
Tekanan rupiah terjadi dalam saat capital outflow terjadi yang tersebut dimaksud tercermin dari data transaksi BI pada 25 – 27 September 2023, pemodal asing pada area pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di area dalam pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,07 triliun pada pasar saham serta beli neto Rp2,16 triliun pada Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Perangkat CME FedWatch menunjukkan bahwa 28,8,2% hasil survei menargetkan The Fed akan mengerek suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang. Sementara persentase lebih banyak tinggi besar ditunjukkan pada FOMC Desember dengan nomor 43,4% yang mana itu meyakini The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps.
Dengan prospek kenaikan suku bunga AS, maka dolar AS pada masa saat ini menjadi pilihan sehingga indeks dolar AS (DXY) terbang. Alhasil, tekanan terhadap pasar keuangan Indonesia termasuk rupiah pun terus terjadi juga mengalami depresiasi.
Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas penanam modal seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat 0,88% pada area level 6,97% pada perdagangan Senin (2/10/2023). Posisi hal itu adalah yang tertinggi sejak Maret 2023 atau enam bulan terakhir.