Home / Ekobis / ESDM Akui Target 1 Juta Barel Minyak Sulit, Tapi…

ESDM Akui Target 1 Juta Barel Minyak Sulit, Tapi…

ESDM Akui Target 1 Juta Barel Minyak Sulit, Tapi…

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Kementerian Energi lalu Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui target produksi minyak 1 jt barel per hari (bph) pada 2030 cukup menantang. Mengingat, produksi minyak dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan.

Direktur Jenderal Minyak serta Gas Bumi Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji menilai meskipun sulit, ia optimistis target produksi minyak 1 jt bph di dalam dalam tahun 2030 dapat tercapai.

“1 jt bph itu kan masih lama ini. Target tahun depan dulu yang tersebut hal tersebut kita kejar. Sulit, dari awal juga sulit, tapi bukan bukan mungkin,” kata Tutuka pada tempat Gedung Kementerian ESDM, dikutip Kamis (14/12/2023).

Menurut Tutuka optimisme disertai kegiatan eksplorasi masif dalam sebuah industri hulu migas cukup penting. Sebab tanpa kedua hal itu, cukup sulit rasanya untuk menggenjot kenaikan produksi. “Kita harus optimis tapi ada kalkulasi jadi kira-kira risikonya gimana, estimasinya gimana, tapi eskplorasinya jalan terus,” ujarnya.

Sebelumnya, berdasarkan catatan ReforMiner Institute, tantangan pemerintah untuk mencapai target produksi migas semakin berat. Apalagi, selama periode 2010 hingga 2022 produksi migas nasional tercatat mengalami penurunan rata-rata sekitar 3,28% per tahun untuk minyak lalu 3,36% per tahun untuk gas.

Ditambah, kinerja produksi migas pada tahun 2023 tercatat juga masih di dalam dalam bawah target. Berdasarkan data yang ada, proyeksi produksi minyak hingga akhir 2023 adalah 606,3 ribu barel per hari atau 91,1% dari target APBN 2023.

Sementara, perkiraan salur gas bumi pada 2023 adalah 5.400 standar kaki kubik per hari (MMSCFD), atau 87,7% dari target APBN 2023. Selama lima tahun terakhir, realisasi produksi migas terhadap target APBN rata-rata adalah 93,69% untuk minyak bumi lalu 95,26% untuk gas bumi.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro dalam laporan ini memaparkan, kinerja produksi migas nasional yang dimaksud disebut dalam atas sudah pernah dapat diperkirakan sebelumnya, lantaran semata-mata mengandalkan produksi dari lapangan migas yang digunakan yang sudah pernah ada (eksisting), pada tempat mana sekitar 70% dalam dalam antaranya sudah masuk kategori mature (matang).

“Profil lalu kinerja produksi migas yang digunakan digunakan demikian itu juga terbentuk dari pola penyertaan modal hulu migas nasional yang tersebut mana sudah pernah hampir dua dekade terakhir ini porsi terbesarnya adalah untuk pemeliharaan produksi,” kata Komaidi dalam laporan tersebut, Kamis (7/12/2023).

Dalam laporan ini, Komaidi memerinci selama periode 2015-2023, porsi terbesar dari investasi modal hulu migas nasional rata-rata kurang tambahan adalah untuk produksi (71,06%) kemudian juga pengembangan (15,4%). Sedangkan, porsi investasi modal untuk kegiatan eksplorasi pada periode yang dimaksud digunakan sejenis semata-mata sekali berada pada kisaran 5-6%.

Menurut dia, dengan profil produksi yang tersebut mana sebagian besar mengandalkan lapangan migas yang tersebut berumur tua serta pola pembangunan sektor ekonomi hulu yang dimaksud itu porsi eksplorasinya minim. Hal ini tentunya akan sangat sulit untuk dapat mencapai target produksi minyak bumi sebesar 1 jt bph kemudian juga gas bumi sebesar 12.000 MMSCFD atau 12 BSCFD pada 2030.

Komaidi menilai, optimalisasi lapangan matang ini sejatinya dapat dikatakan sudah cukup berhasil dilaksanakan oleh para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang mana beroperasi di area dalam Tanah Air, dalam menahan laju penurunan produksi yang digunakan yang ada.

Sebagai contoh dalam hal ini, adalah Pertamina, yang mana digunakan saat ini berkontribusi sekitar 68% terhadap produksi minyak nasional lalu 34% terhadap produksi gas nasional.

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *