Home / Daerah / Fakta Sanitasi di Sulawesi Selatan: Hanya 12,92 Persen Terkategori Aman

Fakta Sanitasi di Sulawesi Selatan: Hanya 12,92 Persen Terkategori Aman

Fakta Sanitasi pada Sulawesi Selatan: Hanya 12,92 Persen Terkategori Aman
Sulsel,REDAKSI17.COM – Sanitasi yang tersebut tiada aman akan menimbulkan sebagian penyakit yang digunakan mampu merenggut nyawa. Seperti kolera, disentri, diare serta stunting. Bahkan sanitasi yang mana tidaklah layak juga ternyata memperburuk perekonomian negara.

Hal hal tersebut dipaparkan dalam Gala Sanitasi Aman untuk anak muda dalam Sulawesi Selatan yang tersebut digelar yayasan BaKTI bekerjasama dengan Unicef di tempat Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Kamis, 7 Desember 2023.

Kegiatan ini menghadirkan ratusan peserta dari unsur mahasiswa kemudian dosen Unhas juga beberapa jumlah sekolah-sekolah tinggi kesehatan dalam Makassar. Serta perwakilan stakeholder pemerintah dari provinsi, kabupaten mitra program UNICEF serta Yayasan BaKTI, dan juga organisasi non-pemerintah.

Dari data BPS, capaian akses sanitasi di area Sulawesi Selatan saat ini sudah mencapai 92,24 persen dikatakan layak kemudian 12,92 persen pada kategori aman.

Namun, semata-mata 1 dari 10 rumah tangga di area kawasan perkotaan yang digunakan mengelola air limbah merek secara aman (BPS-NAWASIS) seperti penyedotan lumpur tinja secara rutin.

“Secara global, ada 115 ribu anak balita yang meninggal setiap tahunnya dikarenakan pneumonia serta diare. Lalu, 60 persen kematian akibat diare itu dikarenakan rendahnya air, sanitasi kemudian kebersihan (Wash),” kata Wildan Setiabudi, Penanggungjawab Program Air, Sanitasi, juga Higiene Unicef Makassar.

Kemudian sanitasi yang mana tidaklah layak juga mempengaruhi perekonomian negara. Secara global, kata Wildan, ada 260 miliar USD kerugian setiap tahunnya akibat layanan wash yang dimaksud bukan memadai. Sementara di dalam Indonesia, ada kerugian 23 miliar USD atau bilangan bulat itu setara 2,3 persen produk-produk domestik bruto (PDB).

Dampak hal itu terlihat dari indikasi jumlah keseluruhan pengeluaran untuk berobat yang mana disebabkan disentri serta penyakit lainnya, lalu terganggunya produktivitas kerja oleh sebab itu sakit.

Dua mahasiswi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas bernama Azzahra Fitria serta Nur Asyifa saat melakukan kampanye sanitasi aman di dalam kabupaten Sidrap lalu Pinrang juga mendapati hasil bahwa ada 90,75 persen rumah tangga sudah punya tangki septik, sementara 9,25 persen belum.

Namun, hampir semua rumah tangga yang punya tangki septik bukan pernah disedot. Kemudian, ada 40 persen rumah tangga yang digunakan membangun sumur di area dekat dengan tangki septik.

“Artinya, air yang mana merek gunakan dicemari bakteri ecoli,” kata Azzahra.

Setidaknya, lumpur tinja yang mana mengendap harus disedot secara rutin setiap 2-3 tahun sekali.

Azzahra juga Nur mengatakan bahwa warga bingung bagaimana cara menyedot limbah jamban? Selain itu biayanya juga mahal.

“Jadinya, air limbah jamban dari tangki dibuang ke drainase, kanal atau empang,” sebutnya.

Mereka menegaskan sanitasi yang tersebut aman harus dimulai dari level rumah per rumah. Kemudian harus ada edukasi juga kebijakan dari Dinas Kesehatan juga dinas PUPR terkait sanitasi.

Yayasan BaKTI bekerja identik dengan Unicef dan juga Pemprov Sulsel menggalang akselerasi konstruksi sanitasi aman pada saat Provinsi Sulsel dinyatakan provinsi Stop BABS atau Bebas dari Buang Air Besar Sembarangan.

Salah satu fokus kegiatannya adalah berkolaborasi dengan stakeholder pengelolaan air limbah domestik untuk penyelenggaraan sanitasi aman di dalam beberapa jumlah kabupaten kemudian kota.

Gala Sanitas Aman untuk Anak Muda ini merupakan rangkaian kegiatan membangun kolaborasi dengan universitas, Pokja PKP (Kelompok Kerja Perumahan kemudian Kawasan Permukiman), serta NGO.

Kontributor : Lorensia Clara Tambing

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *