Gunungkidul (11/10/2025) REDAKSI17.COM – Suasana Lapangan Desa Logandeng, Plembon Kidul, Kapanewon Playen, Gunungkidul, Sabtu (11/10), menjadi semarak dengan digelarnya Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025. Festival budaya tahunan ini resmi dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, yang hadir mewakili Gubernur DIY.
Mengusung tema “Adoh Ratu, Cedhak Watu”, FKY 2025 menghadirkan semangat kemandirian dan kearifan lokal masyarakat Gunungkidul yang tetap berakar pada tradisi, namun terbuka terhadap perkembangan zaman. Pembukaan FKY dihadiri oleh Sekda Kabupaten Gunungkidul, Sri Suhartanta; unsur Forkopimda DIY dan Gunungkidul; Kepala Dinas Kebudayaan DIY; Tim Pengarah dan Tim Kerja FKY; para seniman; tokoh adat; serta masyarakat luas.
Dalam sambutan Gubernur DIY yang dibacakan oleh Sekda DIY, disampaikan bahwa tema FKY tahun ini mencerminkan karakter masyarakat Gunungkidul yang tangguh dan mandiri di tengah jarak geografis dari pusat pemerintahan. “Adoh Ratu, Cedhak Watu bukan sekadar permainan kata, melainkan cermin realitas: masyarakat Gunungkidul mampu menumbuhkan keseimbangan antara hormat dan mandiri, antara patuh dan berdaya. Jarak bukan pemisah, melainkan ruang untuk tumbuh,” ungkap Ni Made.
Ni Made menambahkan, FKY harus menjadi ruang pertemuan antara tradisi dan modernitas, antara rakyat dan kekuasaan, serta antara pusat dan pinggiran. “Dari Gunungkidul kita belajar bahwa kemajuan tidak harus menjauh dari akar. Modernitas tidak perlu memutus tradisi, dan kreativitas justru tumbuh dari kedekatan dengan kehidupan nyata,” lanjutnya.
Sekda DIY juga berharap FKY menjadi ruang yang mempertemukan kembali berbagai gagasan budaya dan menghidupkan nilai-nilai kebersamaan. “Semoga FKY 2025 menjadi ruang yang hangat, jujur, dan reflektif; ruang untuk merayakan kedekatan di tengah jarak, serta menemukan kembali nilai-nilai yang membuat Yogyakarta selalu istimewa. Bukan karena predikatnya, tetapi karena sikap dan kesadaran akan akar dan arah,” imbuh Ni Made.
Sementara itu, Sekda Kabupaten Gunungkidul, Sri Suhartanta, menyebut melalui FKY masyarakat diingatkan kembali akan pentingnya menjaga nilai-nilai luhur budaya agar tetap hidup dan bermanfaat. “FKY bukan hanya tentang pertunjukan seni, tetapi tentang menghidupkan kembali kearifan lokal yang menjadi sumber inspirasi dan ketahanan bangsa. Kami mengajak masyarakat Gunungkidul menjadikan semangat Adoh Ratu, Cedhak Watu sebagai pedoman dalam membangun daerah yang adil, makmur, lestari, dan berkeadaban,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menjelaskan tema Adoh Ratu, Cedhak Watu mengandung pesan mendalam tentang hubungan manusia dengan alam dan akar sejarahnya. “FKY 2025 bukan sekadar festival, melainkan ruang pertemuan pengetahuan dan inovasi budaya. Melalui program seperti Pawai Rajakaya, Pasaraya Adat, Pawon Hajat, Rembug FKY, dan Jelajah Budaya, masyarakat diajak melihat bahwa adat dan tradisi tidak berhenti pada ritual, tetapi menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran lintas generasi,” jelasnya.
Pawai Rajakaya yang diikuti sekitar 800 peserta dari lima kabupaten/kota di DIY menjadi penanda dimulainya FKY 2025. Arak-arakan hewan ternak berhias indah dengan iringan musik tradisional menjadi simbol rasa syukur, gotong royong, serta harmoni antara manusia, alam, dan budaya. Pawai ini berakar pada upacara adat Gumbregan di Gunungkidul, sebuah praktik ritual yang merepresentasikan ungkapan syukur sekaligus doa masyarakat agraris.
Selama sepekan pelaksanaan hingga 18 Oktober 2025, FKY 2025 akan menampilkan berbagai kegiatan, mulai dari pameran seni, pertunjukan musik, pemutaran film, lokakarya, hingga forum diskusi kebudayaan. Melibatkan ratusan seniman, komunitas, dan masyarakat lokal, FKY menjadi wadah dialog budaya antarwilayah dan antargenerasi yang memperkuat semangat guyub lan nyawiji di DIY.
Humas Pemda DIY





