Home / Ekobis / Geger Harga Bawang Merah ‘Meledak’ Parah, Pedagang dan Emak-Emak Ngamuk

Geger Harga Bawang Merah ‘Meledak’ Parah, Pedagang dan Emak-Emak Ngamuk

Geger Harga Bawang Merah ‘Meledak’ Parah, Pedagang lalu Emak-Emak Ngamuk

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Harga bawang merah terpantau bergerak naik. Bahkan, dalam wilayah pasar dalam DKI Jakarta harganya tembus mencapai Rp80.000 per kg atau naik 100% dari nilai tukar normal dalam kisaran Rp35.000-40.000 per kg.

Dari pantauan CNBC Indonesia dalam tempat dua pasar tradisional pada area daerah Jakarta Pusat, Pasar Gandaria kemudian Pasar Gondangdia pagi hari ini, Senin (22/4/2024), tarif jual bawang merah serempak berada dalam dalam level Rp80.000 per kg.

Berdasarkan penuturan para tukang jualan dalam tempat kedua pasar tersebut, tarif bawang merah mulai bergerak naik secara bertahap dari 10 hari mendekati Lebaran Idul Fitri.

“Hari ini bawang merah masih dalam tarif Rp80.000 per kg. Mulai naik dari sebelum Lebaran, kalau nggak salah naiknya 10 hari sebelum Lebaran. Ini kalau kemarin-kemarin naiknya bertahap, sekarang bertahan di dalam dalam Rp80.000, belum ada turun-turun yang digunakan mana khusus eceran,” kata Asep salah manusia peniaga pada dalam Pasar Gandaria, Jakarta Pusat.

Pedagang lainnya, yang digunakan digunakan akrab disapa Kus, mengaku jual nilai tukar bawang merah di area tempat nilai tukar Rp80.000 per kg. Meski banyak mendapatkan membantah dari para langganannya, Kus menyebut para pelanggannya tetap membeli bawang merah dengan biaya tinggi tersebut.

“Harga bawang merah saya jualnya Rp80.000 (per kg), banyak yang dimaksud mengecam sih, tapi yaudah merek itu tetap beli juga,” ujar Kus.

Kus menyebut biaya bawang merah Rp80.000 per kg rata hampir dalam area semua pasar tradisional pada dalam DKI Jakarta. “Harga bawang merah rata semua sih ini kayaknya di tempat dalam pasar-pasar dalam Jakarta. Memang segini pasarannya, oleh sebab itu semua pada dalam mana-mana juga segitu,” tukasnya.

Bawang Merah. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)Foto: Bawang Merah. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)
Bawang Merah. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizki)

Sementara itu, lonjakan tarif jual pada bumbu dapur penting itu pun sontak memproduksi para emak-emak ngamuk. Pasalnya, kata mereka, tak ada masakan khas nusantara yang mana dimaksud tiada menggunakan bawang merah sebagai materi dasar pembuatannya.

Sri, salah seseorang ibu rumah tangga yang hal itu ditemui CNBC Indonesia dalam Pasar Gandaria, Jakarta Pusat, mengaku pusing dengan lonjakan nilai yang itu terjadi. Namun apa boleh buat, ia mengaku tetap membelinya lantaran stok bawang merah miliknya sudah habis, lalu dia bukan dapat memasak tanpa bawang merah.

“Mahal banget ini, biasanya paling mahal itu ¼ Rp10.000, berarti kalau sekilo kan paling mahal Rp40.000 biasanya. Tapi ini sampai Rp80.000 sih mahal amat ya. Pusing banget lah nilai mahal, tapi tetap harus beli meskipun biaya mahal, sebab stok di dalam tempat rumah habis,” kata Sri.

Hal senada juga disampaikan pelanggan lainnya, Widia, ia menyebut semua olahan masakan dalam Indonesia harus memakai bawang. Menurutnya, rasa dari masakan itu akan terasa kurang enak bilamana tidaklah menggunakan bawang merah.

“Tetap beli (bawang merah), oleh sebab itu kalau masak nggak pakai bawang gimana gitu. Apa masakan yang tersebut tanpa bawang, nggak ada saya rasa. Semua ibu-ibu pasti pusing mikirin tarif bawang yang mana digunakan mahal, tapi tetap harus dibeli, sebab masak ya memang harus pakai bawang merah. Nggak sedap lah kalau nggak pakai bawang merah,” ucapnya.

Pelanggan lainnya, Iie mengaku sampai harus mengurangi penyelenggaraan bawang merah saat memasak. Hal itu ia lakukan untuk mengirit persediaan, menyusul tarif bawang merah sedang tinggi pada pasaran.

“Bawang merah itu kan salah satu kebutuhan pokok untuk mengolah masakan Indonesia. Tapi dengan biaya yang digunakan hal tersebut lagi tinggi kayak sekarang ya paling agak dikurangi semata penggunaannya,” pungkasnya.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, lonjakan nilai tukar bawang merah saat ini adalah dampak terganggunya produksi di area dalam banyak wilayah sentra bawang merah pada Indonesia. Penyebabnya, banjir yang digunakan melanda sepanjang wilayah Pantura pada bulan Maret 2024 lalu.

Bapanas mencatat, akibat banjir tersebut, sekitar 2.500 hektare (ha) lahan bawang mengalami puso atau gagal panen. Lahan ini bagian dari sekitar 7.500 ha lahan bawang di area dalam Brebesm Cirebon, Kendal, Demak, Grobogan, Pati, kemudian daerah lain yang dimaksud mana terkena dampak banjir Pantura.

“Kenaikan nilai dalam dalam mulai awal April 2024 sebagai kompensasi biaya bawang merah yang mana jatuh dalam tempat bulan sebelumnya,” kata Deputi bidang Ketersediaan serta juga Stabilisasi Pangan Bapanas I Gusti Ketut Astawa dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2024 dalam Jakarta, ditayangkan akun Youtube Kemendagri RI, Senin (22/4/2024).

Sementara, pasokan bawang merah dalam tingkat grosir Pasar Induk Kramat Jati yang dimaksud belaka sekali 60 ton atau turun 38,78% terhadap pasokan normal mencapai 98 ton. Data per 17 April 2024. Panel Harga Badan Pangan mencatat, biaya bawang merah hari ini, Senin (22/4/2024) naik Rp630 ke Rp52.310 per kg. Sepekan lalu, 15 April 2024, harganya masih dalam Rp45.260 per kg.

Harga tertinggi bawang merah di area tempat tingkat eceran hari ini dilaporkan mencapai Rp80.350 per kg, terjadi pada Papua Tengah. Di wilayah Jakarta, harganya dilaporkan mencapai Rp72.300 per kg, sementara di dalam tempat Jawa Tengah juga Jawa Timur masing-masing pada Rp55.570 per kg juga Rp48.460 per kg.

Jika melihat pergerakan nilai tukar jual bawang merah, Panel Harga Badan Pangan menunjukkan, biaya bawang merah tiba-tiba melonjak memasuki bulan April 2024. Harga rata-rata bulanan menunjukkan, nilai tukar dalam bulan Maret 2024 masih pada Rp34.030 per kg. Lalu biaya jual bawang merah mendadak melonjak ke Rp43.490 per kg pada area bulan April 2024. Harga ini menurunkan dibandingkan nilai tukar bulan Januari 2024 yang dimaksud digunakan tercatat dalam Rp36.320 per kg.

“Harga bawang merah ini memang grafiknya naik, meskipun di tempat dalam Januari-Februari masih pada bawah nilai tukar acuan. Kami terus memantau nilai tukar bawang merah ini, mudah-mudahan kita mampu cuma lakukan upaya pengendalian dengan baik,” terang Ketut.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *