GONDOKUSUMAN,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta menggencarkan dan memantau Gerakan Masyarakat Jogja Olah Sampah (Mas JOS) di wilayah. Salah satunya di wilayah Kampung Pengok RW 12 Kelurahan Demangan yang menerapkan Mas JOS dari pilah sampah sampai olah sampah sisa dapur dengan biopori dan budidaya maggot. Diharapkan dengan gerakan Mas JOS, dapat mengurangi sampah yang dibawa ke depo.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengapresiasi masyarakat Kampung Pengok yang sudah menerapkan Gerakan Mas JOS. Masyarakat mengolah sampah menjadi pupuk dan untuk pakan maggot hasilnya untuk mendukung pertanian di lahan pekarangan. Dicontohkan seperti Bu Lis warga Pengok yang telah menerapkan Mas JOS di rumahnya sehingga sampah bisa teratasi. Kampung Pengok bisa menjadi percontohan pelaksanaan Mas JOS.
“Saya berharap perubahan itu berasal dari bawah, kemudian kita provokasi sedikit, kita dukung kemudian menjadi masif. Makanya saya kampanye terus (Mas JOS) untuk mengubah mindset masyarakat Kota Yogyakarta,” kata Hasto saat kegiatan Mas JOS Menyapa di Kampung Pengok Kelurahan Demangan, Selasa (9/9/2025).
Hasto menegaskan akan terus memantau gerakan Mas JOS di wilayah 14 kemantren dan nantinya ke kelurahan-kelurahan. Pemkot Yogyakarta juga akan mendukung gerakan itu dengan memberikan bantuan gerobak dan ember bekas cat untuk mengolah sampah organik dan sisa dapur. Pelaksanaan Mas JOS di kemantren dan kelurahan akan dinilai dan diumumkan saat Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Yogyakarta 7 Oktober. Diharapkan dengan Mas JOS, pada Januari nanti bisa menyelesaikan sampah real time.
“Saya punya deadline tanggal tujuh Oktober. Jadi program-program masif yang sekarang kita gerakkan ini bermuara di tujuh Oktober Hari Jadi Kota Yogyakarta. Akan saya umumkan kecamatan mana yang bagus, yang responsif, kelurahan mana akan saya nilai dan umumkan hasilnya,” tuturnya.
Gerakan masif Mas JOS juga sebagai upaya untuk mengurangi sampah yang dibawa ke depo. Hasto menjelaskan volume sampah dari depo yang mampu diolah Unit Pengolahan Sampah di Kota Yogyakarta sekitar 190 ton. Tapi jumlah sampah yang datang ke depo sekitar 260 ton. Sedangkan kuota sampah dari Kota Yogyakarta ke Piyungan dari bulan ini sampai Desember hanya tinggal 10 persen atau sekitar 2.400 ton. Pada Januari- Juli 2025 volume sampah Kota Yogyakarta yang sudah diterima Piyungan mencapai sekitar 23.000 ton. Oleh sebab itu harus menurunkan jumlah sampah yang ke depo.
“Maka gerakan masif ini untuk menggembosi (sampah) depo. Biar yang ke depo tidak banyak. Sambil terus yang depo kita habiskan tapi kita harus gerilya (Mas JOS) ke warga-warga. Oleh karena itu gerakan dari kampung ke kampung, dari kelurahan ke kelurahan untuk menurunkan itu,” tegas Hasto.
Salah seorang warga Kampung Pengok RW 12 Demangan Alis Inmartiwi sudah menerapkan gerakan Mas JOS di rumahnya. Dia memilah sampah dengan menerapkan kantong sampah terpilah di rumah. Sampah anorganik yang dikumpulkan di bawa ke bank sampah di kampungnya. Untuk sampah organik sampah dapur dikelola dengan metode biopori di halaman rumahnya dan hasilnya digunakan pupuk tanaman maupun media tanam.
“Harian itu sisa-sisa dapur sayur dan buah saya masukan ke biopori. Saya buat empat biopori. Saya memang dari dulu kelola sampah karena di kelompok tani diajarkan. Mari kita olah sampah supaya sampah jadi barang berharga (bermanfaat) kalau saya untuk tanaman-tanaman pribadi tidak beli pupuk,” terang Lis.
Mantri Pamong Praja Kemantren Gondokusuman Guritno menambahkan masyarakat di RW 12 Demangan tidak hanya melaksanakan gerakan Mas JOS. Tapi juga berkolaborasi dengan kelompok tani yang memanfaatkan hasil pengolahan sampah untuk pertanian seperti menanam cabai. Adapun pengolahan sampah organik untuk pakan maggot. “Yang jalan ini ibu-ibu semua. ibu-ibu sudah tidak risih dengan maggot,” ujar Guritno.