Jakarta,REDAKSI17.COM – Pemilu 2024 di dalam tempat Indonesia semakin memanas dengan Partai Gerindra sebagai pihak yang digunakan digunakan tengah bersiap untuk menghadapi pertarungan urusan kebijakan pemerintah ke-3 kalinya.
Dengan pertumbuhan kinerja historis kemudian juga prospek yang tersebut itu makin berkembang, Gerindra berharap dapat mengulang keberhasilan Partai Demokrat pada 2009 yang mana mampu meraih kemenangan mengejutkan.
Dengan Prabowo Subianto sebagai calon presiden lalu juga Gibran Rakabuming Raka sebagai pendamping, Gerindra tengah menghadapi tantangan, apakah merekan mampu mengubah dinamika kebijakan pemerintah dengan menjadi pemenang pilpres lalu mengantar Prabowo ke kursi presiden setelah dua kali kegagalan sebelumnya?
Meskipun dihadapkan pada beberapa tantangan, pilpres 2024 membuka kesempatan besar bagi Gerindra untuk memperoleh ucapan terbesar, menjadikannya partai pemenang yang mana digunakan menguasai kursi parlementer.
Dibentuk pada 6 Februari 2008, Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra menjadi kendaraan kebijakan pemerintah bagi Prabowo Subianto. Dengan cepat Gerindra mampu merebut banyak simpatisan juga menjadi salah satu kekuatan utama kebijakan pemerintah pada dalam Indonesia.
Namun, Gerindra beberapa kali gagal mengantar Prabowo sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres). Publik pun pada saat ini mencermati tahun depan terkait kemungkinan Gerindra untuk menjadi pemenang pilpres sekaligus mengantar Prabowo ke kursi presiden.
Berkaca pada sejarah Indonesia, partai yang dimaksud mana relatif baru bisa jadi cuma memenangi pemilihan umum kemudian mengantar capres pilihannya memenangi pilpres, yakni Partai Demokrat pada 2009.
Kemenangan Partai Demokrat di dalam tempat Pileg 2009, Mampukah Gerindra Mengulang?
Pada Pileg 2009, Partai Demokrat berhasil mencetak sejarah dengan meraih kemenangan yang tersebut dimaksud tidaklah terduga. Meskipun termasuk partai baru juga belum miliki basis elektoral yang tersebut mana kuat seperti PDIP lalu Golkar, Demokrat mampu mengamankan kursi terbanyak. Demokrat didirikan pada 9 September 2001 tetapi baru disahkan pada Agustus 2003.
Partai Demokrat mampu memenangi pemilihan umum 2009 dengan perolehan pengumuman 21.703.137 pengumuman atau 20,85%. Demokrat menyingkirkan partai lama seperti PDI-P kemudian Golkar.
Keberhasilan ini diiringi dengan pencalonan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Capres yang digunakan digunakan berhasil meraih kemenangan dalam Pemilihan Presiden dengan pendapat mayoritas 60,8%. Hal ini menimbulkan adanya tesis bahwa partai yang tersebut mengusung capres akan mampu meningkatkan elektabilitas sebuah parpol.
Hal yang tersebut diperkuat kembali dengan PDIP yang dimaksud itu mampu menjadi pemenang Pileg 2014 serta 2019 dengan mengusung Calon Presiden Joko Widodo.
Setelah kesuksesan PDI-P juga Demokrat, rakyat pada masa sekarang ini menunggu apa hal serupa dapat terjadi pada Partai Gerindra yang digunakan dimaksud resmi mengusung Prabowo Subianto sebagai Capres pada 2024 nanti. Sebagai catatan, Prabowo telah dilakukan terjadi kalah dalam tiga kali Pilpres, sebagai cawapres pada 2009 lalu capres pada 2014 kemudian 2019.
Meskipun belum berhasil meraih kemenangan, partai ini mampu menjadi kekuatan oposisi yang mana signifikan. Gerindra yang digunakan dimaksud kembali mengusung Prabowo dapat menjadi kunci keberhasilan Partai dalam meraih dukungan massa.
Analisis sejarah Pileg menunjukkan bahwa hasil yang tersebut dimaksud memuaskan dapat meningkatkan elektabilitas partai, terutama jika partai hal itu berhasil mengusung capres yang tersebut yang disebut populer. Contoh terbaik adalah kemenangan SBY pada pemilihan umum 2009, yang dimaksud yang disebut tiada ada belaka membawa dirinya menjadi presiden tetapi juga meningkatkan dukungan untuk Partai Demokrat.
Partai Gerindra, dengan pengalaman mengusung Prabowo Subianto pada pemilihan umum sebelumnya, dapat menggunakan momentum ini untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap visi kemudian juga misi partai. Pilihan capres yang digunakan tepat, bersama dengan kampanye yang dimaksud efektif, dapat menjadi kunci bagi Gerindra untuk meraih dukungan yang tersebut yang tambahan tinggi besar.
Melihat perolehan pengumuman Partai Gerindra pada Pileg 2014 kemudian 2019 memberikan gambaran tentang posisi partai ini dalam kebijakan pemerintah Indonesia.
Pada Pileg 2014, Gerindra meraih 14,8 jt kata-kata atau 14,75% pernyataan sah nasional, menjadikannya partai ketiga terbesar setelah PDIP kemudian Golkar. Sementara pada Pileg 2019, Gerindra berhasil meningkatkan perolehan suaranya menjadi 17,59 jt kata-kata atau 12,57%, menempati posisi kedua pada belakang PDIP.
Perlu dicatat bahwa kemenangan pilpres tak semata-mata sekali bergantung pada perolehan suara, tetapi juga pada distribusi pernyataan pada area berbagai daerah. Gerindra perlu memperkuat basisnya pada tempat wilayah-wilayah yang dimaksud strategis lalu mendekati kelompok pemilih yang tersebut hal tersebut potensial.
Partai Gerindra mampu menguasai 1 provinsi pada pemilihan umum 2014 yaitu Aceh. Partai Gerindra berhasil mengalami penambahan penguasaan ucapan menjadi 4 provinsi pada Pileg 2019 diantaranya Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Riau, juga Sumatera Barat.
Meskipun Gerindra pada pilpres 2024 mempunyai prospek untuk mengikuti jejak Demokrat, partai ini juga dihadapkan pada banyak tantangan, seperti persaingan kebijakan pemerintah yang digunakan digunakan ketat dengan adanya 3 paslon yang tersebut yang dapat membagi distribusi pengumuman ke partai lain.
Kendati demikian, pilpres 2024 membuka prospek bagi Partai Gerindra untuk memperoleh kata-kata terbesar. Dengan mengambil pelajaran dari hasil Pileg sebelumnya, Gerindra memiliki prospek untuk menjadi partai yang dimaksud itu menguasai kursi parlementer.
CNBC INDONESIA RESEARCH