Jakarta,REDAKSI17.COM – Sebagai instrumen investasi, reksa dana sejatinya miliki profil risiko yang tersebut cukup beragam dari rendah, moderat, hingga tinggi.
Itu sebabnya, item yang dimaksud digunakan satu ini memang cocok untuk segala macam situasi. Mereka yang dimaksud ingin berinvestasi di area dalam jangka pendek, sanggup membeli reksa dana pasar uang atau pendapatan tetap, sementara yang digunakan mana jangka panjang mampu membeli reksa dana campuran, indeks, saham dan juga juga lannya.
Lantas bagaimanakah cara kita untuk memitigasi risiko kemudian mengoptimalkan imbal hasil penyertaan modal reksa dana di dalam area tengah suku bunga acuan mengalami kenaikan? Berikut tips yang digunakan dapat jadi Anda lakukan.
Ukur kinerja reksa dana dengan indeks acuan
Benchmarking adalah hal yang digunakan dapat hanya dijalani untuk menilai kinerja reksa dana dalam jangka panjang.
Ketika performa reksa dana itu terlihat seringkali mengungguli indeks acuan, maka dapat dikatakan reksa dana hal itu cukup layak beli.
Adapun indeks acuan yang digunakan yang disebut mampu sekadar dijadikan pembanding adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Obligasi Negara, serta juga bunga deposito.
Atau, Anda pun dapat jadi melakukan perbandingan antara satu reksa dana kemudian reksa dana lain untuk jangka waktu tertentu.
Switching reksa dana atau top up
Untuk memaksimalkan imbal hasil penyertaan modal reksa dana Anda, melakukan diversifikasi barang reksa dana tentu adalah kuncinya. Namun satu hal yang mana mana tak boleh Anda lupakan adalah melakukan switching dengan meyakinkan kondisi pasar.
Di saat terjadinya koreksi di area tempat pasar SBN, besar kemungkinan nilai dari reksa dana pendapatan tetap yang tersebut dimaksud Anda miliki akan menurun. Switching ke reksa dana pasar uang tentu sanggup sekadar dilakukan.
Namun selain itu, Anda pun sanggup jadi melakukan top up reksa dana jika Anda memandang penurunan ini sebagai prospek untuk mampu membeli dengan nilai murah.
