Jakarta,REDAKSI17.COM – Pusat komersial Myanmar, Yangon, dilaporkan menghadapi krisis material bakar pada Rabu (6/12/2023). Ini terjadi saat negara itu masih berada dalam perang saudara junta militer yang tersebut mengambil kekuasaan melalui kudeta pada 2021 lalu dengan milisi bersenjata.
Laporan AFP mengutip surat kabar Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah mengatakan kekurangan minyak dimulai pada Selasa. Kondisi ini disebabkan oleh tertundanya pengiriman minyak dari Pelabuhan Thilawa ke stasiun pengisian material bakar, tanpa memberikan rincian lebih tinggi banyak lanjut.
Sebagian besar materi bakar Yangon tiba melalui pelabuhan, namun mata uang kyat lokal sudah diimplementasikan anjlok terhadap dolar sejak militer mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021, sehingga berdampak pada kemampuan importir untuk membayar pengiriman materi bakar.
Seorang koresponden AFP menyebut puluhan mobil serta sepeda motor mengantri dini hari di area tempat Yangon. Di wilayah Bago di area area utara Yangon, beberapa stasiun membatasi perdagangan hingga 20 liter per pelanggan.
“Kami tutup selama seminggu dikarenakan kekurangan unsur bakar kemudian baru dibuka pagi ini,” kata individu petugas pompa bensin pada Phayargyi, sekitar 75 kilometer utara Yangon, kepada AFP.
“Meski sekarang kami punya bensin, bensinnya akan segera habis sebab banyak mobil juga sepeda motor yang tersebut dimaksud datang ke kami oleh sebab itu SPBU terdekat lainnya tutup,” kata mereka, yang tersebut dimaksud memohon bukan disebutkan namanya.
Perekonomian Myanmar merosot sejak kudeta, yang digunakan digunakan memicu membantah besar-besaran pro-demokrasi yang dimaksud digunakan ditumpas oleh tindakan keras militer. Lusinan “Pasukan Pertahanan Rakyat” bermunculan pada seluruh negeri untuk melawan junta, dengan bentrokan yang digunakan mana sering terjadi dalam tempat sebagian besar wilayah negara.
Awal tahun ini, Bank Dunia mengatakan PDB Myanmar diproyeksikan meningkat sebesar tiga persen hingga September 2023, masih sekitar 10% tambahan lanjut rendah dibandingkan tahun 2019.
“Hambatan pasokan juga permintaan yang dimaksud dimaksud parah” terus menghambat kegiatan ekonomi, katanya.
Pada akhir Oktober, aliansi kelompok etnis minoritas bersenjata melancarkan serangan terhadap militer dalam wilayah utara negara bagian Shan dekat perbatasan dengan China, mitra dagang terbesar Myanmar.
Aliansi itu telah lama lama menguasai satu perlintasan perbatasan utama kemudian memblokir jalan-jalan menuju beberapa perlintasan perbatasan lainnya, serta menolak pajak junta lalu devisa negara yang mana kekurangan uang.
Pekan lalu, pertempuran pada area wilayah Timur juga sempat memblokir jalan raya arus perdagangan utama ke negara tetangga, Thailand.