Jakarta,REDAKSI17.COM – Greenpeace menggelar aksi dengan membawa monster oligarki raksasa pada area Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat pada hari ini, Jumat (6/10).
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com monster oligarki raksasa yang mana mana bentuknya menyerupai gurita itu berada dalam dalam kolam Bundaran HI sejak pukul 05.00 pagi.
Monster itu berwarna oranye dengan bertuliskan ‘oligarki’ di area area badannya.
Terpampang juga manekin dengan muka ditutup topeng dengan muka tiga calon capres yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto serta Ganjar Pranowo. Ketiga manekin bacapres itu dililit oleh kaki gurita monster oligarki.
Sekitar 12 anggota Greenpeace menyelam ke dalam kolam Bundaran HI l serta membawa poster berisi kritik. Beberapa kritik itu berbunyi, “Pilih Bumi , Bukan Oligarki”.
Lalu ada juga tulisan, “Pemilu Tanpa Oligarki” kemudian “Vote For Climate not Oligarchy”.
Terdapat juga beberapa poster kritik terkait kerusakan lingkungan kemudian udara seperti “Tercekik Polusi Udara, Tercekik Kabut Asap Karhutla”.
Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik menyebut pihaknya mendesak para capres-cawapres mempunyai komitmen yang tersebut mana kritis dan juga juga konkret untuk berpihak kepada rakyat lalu melepaskan diri dari agenda-agenda oligarki.
“Rakyat sudah merasakan dampak buruk dari menguatnya kekuatan ekonomi-politik oligarki pada dalam Indonesia dalam beberapa tahun terakhir,” kata Iqbal.
“Seperti terancamnya demokrasi lalu pelindungan lingkungan hidup, serta perampasan ruang hidup penduduk adat kemudian juga kelompok rentan lainnya,” imbuhnya.
![]() Greenpeace Indonesia menggelar aksi dengan membawa monster oligarki raksasa di dalam tempat Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat pada hari ini, Jumat (6/10). (Yulia Adiningsih/CNN Indonesia) |
Iqbal menyebut pilpres 2024 berlangsung dalam tengah ancaman krisis iklim yang digunakan mana makin nyata. Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan menyebut Bumi sudah memasuki era pendidihan global atau global boiling.
“Para pemimpin yang menjabat hari ini juga pada masa mendatang harus berkomitmen melakukan aksi iklim yang serius, nyata, juga juga ambisius demi menyelamatkan Bumi,” ujarnya.
Iqbal mengatakam pilpres kerap kali menjadi momentum bagi oligarki untuk melanggengkan pengaruh serta kekuasaan mereka. Oligarki, kata Iqbal, ‘berinvestasi’ dengan membiayai para kandidat calon presiden lalu calon duta presiden, calon anggota legislatif, calon kepala daerah, partai politik, bahkan dengan bergabung maju pada tempat pemilu.
Lebih lanjut, Iqbal menyampaikan kepentingan oligarki sudah begitu kuat mencengkeram tata kelola pemerintahan pada dalam Indonesia juga membajak proses pembuatan kebijakan.
Menurutnya, pengesahan serangkaian regulasi bermasalah, seperti revisi Undang-Undang KPK, UU Minerba, UU Mahkamah Konstitusi, kemudian UU Cipta Kerja menjadi buktinya. Begitu juga kebijakan bermasalah lain yang mana digunakan diduga menguntungkan pengusaha di dalam dalam lingkaran kekuasaan.
“Seperti dibukanya keran izin ekspor pasir laut, masuknya batu bara serta sawit dalam taksonomi hijau, hingga yang mana itu berkedok proyek strategis nasional seperti penyelenggaraan lumbung pangan (food estate), wisata premium Pulau Komodo, lalu Rempang Eco City,” katanya.
Greenpeace pertama kali memunculkan gurita ‘Monster Oligarki’ dalam aksi damai tanpa kekerasan pada 5 Oktober 2021, sebagai simbol menolak lupa atas disahkannya UU Cipta Kerja.
Selain dalam area Jakarta, rangkaian aksi anti-oligarki juga digelar dalam beberapa daerah dalam pekan ini, seperti Sorong pada 5 Oktober kemarin juga juga Jayapura pada hari ini.