Sleman (01/10/2025) REDAKSI17.COM – Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X hadir dalam Peringatan Hari Kesaktian Pancasila Tahun 2025 pada Rabu (01/10) di Lapangan Yonif 403, Kentungan, Sleman. Bertindak selaku inspektur upacara yaitu Wakil Gubernur Akademi Angkatan Udara, Marsma TNI Bonang Bayuaji.
Upacara berlangsung khidmat, menjadi refleksi pentingnya Pancasila sebagai dasar negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Momentum ini juga sekaligus mengenang peristiwa sejarah G30S/PKI.
Usai upacara, Sri Paduka bersama rombongan menyempatkan diri berziarah dan berkeliling Monumen Pahlawan Pancasila Kentungan, yang dibangun di atas tanah tempat terjadinya pembunuhan kejam terhadap Pahlawan Revolusi, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso dan Kolonel Infanteri Anumerta Sugiyono. Museum Monumen Pahlawan Pancasila ini diresmikan pada 1 Oktober 1991 oleh Gubernur DIY KGPAA Paku Alam VIII.
Kompleks museum terdiri atas sebuah bangunan joglo yang memayungi lubang bekas penguburan kedua pahlawan. Joglo tersebut dilengkapi patung berukuran besar Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono, serta dikelilingi pagar berelief yang memuat 12 adegan peristiwa G30S di Yogyakarta.
Selain itu, terdapat gedung museum yang menyimpan koleksi berupa replika benda-benda yang digunakan saat peristiwa, foto-foto dokumentasi, patung setengah badan, serta pakaian dinas kedua pahlawan. Di area luar museum juga terdapat duplikat kendaraan yang digunakan untuk menculik Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono, serta kendaraan pengangkut jenazah mereka menuju Taman Makam Pahlawan Kusumanegara.
Kentungan dipilih sebagai lokasi pembangunan monumen dengan beberapa pertimbangan. Di tempat ini peristiwa pembunuhan kejam terhadap dua Pahlawan Revolusi tersebut berlangsung. Selain itu, markas Batalyon L yang berkaitan erat dengan penculikan dan pembunuhan kedua pahlawan berada di Kentungan.
Setiap tahun peringatan Hari Kesaktian Pancasila untuk DIY dipusatkan di Lapangan Kentungan. Hal ini karena pertimbangan-pertimbangan sejarah tersebut. Monumen ini diharapkan menjadi sarana edukasi bagi masyarakat mengenai bukti-bukti sejarah kekejaman G30S/PKI di Yogyakarta.
Dari museum ini, bisa diketahui bahwa pada Jumat, 1 Oktober 1965 sekitar pukul 17.00, Kolonel Katamso diculik oleh sekelompok pasukan TNI AD yang telah terpengaruh Gerakan 30 September. Kelompok bersenjata lengkap tersebut berangkat dari Markas Batalyon L menggunakan dua truk dan sebuah kendaraan perintis tipe Gaz, lalu menuju kediaman dinas Kolonel Katamso dan membawanya ke Kentungan.
Pada hari yang sama, Letkol Sugiyono tengah dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Pekalongan. Dalam perjalanannya, ia singgah di Semarang dan mendengar kabar bahwa Brigjen Katamso berada di Kentungan. Sugiyono pun kembali ke Yogyakarta, namun setibanya di kota ia justru dikepung para pengkhianat di Markas Korem 072, kemudian ditawan dan dibawa ke Kentungan.
Di lokasi tersebut, Sugiyono dipukul dengan kunci (pelontar peluru) mortir berukuran besar hingga meninggal dunia. Jenazahnya kemudian dimasukkan ke dalam sumur bersama dengan Brigjen Katamso. Untuk menyamarkan lokasi pembuangan, sumur tersebut ditutupi dengan pohon pisang dan ubi. Keduanya gugur di tangan anak buah sendiri yang telah terpengaruh paham komunis.
Jenazah Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono baru ditemukan 21 hari kemudian. Kedua bunga bangsa ini, disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Pada 5 Oktober 1965, Letkol Sugiyono dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Humas Pemda DIY