Jakarta,REDAKSI17.COM – Nasib Rafah berada dalam dalam ujung tanduk setelah Hamas mengatakan bahwa mereka itu sudah pernah menerima kesepakatan gencatan senjata untuk penyanderaan, namun Israel menanggapinya dengan skeptis kemudian justru memulai serangan ke Rafah, kota paling selatan pada Gaza.
Lebih dari 1 jt warga Palestina yang dimaksud mengungsi di dalam area Rafah dibuat kebingungan dengan kejadian Senin (6/5/2024). Pasalnya, Israel mengeluarkan perintah untuk mengevakuasi sebagian kota pagi hari, yang memicu eksodus ribuan orang.
Kemudian ada perayaan di dalam area jalan-jalan pada malam hari ketika Hamas mengumumkan bahwa merekan telah terjadi lama menerima gencatan senjata, namun kemudian terjadi kekecewaan juga kebingungan ketika Israel memberikan tanggapan yang mana hal itu tak ada memuaskan lalu mulai melakukan pengeboman.
Militer Israel mengatakan bahwa pihaknya melakukan serangan yang digunakan yang disebut ditargetkan terhadap Hamas pada tempat Rafah.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan persyaratan yang dimaksud disetujui Hamas masih berjauhan dari memenuhi tuntutan pemerintahnya, tetapi dia akan mengirimkan delegasi untuk negosiasi tambahan lanjut lanjut melalui mediator Mesir lalu Qatar. Kabinet perang mengatakan dia akan melanjutkan operasi pada Rafah untuk “menerapkan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan sandera serta tujuan perang lainnya”.
Seorang pejabat Israel mengatakan tidaklah ada jelas proposal mana yang mana digunakan diterima Hamas, dikarenakan beberapa persyaratan tampaknya sangat berbeda dari apa yang digunakan digunakan ditunjukkan oleh mediator kepada Israel lalu juga disetujui oleh pemerintah Israel pekan lalu.
“[Kami] tiada mengenali beberapa orang,” kata pejabat tersebut, yang dimaksud digunakan berbicara tanpa mau disebutkan namanya, sebagaimana dikutip The Guardian, Selasa (7/5/2024).
Tuntutan Warga Israel
Meskipun waktu sudah larut, ratusan warga Israel berkumpul dalam dalam markas besar militer dalam Tel Aviv untuk menyerukan kesepakatan sekarang. Pertemuan yang digunakan lebih banyak tinggi kecil dilaporkan terjadi di area tempat Yerusalem lalu kota-kota lain di dalam tempat Israel.
“Pengumuman Hamas harus membuka jalan bagi kembalinya 132 sandera yang mana disandera Hamas selama tujuh bulan terakhir. Sekarang adalah waktunya bagi semua pihak yang hal itu terlibat untuk memenuhi komitmen mereka itu serta mengubah kesempatan ini menjadi kesepakatan untuk kembalinya semua sandera,” demikian pernyataan dari Forum Keluarga Sandera.
“Kami terus percaya bahwa kesepakatan penyanderaan adalah demi kepentingan terbaik rakyat Israel; ini demi kepentingan terbaik rakyat Palestina,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.
“Hal ini akan menghasilkan gencatan senjata segera, hal ini akan memungkinkan peningkatan pergerakan bantuan kemanusiaan juga oleh dikarenakan itu kami akan terus berupaya untuk mencapai hal tersebut.”
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mendesak Israel juga Hamas “untuk melakukan upaya ekstra yang mana yang diperlukan untuk mewujudkan kesepakatan serta menghentikan penderitaan saat ini”, menurut juru bicaranya, Stephane Dujarric.
Kesepakatan Gencatan Senjata
Perbedaan utama yang digunakan dimaksud memisahkan kedua belah pihak pada pembicaraan pada tempat Kairo pekan lalu adalah mengenai kelanggengan gencatan senjata. Israel ingin mempunyai hak untuk melanjutkan aksi militer, khususnya terhadap sisa-sisa sayap militer Hamas pada tempat Rafah, setelah gencatan senjata selesai.
Pembicaraan pada tempat Kairo tampaknya tertahan lantaran desakan Hamas bahwa Israel harus berkomitmen untuk menjadikan gencatan senjata permanen sejak awal perjanjian, daripada menegosiasikan durasinya setelah gencatan senjata dilaksanakan.
Sebuah laporan dalam Haaretz menyatakan bahwa versi Hamas tak mencakup tuntutan segera untuk gencatan senjata permanen, namun juga mengubah elemen lain dari proposal kesepakatan Mesir, seperti persyaratan untuk membebaskan 33 sandera pada tahap pertama. Hal ini juga dilaporkan menghilangkan hak veto Israel yang tersebut digunakan akan membebaskan tahanan Palestina sebagai imbalannya.
Para pejabat Hamas dikutip mengatakan bahwa rencana yang mana digunakan merek terima mencakup gencatan senjata, rekonstruksi Gaza, pemulangan pengungsi ke rumah merekan dan juga juga kesepakatan pertukaran tahanan, juga bahwa kesepakatan hal itu akan melibatkan tiga fase, yang digunakan masing-masing berlangsung selama 42 hari. Penjelasan itu menghasilkan tak jelas apakah ada perbedaan mendasar terhadap proposal yang dimaksud digunakan diajukan oleh mediator Mesir pekan lalu.
Ketika prospek gencatan senjata masih belum sanggup dipastikan, para saksi menggambarkan keluarga-keluarga yang digunakan digunakan ketakutan meninggalkan Rafah dengan berjalan kaki, menunggangi keledai, menyokong troli, atau memasukkan barang-barang merek ke dalam truk yang digunakan kelebihan muatan beberapa jam setelah membaca selebaran yang mana itu dijatuhkan oleh militer Israel yang digunakan digunakan memberitahukan penduduk kemudian pengungsi pada area wilayah timur untuk melarikan diri.
“Serangan militer Israel akan menambah tragedi yang digunakan sudah bukan ada tertahankan lagi bagi penduduk di area dalam Gaza,” kata Philippe Lazzarini, kepala UNRWA, badan bantuan PBB dalam wilayah tersebut. “Akan makin sulit untuk membalikkan perluasan kelaparan yang hal itu sudah disebabkan oleh manusia.”
Sikap AS
Joe Biden, presiden AS, berbicara dengan Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel, pada Senin sore serta “menegaskan kembali posisinya yang digunakan yang disebut jelas” mengenai Rafah, kata Gedung Putih.
Para pejabat AS sudah pernah lama berulang kali mengatakan bahwa Israel harus menyampaikan rencana kemanusiaan yang digunakan dimaksud memadai bagi lebih besar besar dari 1 jt warga Palestina yang mana digunakan mencari perlindungan di area area Rafah, kemudian bahwa AS akan mengubah kebijakannya mengenai wilayah itu jika Israel terus melancarkan serangan tanpa adanya bantuan kemanusiaan.
Para pejabat menjelaskan pada Senin bahwa rencana seperti itu tiada ada mungkin diimplementasikan dalam situasi saat ini, sehingga penolakan AS terhadap serangan Rafah sepertinya tak akan melunak. Biden akan memutuskan apakah perubahan kebijakan AS akan melibatkan pembatasan pasokan senjata.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka itu itu sudah pernah lama menyiarkan instruksi melalui “pengumuman, pesan teks, panggilan telepon serta juga siaran media dalam bahasa Arab” yang digunakan digunakan memberitahukan sekitar 100.000 penduduk di dalam dalam bagian timur Rafah untuk menuju ke “zona kemanusiaan yang digunakan diperluas” dalam pantai. serta di dalam dalam sekitar kota Khan Younis yang dimaksud rusak parah.
“Ini adalah rencana evakuasi untuk menyelamatkan orang-orang dari bahaya,” kata juru bicara militer Israel. “Ini cakupannya terbatas kemudian bukan evakuasi besar-besaran di tempat tempat Rafah.”
Pemerintahan Biden setuju dengan PBB kemudian badan-badan bantuan bahwa bukan ada daerah yang digunakan aman bagi orang-orang di area area Rafah untuk melarikan diri, mengingat kehancuran besar-besaran pada Gaza setelah tujuh bulan pemboman Israel.
Sementara itu, Israel mengatakan bagian Rafah yang digunakan berada pada bawah perintah evakuasi dibatasi dengan perkiraan populasi 100.000 jiwa, para pejabat AS berpikir operasi militer apapun dalam tempat distrik itu akan berdampak besar, menciptakan banyak orang lain pada Rafah takut untuk melarikan diri.
Rafah sudah menampung lebih tinggi lanjut dari 1 jt orang yang tersebut yang mengungsi dari tempat lain di tempat tempat Gaza selama perang serta merupakan basis logistik utama untuk operasi kemanusiaan dalam seluruh wilayah tersebut. Perkemahan tenda yang dimaksud mana padat mengelilingi kota juga juga sudah memadati al-Mawasi, wilayah pesisir sekitar 3 mil timur laut di area dalam mana Israel sudah pernah memerintahkan warganya untuk mengungsi.
Adapun Khan Younis dianggap “sama sekali tiada dapat hanya dihuni” oleh pekerja bantuan.
Aksi Balas Dendam
Rentetan roket yang dimaksud mana diluncurkan oleh Hamas pada hari Minggu dari Rafah terhadap pangkalan militer dekat pos pemeriksaan Kerem Shalom, yang mana yang menewaskan empat tentara, mungkin sudah terjadi memacu keputusan Israel. Para pejabat AS juga mengatakan bahwa pos pemeriksaan yang tersebut digunakan menjadi sasaran adalah titik perlintasan utama pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Para pejabat Israel telah dilakukan diimplementasikan berulang kali mengatakan bahwa “kemenangan yang digunakan menentukan” memerlukan penghancuran kekuatan tempur Hamas yang tersebut hal itu besar, yang dimaksud digunakan menurut mereka itu bermarkas di area tempat Rafah, lalu penangkapan atau pembunuhan para pemimpin penting Hamas yang dimaksud diperkirakan berlindung pada terowongan di dalam dalam bawah kota, mungkin dengan puluhan sandera.
Pejabat kemanusiaan lalu juga pengungsi yang mana tinggal pada al-Mawasi menggambarkan kondisi kepadatan penduduk yang tersebut mana akut, makanan yang digunakan yang disebut tidaklah mencukupi, air bersih yang mana dimaksud terbatas kemudian sanitasi yang dimaksud dimaksud hampir tidaklah ada. Pasukan Israel telah lama dikerjakan membombardir sasaran pada al-Mawasi setidaknya dua kali dalam beberapa bulan terakhir.
Para pejabat bantuan kemanusiaan telah lama terjadi lama memperingatkan akan adanya gangguan besar-besaran terhadap upaya mencegah kelaparan di tempat dalam Gaza jika terjadi serangan besar-besaran Israel dalam area wilayah selatan. Setiap serangan terhadap Rafah akan menyebabkan “runtuhnya bantuan kemanusiaan”, kata Dewan Pengungsi Norwegia.
Netanyahu berada dalam bawah tekanan domestik untuk memberikan konsesi guna membebaskan para sandera di area tempat Gaza, namun sejauh ini tampaknya ia memprioritaskan tuntutan partai-partai sayap kanan, yang mana mana mengancam akan menarik dukungan penting bagi koalisinya jika perjanjian gencatan senjata ditandatangani sekarang. .
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben-Gvir, menulis dalam X: “Latihan serta permainan Hamas cuma miliki satu jawaban: perintah segera untuk menduduki Rafah! Meningkatkan tekanan militer, serta melanjutkan kekalahan total Hamas, hingga kekalahan totalnya.”