Jakarta,REDAKSI17.COM – Harga emas terpantau ditutup berbalik arah dari melemah ke menguat pada perdagangan Kamis (30/5/2024), pada area tengah sikap wait and see penanam modal menunggu data inflasi konsumen Amerika Serikat (AS).
Merujuk data Refinitiv, tarif emas ditutup dalam tempat posisi US$ 2.343 per troy ons, naik 0,18% pada perdagangan Kamis kemarin. Penguatan ini menjadi kabar baik setelah emas ambles 0,93% pada Rabu sebelumnya.
Pada pagi hari ini,, Jumat 931/5/2024) penguatan nilai emas sepertinya masih akan berlanjut walau cenderung tipis. Per pukul 06:00 WIB, nilai emas global naik tipis 0,04% ke posisi US$ 2.343,84 per troy ons.
Yield Treasury lalu juga dolar AS berbalik arah ke zona merah setelah data kegiatan dunia usaha AS terpantau melambat, meningkatkan harapan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sudah berada di tempat dalam jalur yang mana mana tepat untuk memangkas suku bunga tahun ini.
Yield Treasury acuan tenor 10 tahun melandai 7 basis poin (bp) menjadi 4,55%, turun dari posisi tertingginya sejak awal Mei 2024.
Sedangkan indeks dolar AS (DXY) pada perdagangan Kamis kemarin terpantau melemah 0,36% menjadi 104,72, dari sebelumnya pada Rabu lalu dalam area hitungan 105,1.
Melandainya imbal hasil US Treasury serta dolar Amerika Serikat (AS) berdampak positif buat emas. Pelemahan dolar menciptakan biaya emas semakin ekonomis saat dibeli lantaran ada konversi ke dolar AS sehingga pembelian meningkat. Emas juga tak menawarkan imbal hasil sehingga melandainya imbal hasil US Treasury menimbulkan emas menarik.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS menunjukkan perekonomian tumbuh lebih tinggi lanjut lambat pada kuartal pertama dibandingkan perkiraan sebelumnya, setelah revisi ke bawah pada belanja konsumen serta peralatan serta ukuran utama inflasi yang mana melambat, mendekati rilis data inflasi PCE periode April 2024 pada hari ini.
Produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3% pada kuartal pertama, turun dari perkiraan awal sebesar 1,6% tetapi sedikit lebih banyak tinggi buruk dibandingkan perkiraan Dow Jones sebesar 1,2%.
Pengurangan konsumsi, dari pertumbuhan 2,5% menjadi 2%, merupakan penyebab utama revisi penurunan tersebut.
“Kami melihat sedikit aksi berburu barang diskon (bargain hunter) setelah penurunan harga. Indeks dolar AS diperdagangkan dengan beberapa penurunan yang tersebut yang disebut cukup solid saat ini, jadi itu merupakan faktor bullish untuk emas serta perak. mbal hasil juga sedikit turun juga aksi jual pada tempat pasar saham dalam beberapa hari terakhir juga merupakan elemen bullish untuk pasar logam,” kata Jim Wyckoff, analis senior di tempat dalam Kitco Metals, dikutip dari Reuters.
Selain itu, data klaim pengangguran mingguan AS untuk periode pekan yang digunakan berakhir 25 Mei 2024 terpantau meningkat yakni menjadi 219.000, dari sebelumnya pada April lalu sebanyak 216.000 klaim.
Fokus penanam modal saat ini beralih ke inflasi Pengeluaran Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE), merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, yang akan dirilis pada hari ini, dalam mana data ini dapat memberikan lebih tinggi lanjut banyak petunjuk mengenai waktu penurunan suku bunga The Fed.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS secara tahunan melandai menjadi 2,6%, sedangkan secara bulanan juga cenderung turun menjadi 0,2%. Adapun PCE inti diperkirakan juga turun menjadi dalam 0,2%.
Jika inflasi PCE benar-benar melandai atau sesuai ekspektasi pasar, maka ada kemungkinan The Fed dapat mengubah sikapnya, walau dia masih melihat data inflasi utama berikutnya.
Namun sebaliknya, jika inflasi PCE kembali naik, maka pasar akan cenderung pesimis jika suku bunga dapat dipangkas pada tahun ini.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, perkiraan pasar akan pemangkasan suku bunga akan dijalani pada September mencapai 45,9%, meningkat sedikit dari perdagangan Rabu kemarin yang digunakan mencapai 42,1%. Namun, perkiraan Kamis kemarin masih lebih tinggi banyak rendah dari pekan lalu yang digunakan dimaksud mencapai 46,4%.
CNBC INDONESIA RESEARCH