Jakarta, REDAKSI17.COM – Harga emas melemah pada awal perdagangan hari ini sekaligus mengawali pekan ini dengan buruk seiring penguatan dolar lalu imbal hasil US Treasury. Harga emas diproyeksi akan volatile pekan ini dikarenakan menunggu data inflasi Amerika Serikat A(S).
Pada perdagangan Jumat (5/1/2024) nilai tukar emas dalam pasar spot ditutup menguat 0,11% dalam posisi US$ 2045,49 per troy ons.
Sementara, hingga pukul 06.40 WIB Senin (8/1/2024), nilai tukar emas pada tempat pasar spot bergerak lebih besar besar rendah atau turun 0,10% di tempat tempat posisi US$ 2043,49 per troy ons.
Emas bertahan stabil kemudian menguat tipis pada perdagangan Jumat setelah naik serta turun satu poin persentase dikarenakan data sektor ekonomi AS yang mana beragam, namun emas batangan diperkirakan akan mengalami penurunan mingguan pertamanya dalam empat minggu oleh sebab itu penguatan dolar secara keseluruhan lalu juga imbal hasil Treasury AS yang dimaksud lebih besar banyak tinggi.
Pada perdagangan Jumat (5/2/2024) indeks dolar (DXY) sempat mencapai level tertingginya di dalam tempat 103,10 sebelum ditutup di tempat area level 102,41. Sementara imbal hasil Treasury AS 10 tahun telah terjadi diimplementasikan kembali ke level psikologis 4% di tempat dalam 4,05%.
Imbal hasil dolar AS juga obligasi Treasury AS 10 tahun sudah pernah mencapai level tertinggi dalam tiga minggu, menuju minggu-minggu terbaik sejak bulan Juli serta Oktober.
Perusahaan-perusahaan di tempat tempat AS mempekerjakan lebih banyak tinggi banyak pekerja dari yang tersebut digunakan diharapkan pada bulan lalu serta juga menaikkan upah dengan cepat, sehingga pasar pada awalnya menarik kembali spekulasi bahwa The Federal Reverse (The Fed) akan mulai memotong suku bunga pada bulan Maret.
Namun laporan lemah dari Institute for Supply Management (ISM) yang itu menunjukkan lapangan kerja di area area sektor jasa turun menjadi 43,3 pada bulan Desember ke level terendah sejak Juli 2020 mengangkat sedikit prospek penurunan suku bunga, sebelum akhirnya menetap sedikit.
Indeks Manajer Pembelian non-manufaktur ISM turun menjadi 50,6 bulan lalu dari 52,7 pada bulan November. Angka dalam atas 50 menunjukkan ekspansi kemudian bilangan bulat pada bawah hitungan hal itu menunjukkan kontraksi.
“Hal ini merupakan tanda lain bahwa perekonomian sedang mengalami moderasi. Namun sekali lagi, hal ini merupakan hal yang digunakan dimaksud baik jika pertumbuhan perekonomian melambat hingga mencapai kecepatan yang hal tersebut berkelanjutan,” ujar Russell Price, kepala ekonom pada area Ameriprise Financial Services di area area Troy, Michigan, dilansir dari Reuters.
“Hal ini memperkuat dugaan bahwa The Fed melakukan tugasnya dengan baik dalam meningkatkan kesempatan terjadinya soft landing,” tambahnya.
Sementara dari sisi fisik, pembelian emas pada konsumen utama India meningkat minggu ini, akibat biaya domestik turun kembali dari rekor tertingginya.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan memproduksi dolar AS serta imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas lantaran dolar yang tersebut digunakan menguat memproduksi emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tiada menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury menyebabkan emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang digunakan mana lebih banyak lanjut rendah akan menyebabkan dolar AS lalu imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi lebih lanjut banyak menarik untuk dikoleksi.
Pelaku pasar emas pekan ini akan menanti data penting yakni inflasi. Laju inflasi menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan arah moneter ke depan. Secara historis, tarif emas biasanya labil mendekati pengumuman data penting inflasi.
Pada Kamis mendatang (11/1/2024), akan rilis data inflasi untuk periode Desember 2023 yang tersebut dimaksud diproyeksi akan ada peningkatan tipis akibat seasonality natal dan juga juga tahun baru. Dalam basis tahunan, konsensus pasar menargetkan inflasi akan tumbuh sebesar 3,2% (yoy), lebih lanjut banyak rendah dibandingkan November 2023 yang digunakan digunakan tumbuh 3,1%.
Sementara itu, untuk inflasi inti AS diperkirakan tumbuh melandai sebesar 3,8% (yoy), dibandingkan sebulan sebelumnya yang tersebut tumbuh 4% (yoy).
CNBC Indonesia Research