Jakarta,REDAKSI17.COM – Harga emas mengawali perdagangan dengan penguatan setelah tersungkur pada perdagangan sebelumnya seiring dengan menguatnya dolar Amerika Serikat (AS) lantaran data inflasi Amerika Serikat yang tersebut lebih lanjut banyak tinggi.
Pada perdagangan Kamis (14/3/2024) nilai emas pada pasar spot ditutup melemah 0,62% dalam dalam posisi US$ 2.161,01 per troy ons.
Sementara, hingga pukul 06.12 WIB Jumat (15/3/2024), nilai tukar emas di dalam dalam pasar spot bergerak lebih tinggi tinggi tinggi atau naik 0,02% di tempat dalam posisi US$ 2.161,31 per troy ons.
Harga emas turun pada perdagangan Kamis setelah kenaikan indeks nilai tukar jual produsen (PPI) AS atau inflasdi pada area level produsen yang lebih tinggi besar besar dari perkiraan pada periode Februari mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga lebih banyak lanjut awal oleh The Federal Reserve (The Fed), sehingga meningkatkan imbal hasil Treasury serta dolar AS.
Indeks dolar naik 0,56% di area area level 103,36, meninggalkan level psikologis 102. Kenaikan dolar terhadap para pesaingnya, menyebabkan emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya, sementara imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi dalam lebih besar lanjut dari satu minggu pada tempat posisi 4,29%.
“Saya memperkirakan akan melihat tekanan berkelanjutan (pada emas), dengan semua data menunjukkan perekonomian AS kuat, pasar tenaga kerja masih kuat,” ujar Chris Gaffney, presiden pasar dunia di area area EverBank, dilansir dari Reuters.
“Hal ini benar-benar memproduksi pemodal mempertanyakan seberapa cepat The Fed akan memutuskan untuk mulai menurunkan suku bunganya,” tambah Gaffney.
Harga produsen (PPI) AS meningkat 0,6% pada periode Februari pada tengah lonjakan biaya barang seperti bensin serta makanan, yang dimaksud dapat memicu kegelisahan bahwa inflasi akan kembali meningkat.
Sementara Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 3,2% pada periode Februari, meleset dari ekspektasi pasar sebesar 3,1% yang mana mana sedikit tambahan lanjut rendah serta lebih tinggi banyak tinggi dari 3,1% pada periode Januari.
Inflasi yang mana lebih banyak tinggi tinggi menambah tekanan pada The Fed untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi, sehingga membebani aset-aset yang dimaksud tak memberikan imbal hasil seperti emas.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, para pelaku pasar terus bertaruh pada penurunan suku bunga pada Juni, memperkirakan peluangnya sekitar 60%, dibandingkan dengan 72% sebelum data CPI dirilis awal pekan ini.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga stabil pada pertemuan kebijakannya minggu depan, namun fokusnya akan tertuju pada proyeksi “dot plot”.
“Emas adalah lindung nilai ketidakpastian, lindung nilai inflasi dengan inflasi yang tersebut hal tersebut lebih tinggi banyak tinggi kemudian lebih tinggi banyak banyak ketidakpastian. Saya pikir hal itu memberikan landasan yang digunakan digunakan baik untuk penetapan nilai logam mulia,” tambah Gaffney.
Harga emas sangat sensitif terhadap pergerakan suku bunga AS. Kenaikan suku bunga AS akan menyebabkan dolar AS lalu imbal hasil US Treasury menguat. Kondisi ini tak menguntungkan emas akibat dolar yang mana digunakan menguat memproduksi emas sulit dibeli sehingga permintaan turun. Emas juga tiada menawarkan imbal hasil sehingga kenaikan imbal hasil US Treasury menghasilkan emas kurang menarik.
Namun, suku bunga yang tersebut mana lebih besar tinggi rendah akan menghasilkan dolar AS serta juga imbal hasil US Treasury melemah, sehingga dapat menurunkan opportunity cost memegang emas. Sehingga emas menjadi tambahan menarik untuk dikoleksi.
CNBC Indonesia Research