Jakarta,REDAKSI17.COM – Dalam sepekan terakhir, tarif batu bara terbang sekitar 8% karena gelombang panas yang melanda sebagian besar negara dalam tempat Asia. Hal itu mendongkrak permintaan akibat peningkatan pemanfaatan listrik untuk pendingin ruangan.
Melansir data Refinitiv, hingga Jumat (3/5/2024) nilai batu bara acuan ICE Newscastle bertengger pada US$ 145,40 per ton. Dalam sehari terkontraksi 1,92% yang tersebut yang menjadi tanda berakhirnya tren positif selama empat hari beruntun.
Meski begitu, penyusutan sehari pada akhir pekan itu tak menangguhkan apresiasi yang mana terjadi dalam sepekan mencapai 8,10%.
Gelombang panas (heat wave) yang digunakan mana melanda Asia saat ini bisa saja sekadar menjadi salah satu berkah batu bara. Permintaan batu bara melonjak tajam oleh sebab itu pemanfaatan listrik meningkat tajam untuk pendingin ruangan.
Seperti diketahui, beberapa negara Asia tengah berjuang menghadapi gelombang panas. Di antaranya adalah Thailand, Filipina, Myanmar, hingga India. Negara-negara yang disebut masih mengandalkan pembangkit batu bara untuk menghasilkan listrik.
India mengandalkan 75% produksi listrik dari batu bara sementara Vietnam sekitar 55%, Myanmar sebesar 50%, juga Filipina sekitar 58%.
Mengutip data World Population Review, India berada di tempat tempat posisi ke-2 sebagai negara konsumen batu bara terbesar, Bangladesh berada dalam tempat urutan ke 56, Filipina berada dalam tempat urutan ke-27, Thailand (20), Kamboja (58), Myanmar (77), kemudian Vietnam (16).
Gelombang panas menyebabkan pemakaian listrik meningkat tajam sementara produksi listrik dari pembangkit listrik berkurang.
Kejadian serupa juga pernah menimpa India pada 2022. Krisis listrik di tempat dalam India hingga melambungkan tarif batu bara dari sekitar US$ 340 per ton pada April 2022 menjadi US$ 400 pada pertengahan Mei 2022.
CNBC INDONESIA RESEARCH
