Yogyakarta (14/11/2025) REDAKSI17.COM – Esensi peringatan Hari Ibu di Indonesia tidak sama dengan Mother’s Day di banyak negara lain. Hari Ibu di Indonesia menjadi sebuah perayaan akan kasih perempuan bagi kehidupan.
Demikian yang disampaikan Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X pada kegiatan Pasar Murah, Bazar, dan Senam Masal Rangkaian Peringatan Hari Ibu ke-97 Tahun 2025 pada Jumat (14/11). Bertempat di Bangsal Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Sri Paduka mengatakan, semangat dan jiwa dari peringatan Hari Ibu harus diresapi bersama.
“Jiwa dari Hari Ibu bukan semata tentang kasih seorang ibu kepada anaknya, melainkan tentang kasih perempuan kepada kehidupan, yakni kepada keluarga, kepada masyarakat, dan kepada bangsanya. Sementara Mother’s Day di banyak negara lain, yang mereka rayakan adalah peran domestik para ibu saja,” ungkap Sri Paduka.
Sri Paduka pun menuturkan, peringatan Hari Ibu di Indonesia juga merayakan semangat dan kesadaran para ibu di Indonesia, yang lahir dari Kongres Perempuan Indonesia pertama di Yogyakarta tahun 1928. Peristiwa itu adalah tonggak penting dalam sejarah bangsa, yang menandai lahirnya paradigma baru soal menjadi ibu.
“Menjadi ibu, tidak berarti perempuan Indonesia harus membatasi ruang geraknya di ranah domestik semata. Melalui Kongres Perempuan Indonesia pertama, perempuan Indonesia, apapun status dan latar belakangnya, didorong untuk menjadi sosok yang mandiri, berdaya, dan berperan aktif dalam pendidikan, sosial, ekonomi, serta kehidupan berbangsa,” imbuh Sri Paduka.
Kepada seluruh ibu dan kepada semua perempuan Indonesia yang telah memberi warna dalam kehidupan, Sri Paduka mengucapkan terima kasih. “Saya ucapkan Selamat Hari Ibu. Semoga kasih, ketulusan, dan semangat juang ibu-ibu sekalian, senantiasa menjadi sumber kekuatan bagi keluarga, masyarakat, dan bangsa Indonesia,” kata Sri Paduka.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua TP PKK DIY, GKBRAyA Paku Alam membacakan sambutan Ketua TP PKK DIY, GKR Hemas. Dikatakan Gusti Putri, tema Peringatan Hari Ibu ke-97 Tahun 2025 ini ialah Srawung Wanodya: Tresna Ibu, Cahya Budaya. Melalui tema ini, TP PKK DIY ingin menjalin silaturahmi dan bersinergi antara perempuan lintas generasi, untuk menguatkan dan menebarkan kasih ibu sebagai cahaya budaya bangsa.
“Dan kegiatan hari ini tidak hanya menjadi seremonial saja, tapi simbol perempuan yang sehat akan melahirkan keluarga yang kuat dan bangsa yang tangguh. Sementara itu, bazar dan pasar murah menjadi bentuk kepedulian nyata kami kepada masyarakat, di tengah tantangan ekonomi nasional saat ini,” ungkap Gusti Putri.
Menurut Gusti Putri, kegiatan yang menjadi rangkaian peringatan Hari Ibu Tahun 2025 ini bertujuan untuk semakin memperdaya perempuan DIY. Karena perempuan DIY bukan hanya berperan sebagai pendamping, tetapi juga memiliki tugas menjaga nilai budaya, moralitas, dan gotong royong.
“Kegiatan semacam ini merupakan bentuk warisan budaya Jogja, bahwa perempuan harus tetap guyub dan bersatu menjaga kesinambungan antara kemajuan dan kearifan lokal. Mari kita jadikan peringatan Hari Ibu bukan hanya seremoni, tapi gerakan nyata hidup sehat, gerakan mencintai produk-produk lokal, serta gerakan untuk saling asah dalam semangat keibuan,” imbuh Gusti Putri.
HUMAS DIY





