Bantul,REDAKSI17.COM – Seniman dan budayawan ziarah memperingati Haul ke-99 Saptohoedojo, bertempat di
Makam Giri Sapto Imogiri Bantul, Selasa (6/2/2024).
Acara diawali dengan doa dilanjutkan menyanyikan lagu indonesia Raya oleh Tim Paduan Suara
Hadir pula para ahli waris seniman yang telah dimakamkan di pemakaman seniman Giri Sapta
Adapun keluarga para ahli waris Saptohoedojo antara lain ada -anak ,cucu dan juga menantu almarhum. Dari istri Ny. Katika Affandi dan Yani. Ada ahli waris Kusbini,Djoko Pekik, L.Manik, Edi Sunarso, GM Sudarta,Handung Kussudyarsana, Kirdjomulyo,Ki Ledjar Subroto, Hasmi, Iman Budhi Santosa
Bondan Nusantara
Adapun susunan isi acaranya, paduan suara, Tembang Suba Sita, New Ilir ilir (Knyut Kubro), Solo Guitar dan Puisi ‘Penyaksi Sejarah’ (kolaborasi Heri Macan, Evi Idawati), orasi budaya Prof Dwi Maryanto, pembacaan doa dan tahlil oleh KH Abdul Muhaimin (PP Nurul Ummahat Kotagede) dan penanaman pohon Kemenyan dan pucung.
Penanaman pohon langsung dilakukan oleh istri almarhum Saptohoedojo, Ny. Yani lagsunjdidampingi Prof Dwi Maryanto dan HMS Wibawa.
“Dimana arti pohon kemenyan itu harum mewangi . semoga dapat mengharumkan mereka semua yang telah disemayamkan di makam ini,” ucap Yani Saptohoedojo ketika hendak menanam Pohon Kemeyan.
Pada perayaan Haul di mulai dari jam 09.00- selesai.dengan suasana syahdu walaupun sedikit hujan dengan udara sejuk, Acara bertajuk dengan tema ‘Seni Budaya yang Menyatukan’ dimulai dengan sambutan Yani Saptohoedojo. “Giri Sapto adalah lukisan Pak Saptohoedojo di alam. Bagi Pak Sapto, melukis itu bisa di mana saja, tidak harus di kanvas,” demikian Yani Saptohoedojo mengawali sambutannya.
Makam Giri Sapto adalah makam khusus para seniman dan budayawan yang memiliki dedikasi dalam melestarikan seni budaya untuk masyarakat baik lokal Yogyakarta maupun nasional. Lahan kuburan ini seluas hampir lima hektar, berada di bukit Gajah, Girirejo, Imogiri, Yogyakarta, serta gak jauh dari kompleks makam Raja Mataram.
Sebelumnya didalam proses pembangunan sebelumnya ini ini kita mendapat restu dari Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan lokasinya mendapat persetujuan KRT Suryapamo Hadiningrat, mantan Bupati Bantul.
Saptohoedojo sengaja membangun kompleks pemakaman ini secara diam-diam dalam rangka memberikan penghargaan terhadap seniman dan budayawan sebagai pahlawan.
“Meskipun mereka tidak membawa bedil (senjata), tetapi membawa kekuatan budaya, seni, dan slogan-slogan yang memberikan semangat kepada pejuang dalam mempertahankan negara Indonesia dari penjajah,” ucapnya.
Dalam upaya mewujudkan makam giri sapto, tidak mudah. mereka berkeliling ke seluruh kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak ada yang mau. hingga pada akhirnya KRT Suryapamo Hadiningrat, yaitu mantan Bupati Bantul, mengusulkan adanya tanah di Wukirsari yang kurang produktif untuk digunakan.Lanjutnya
Saptohoedojo meminta izin sekaligus bertanya langsung kepada Ngarsa Dalem, apakah diperkenankan jika kami membuat makam di sebelah barat kompleks makam Raja Mataram. Lebih lanjut
Pada akhirnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX memberikan izin karena baginya tanpa seniman dan budayawan, kerajaan (istana) akan terasa hampa. (Neutron A)





