Jakarta,REDAKSI17.COM – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan sesi I Senin (29/4/2024), di tengah sikap pemodal yang cenderung wait and see menanti rilis data dunia usaha penting dalam global pada pekan ini.
Pada pembukaan sesi I hari ini, IHSG dibuka naik tipis 0,01% ke posisi 7.036,21. Selang 20 menit setelah dibuka, penguatan IHSG makin meningkat yakni menguat 0,31% ke 7.058,01. Bahkan dalam perdagangan pre-opening hari ini, IHSG sempat melemah 0,21%.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 2,2 triliun dengan volume transaksi mencapai 2,6 miliar lembar saham lalu sudah ditransaksikan sebanyak 165.345 kali.
IHSG terpantau menguat meskipun pemodal asing masih mencatatkan outflow atau net sell pada pasar saham RI.
BI merilis data transaksi 22-25 April 2024, bahwa penanam modal asing di dalam area pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 2,47 triliun terdiri dari jual neto Rp 2,08 triliun pada pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp 2,34 triliun dalam pasar saham, kemudian beli neto Rp 1,95 triliun di area area Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 25 April 2024, pemodal asing jual neto Rp 47,26 triliun dalam tempat pasar SBN, beli neto Rp 9,68 triliun di tempat dalam pasar saham, dan juga juga beli neto Rp 9,02 triliun di tempat area SRBI.
Dalam lima pekan terakhir, pemodal asing mencatat net sell sebesar Rp 40,04 triliun. Hal ini berdampak negatif terhadap pasar keuangan domestik juga berujung pada tekanan terhadap mata uang Garuda.
Investor cenderung wait and see menanti rilis data dunia bisnis penting di dalam tempat global pada pekan ini. Namun, pergerakan pada awal sesi I hari ini cenderung lebih besar tinggi baik ketimbang pada akhir pekan lalu yang mana digunakan ambruk 1,67%.
Salah satu yang digunakan ditunggu oleh penanam modal yakni keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) perihal suku bunga pada pekan ini.
The Fed akan merilis data suku bunga yang dimaksud hal tersebut berpotensi masih akan cukup tinggi. Hal ini terjadi mengingat data-data dunia usaha AS belum menunjukkan perbaikan yang digunakan hal tersebut menggalakkan pemangkasan suku bunga.
Kebijakan suku bunga menjadi sentimen yang dimaksud paling ditunggu pasar pada pekan ini.
Salah satunya inflasi AS yang digunakan masih cukup sticky. Angka inflasi AS saat ini berada dalam nomor 3,5% (year-on-year/yoy) atau lebih besar lanjut tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Hal ini semakin menjauhi target The Fed yakni 2%. Jika inflasi AS masih cukup sulit ditekan, maka penurunan suku bunga AS akan sulit terjadi tahun ini. Bahkan beberapa survei menunjukkan bahwa The Fed tampaknya tiada akan memangkas suku bunganya (no landing).
CNBC INDONESIA RESEARCH