Home / Daerah / Inflasi DIY Terkendali, Sultan Tekankan Stabilitas Harga dan Ketahanan Pangan

Inflasi DIY Terkendali, Sultan Tekankan Stabilitas Harga dan Ketahanan Pangan

Yogyakarta (11/11/2025)REDAKSI17.COM – Berdasarkan data BPS, inflasi tahunan DIY per Oktober 2025 mencapai 2,90 persen yoy, masih dalam rentang sasaran nasional. Angka ini bukan hanya statistik, tetapi bukti nyata hasil kerja kolektif seluruh unsur TPID dan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dalam Rapat Koordinasi Daerah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) 2025 di Royal Ambarrukmo Hotel, Senin (11/11). Rakorda kali ini diselenggarakan pada momentum yang sangat krusial karena DIY berada di titik keseimbangan antara keberhasilan menjaga stabilitas harga dan tantangan mempertahankannya di tengah tekanan musiman akhir tahun.

“Rakorda TPID kali ini, diselenggarakan pada momentum yang sangat krusial. Kita berada di titik keseimbangan, antara keberhasilan menjaga stabilitas harga, dan tantangan mempertahankannya di tengah tekanan musiman akhir tahun,” ujar Sri Sultan.

Sri Sultan mengingatkan, menjelang Natal dan Tahun Baru, tekanan inflasi biasanya meningkat karena permintaan komoditas naik sementara pasokan menurun pascapanen. “Jika tidak diantisipasi, gejolak harga bisa menekan daya beli masyarakat,” tegas Sri Sultan.

Sri Sultan berharap forum TPID tidak hanya menjadi ajang koordinasi, tetapi juga wadah memperkuat ekosistem kolaboratif antara kebijakan fiskal, moneter, dan sektor riil. “Kita ingin inflasi terkendali dengan cara yang berkeadilan, yakni harga stabil di pasar, namun petani tetap sejahtera,” tambahnya.

Gubernur DIY ini juga menyebut, pertanian menjadi sektor kunci pengendalian inflasi. Ia menekankan pentingnya peningkatan efisiensi irigasi, penyimpanan, dan transportasi untuk menjaga pasokan tetap stabil. Selain itu, pemerintah daerah juga menyiapkan delapan langkah strategis menjelang akhir tahun, di antaranya memperkuat cadangan pangan daerah, peran BUMD sebagai penggerak ekonomi pangan, dan perluasan akses kredit pertanian.

Upaya lain mencakup kerja sama antar daerah untuk menjaga keseimbangan stok, percepatan hilirisasi produk, dan penguatan digitalisasi pertanian guna memprediksi pola tanam dan permintaan pasar. Perlu juga dilakukan edukasi publik agar masyarakat tidak melakukan pembelian panik serta pengurangan peran perantara agar nilai tambah dapat langsung dinikmati petani.

“Inflasi dapat ditekan, karena tidak ada spekulasi dan distorsi harga di tengah rantai pasok,” ucap Sri Sultan.

Sri Sultan menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak untuk menjaga keseimbangan antara harga konsumen dan kesejahteraan produsen. “Pemerintah, BUMD, Bank Indonesia, Bulog, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat, semua harus melu handarbeni lan hangrukebi, merasa memiliki dan ikut menjaga,”tutup Sri Sultan.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menjelaskan bahwa inflasi DIY masih terkendali meski sedikit meningkat dibanding bulan sebelumnya. Berdasarkan data BPS, IHK DIY pada Oktober 2025 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,42 persen (mtm), naik dari 0,15 persen (mtm) pada September. Secara tahunan, inflasi DIY mencapai 2,90 persen (yoy), lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu (1,57 persen yoy) dan sedikit di atas inflasi nasional.

Kenaikan harga terutama dipicu oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, penyediaan makanan dan minuman/restoran, serta pendidikan. Komoditas utama penyumbang inflasi antara lain emas perhiasan, beras, dan kelapa, sementara bawang putih, cabai rawit, dan kangkung justru mengalami penurunan harga.

“DIY masih menjadi salah satu provinsi dengan inflasi yang relatif rendah di Jawa dan tetap berada dalam koridor target nasional,” ujar Sri Darmadi.

Secara umum, ekonomi DIY tumbuh 5,40 persen (yoy) pada triwulan III 2025, tertinggi di Pulau Jawa meski sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini didukung oleh sektor konstruksi, industri pengolahan, jasa pendidikan, serta akomodasi dan makan-minum. BI menilai sinergi antar sektor tersebut menjadi penopang stabilitas harga di tengah tekanan musiman akhir tahun.

BI DIY juga mendorong keterlibatan lembaga sosial melalui pemanfaatan dana sosial (social fund) komunitas untuk pengendalian inflasi. Skema ini terbukti membantu menstabilkan harga saat panen raya dan menjaga nilai tukar petani, sekaligus menyeimbangkan pasokan antara wilayah surplus dan defisit pangan di DIY.

Dalam jangka panjang, BI merekomendasikan penguatan inovasi pertanian digital dan pengaturan pola tanam berbasis data iklim. Pemanfaatan Internet of Things (IoT) di sektor pangan dinilai dapat meningkatkan efisiensi produksi, sementara sistem resi gudang dan Geoportal Ekonomi DIY membantu memperkuat rantai pasok serta kerja sama antar daerah.

“Upaya menjaga stabilitas harga harus disertai komunikasi publik yang efektif,” tegas Sri Darmadi.

Ia optimistis inflasi DIY akan tetap terkendali hingga akhir tahun, termasuk menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru. Sinergi antara TPID, BUMD, Bulog, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat diyakini menjadi fondasi utama terciptanya stabilitas harga yang berkeadilan bagi semua pihak.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *