Jakarta,REDAKSI17.COM – Investor global melepas aset reksadana saham selama dua minggu berturut-turut pada pekan yang dimaksud mana berakhir 10 April, di dalam area tengah kegelisahan inflasi yang tersebut dimaksud terus berlanjut serta berkurangnya ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve AS pada bulan Juni.
Mengutip laman Reuters, data sektor ekonomi yang tersebut telah lama lama dirilis menunjukkan nilai tukar konsumen AS meningkat tambahan tinggi dari yang mana hal itu diharapkan pada bulan Maret. Hal itu menimbulkan keraguan tambahan lanjut lanjut tentang apakah Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada bulan Juni.
Investor global melepas reksa dana saham global sebesar US$ 2,9 miliar selama seminggu, dengan reksa dana saham AS juga Asia mengalami arus keluar masing-masing sebesar US$ 2,7 miliar serta US$ 1,9 miliar.
Di sisi lain, reksa dana saham Eropa malah mengalami arus modal masuk sebesar US$ 891 juta.
Di antara reksa dana sektoral, para pemodal menarik dana bersih sebesar US$ 708 jt dari sektor teknologi, mematahkan tren pembelian selama 12 minggu.
Sebaliknya, reksa dana saham global miliki arus masuk yang tersebut digunakan kuat sebesar US$ 60 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Hal itu didorong oleh antisipasi penanam modal terhadap penurunan suku bunga Federal Reserve, yang dimaksud meningkatkan daya tarik ekuitas global yang tersebut mana lebih banyak besar berisiko.
Sementara itu, reksadana obligasi global menarik arus masuk yang dimaksud kuat, mengumpulkan US$ 12,8 miliar selama seminggu yang dimaksud hal tersebut didorong oleh meredanya ekspektasi penurunan suku bunga AS dalam waktu dekat.
Kepala pembangunan kegiatan ekonomi UBS Global Wealth Management Mark Haefele sudah pernah terjadi merevisi pandangannya untuk mengantisipasi bahwa the Fed dapat menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin mulai bulan September, bukan Juni.
“Dengan imbal hasil US Treasury 10 tahun pada 4,55% pada penutupan ekuitas AS hari Rabu, kami melihat saat ini adalah waktu yang mana dimaksud menarik untuk mengunci imbal hasil. Kami mempertahankan preferensi kami untuk obligasi berkualitas,” katanya dikutip Jumat (12/4).
Obligasi dolar AS jangka menengah mengalami arus masuk yang digunakan kuat sebesar US$ 2 miliar, sementara obligasi dolar AS jangka pendek pemerintah mengumpulkan US$ 1,3 miliar. Dana partisipasi pinjaman mendapatkan US$ 686,6 juta, sementara dana pemerintah daerah dalam dolar AS mengumpulkan US$ 505 juta.
Di sisi lain, dana obligasi korporasi dalam dolar AS mengalami arus keluar sebesar US$ 1 miliar, kemudian juga dana obligasi dolar imbal hasil tinggi global mengalami penurunan sebesar US$ 473 juta.
Reksadana pasar uang global mengalami arus keluar sebesar US$ 3 miliar, menyusul arus masuk sebesar US$ 105 miliar di dalam area minggu sebelumnya.
Di pasar komoditas, para penanam modal mengedarkan reksadana logam mulia senilai US$ 524 juta, berbalik dari pembelian bersih sebesar US$ 691 jt pada minggu sebelumnya. Di sisi lain, reksadana energi mengalami arus keluar bersih sebesar US$ 76 juta.
Berdasarkan data dari 29.583 reksa dana pasar negara berkembang (emerging market/EM) menunjukkan penurunan pembelian reksa dana obligasi EM, dengan pemodal belaka sekali membeli US$ 597 jt dibandingkan dengan US$ 1,67 miliar pada minggu sebelumnya.
Selain itu, dia berjualan US$ 1,7 miliar reksa dana ekuitas negara berkembang selama minggu yang digunakan hal itu berakhir 10 April, total terbesar dalam lima minggu.