Jakarta,REDAKSI17.COM – Pertempuran sengit terjadi di area tempat sebagian besar wilayah utara Gaza yang dimaksud itu hancur pada Minggu (12/5/2024), dengan pengeboman besar-besaran lalu serangan udara dilaporkan ketika pasukan Israel menyerang militan Hamas dalam daerah yang tersebut hal itu sudah pernah terjadi berulang kali terjadi pertempuran.
Para analis menilai bentrokan baru ini menggarisbawahi kegagalan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengamankan sebagian besar wilayah tersebut, setelah operasi militer yang digunakan menyebabkan kehancuran besar-besaran, menyebabkan sekitar 2 jt orang mengungsi serta kematian sekitar 35.000 orang, sebagian besar perempuan juga anak-anak.
Bentrokan juga dilaporkan terjadi pada selatan Gaza, dalam mana puluhan ribu orang meninggalkan kota Rafah pada Minggu, menyusul pengeboman lalu juga peringatan dari IDF untuk membersihkan lingkungan tengah juga timur sebelum serangan yang tersebut yang direncanakan.
Pejabat bantuan dalam sana yakin jumlah keseluruhan agregat total orang yang digunakan sudah terjadi meninggalkan kota itu mungkin sekitar 350.000 orang.
“Jalanan yang mana dulunya dipenuhi [orang] yang tersebut digunakan tinggal dalam dalam tenda-tenda darurat, sebagian besar tenda-tenda yang digunakan sudah dibongkar lalu orang-orang mengungsi. Area dalam tempat sekitar gedung PBB [di pusat kota] tidaklah dapat dikenali… semua orang yang mana mana mencari perlindungan dalam sana sudah pernah melarikan diri,” kata James Smith, manusia petugas medis Inggris yang tersebut dimaksud saat ini berada di area dalam Rafah, dilansir The Guardian.
Di utara, para pejabat militer Israel mengatakan pasukan beroperasi dalam kamp Jabaliya lalu Zeitoun, sebelah timur Kota Gaza, serta dalam area ujung utara wilayah yang mana pada dalam Beit Hanoun kemudian Beit Lahiya.
Hamas, yang dimaksud mana merebut kekuasaan pada Gaza pada 2007, telah terjadi terjadi mampu menerapkan kembali otoritasnya dalam area banyak wilayah di dalam tempat wilayah itu dalam beberapa bulan terakhir, mengendalikan pasar, menjalankan pengadilan Islam, juga mengintimidasi lawan-lawannya. Militan sudah pernah menggunakan sisa terowongan untuk menyergap pasukan Israel serta terus menembakkan roket ke Israel.
“Kami mengidentifikasi upaya Hamas dalam beberapa minggu terakhir untuk merehabilitasi kemampuan militernya pada Jabaliya. Kami beroperasi dalam dalam sana untuk menghilangkan upaya-upaya tersebut,” kata Laksamana Daniel Hagari, juru bicara militer Israel.
Upaya Israel sebelumnya untuk menghentikan Hamas membangun kembali pasukannya pada dalam Zeitoun terjadi pada Maret.
Para saksi mata menggambarkan serangan udara lalu tembakan artileri yang tersebut hal itu hampir terus menerus terjadi.
“Bombardir dari udara juga darat belum berhenti sejak kemarin, dia melakukan pengeboman dimana-mana, termasuk dalam dekat sekolah yang yang disebut menampung warga yang dimaksud digunakan kehilangan tempat tinggal. Perang dimulai kembali, beginilah kelihatannya,” kata Saed, warga Jabaliya.
Abdel-Kareem Radwan, manusia warga Palestina berusia 48 tahun di dalam area Jabaliya menggambarkan pemboman yang dimaksud hal itu intens lalu terus-menerus sejak tengah hari Sabtu sebagai “kegilaan”.
Ribuan orang mencari transportasi langka serta mahal untuk menghindari pertempuran, dengan pemandangan kacau dalam jalan-jalan yang dimaksud dimaksud padat.
Hagari juga mengatakan bahwa pasukan Israel yang tersebut beroperasi pada dalam Zeitoun, sudah membunuh sekitar 30 militan Palestina. Belum ada konfirmasi independen mengenai klaim tersebut, maupun laporan dari pejabat kesehatan setempat mengenai banyaknya korban sipil.
Tarik Pasukan
Karena alasan ekonomi, urusan urusan politik dalam negeri, juga diplomatik, Israel telah lama lama menarik sebagian besar pasukannya dari Gaza, namun tetap menempatkan pasukannya yang tersebut kuat dalam tempat sepanjang jalan baru yang mana dibangun pasukannya untuk membagi dua wilayah pada dalam selatan Kota Gaza.
Media Israel semakin kritis terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu oleh sebab itu gagal menguraikan proposal praktis untuk pemerintahan baru pada Gaza. Hal ini sudah meninggalkan kekosongan keamanan yang mana mana anarkis yang digunakan hal tersebut membantu Hamas mendapatkan kembali kekuasaannya atas sebagian wilayah kemudian penduduknya.
Yedioth Ahronoth, melaporkan pada hari Minggu bahwa para pejabat militer Israel sudah pernah menuntut perdana menteri untuk menghasilkan keputusan tentang “hari setelahnya” di area tempat Gaza.
Ben Caspit, manusia kolumnis, mengatakan Israel “akan terus membayar nilai dengan darah, keringat lalu banyak air mata sehingga kita tiada akan pernah mampu belaka mencapai apapun…. dikarenakan rezim Hamas bukan dapat digulingkan tanpa menyiapkan alternatif pengganti rezim tersebut.”
Adapun lebih banyak banyak dari 270 tentara Israel tewas dalam serangan yang mana sejauh ini.
Ada pula keresahan mengenai dampak diplomasi yang dimaksud harus dibayar oleh Israel, meskipun janji Netanyahu baru-baru ini bahwa negaranya akan “berdiri sendiri” jika perlu diterima oleh banyak warga Yahudi Israel kemudian dukungan terhadap perang hal yang disebut masih kuat.
Peringatan Mesir
Serangan Israel di dalam area Rafah juga mendapat peringatan dari Mesir, pada dalam mana para pejabat mengatakan hal itu membahayakan perjanjian perdamaian negara yang mana yang dimaksud sudah pernah lama berusia puluhan tahun dengan Israel dalam bahaya.
Pada Minggu malam, Kairo mengatakan pihaknya bermaksud untuk secara resmi bergabung dalam kasus Afrika Selatan melawan Israel dalam pengadilan internasional.
Perang dimulai ketika Hamas menyerang Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, lalu menyandera 250 orang lainnya. Mereka masih menahan sekitar 100 tawanan dan juga juga lebih lanjut banyak dari 30 lainnya, serta pembicaraan yang dimediasi secara internasional mengenai gencatan senjata juga pembebasan sandera tampaknya terhenti.
Netanyahu mengatakan Rafah adalah benteng terakhir Hamas, lalu bahwa Israel belaka dapat mencapai tujuan perang dengan membunuh militan kemudian juga pemimpin di dalam dalam kota tersebut, menegaskan tidak ada ada ada ancaman lebih lanjut banyak lanjut terhadap Israel dari Gaza serta memulangkan sandera.
Masuknya Israel ke Rafah sudah memicu kemarahan global serta memperburuk hubungan dengan AS, sekutu setia Israel.
Volker Turk, komisaris tinggi PBB untuk hak asasi manusia, mengatakan bahwa serangan besar-besaran Israel terhadap Rafah “tidak dapat terjadi”, juga menegaskan bahwa serangan hal hal itu tak dapat diselaraskan dengan hukum internasional.
“Perintah evakuasi terbaru ini berdampak pada hampir satu jt orang dalam tempat Rafah. Jadi kemana merekan itu harus pergi sekarang? Tidak ada tempat yang digunakan aman dalam Gaza! Orang-orang yang digunakan mana kelelahan kemudian kelaparan ini, banyak pada area antaranya telah dilakukan lama mengungsi berkali-kali, bukan mempunyai pilihan yang yang baik.”
Israel sudah memerintahkan merekan itu yang digunakan mana melarikan diri dari pertempuran baru pada utara serta Rafah untuk menuju ke “zona kemanusiaan” yang digunakan dimaksud ditetapkan dalam sepanjang garis pantai. Namun wilayah itu sudah penuh dengan pengungsi dalam total agregat besar juga mempunyai ketersediaan air, sanitasi, prasarana kesehatan, atau makanan yang mana itu terbatas.