Home / Ekobis / Jadi Sorotan Skandal Korupsi, Keuangan PT Timah Rugi Rp 449 M

Jadi Sorotan Skandal Korupsi, Keuangan PT Timah Rugi Rp 449 M

Jadi Sorotan Skandal Korupsi, Keuangan PT Timah Rugi Rp 449 M

Jakarta,REDAKSI17.COM – PT Timah Tbk (TINS) telah  lama merilis kinerja keuangannya. Sayangnya hasil dari laporan keuangan itu justru buruk, oleh sebab itu TINS justru membalikkan laba menjadi kerugian pada tahun 2023. Hal ini memacu sentiment negatif dalam tengah kasus dugaan korupsi yang digunakan dimaksud tata niaga komoditas timah wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk (TINS) tahun 2015-2022.

PT Timah Tbk (TINS) membukukan kerugian per 31 Desember 2023 sebesar Rp449,67 miliar, dibandingkan pada tahun 2022 justru membukukan laba sebesar Rp1,041 triliun.

Kerugian Perseroan didorong dari anjloknya pendapatan per 31 Desember 2023 sebesar 32,89% menjadi Rp8,39 triliun, dibandingkan periode tahun yang dimaksud dimaksud identik sebelumnya sebesar Rp12,5 triliun.

Beban pokok pendapatan Perseroan per 31 Desember 2023 turun sebesar 20,57% sejalan dengan turunnya pendapatan. Namun anjloknya pendapatan menciptakan margin Perseroan turun drastic, tercatat margin per 31 Desember 2023 menjadi 5,6%, lebih banyak banyak kecil dibandingkan pada periode tahun lalu sebesar 20,2%.

Jika melihat dari rincian pendapatan Perseroan, hamper semua segmen pendapatan Perseroan mengalami penurunan, terutama segmen logam timah yang yang disebut mempunyai kontribusi terbesar dengan turun 40,8%.

Selain itu, total aset Perseroan per 31 Desember 2023 turun menjadi Rp12,85 triliun, dibandingkan periode yang mana sejenis tahun sebelumnya sebesar Rp13,06 triliun. Hal ini disebabkan turunnya aset lancar serta tiada lancar Perseroan.

Dari sisi liabilitas, hutang Perseroan per 31 Desember 2023 mengalami kenaikan menjadi Rp6,61 triliun, dibandingkan periode yang dimaksud serupa tahun sebelumnya sebesar Rp6,02 triliun. Hal ini didorong dari kenaikan utang jangka pendek per 31 Desember 2023 menjadi Rp3,98 triliun, dibandingkan periode yang tersebut mana sejenis tahun sebelumnya sebesar Rp2,54 triliun. Terdapat peningkatan pinjaman bank jangka pendek per 31 Desember 2023 menjadi Rp1,25 triliun, hal inilah menjadi salah satu faktor kenaikan hutang jangka pendek.

Dari sisi ekuitas, terdapat peningkatan modal Perseroan per 31 Desember 2023 menjadi Rp6,24 triliun, dibandingkan periode yang tersebut sebanding tahun sebelumnya sebesar Rp7,04 triliun.

Meskipun Perseroan mencatatkan kerugian, namun arus kas Perseroan masih berada pada area positif dengan membukukan kenaikan bersih kas juga setara kas per 31 Desember 2023 menjadi Rp323,71 miliar.

Secara kinerja operasi, Perseroan mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau 74% pada akhir tahun 2023 dibandingkan periode yang tersebut digunakan sebanding tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton.

Adapun produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau 77% dibandingkan periode yang mana sebanding tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton,serta perdagangan logam timah sebesar 14.385 metrik ton atau 69% dibandingkan periode yang tersebut digunakan sejenis tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton.

Kemudian, nilai jual rerata logam timah sebesar US$26.583 per metrik ton atau lebih lanjut lanjut rendah 84% dibandingkan periode yang hal itu sejenis tahun sebelumnya sebesar US$31.474 per metrik ton. Sampai dengan akhir tahun 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92% dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17%, Korea Selatan 13%, Belanda 11%, India 9%, Taiwan 9% juga Amerika Serikat 8%.

Perseroan sendiri mengatakan dalam pernyataan resmi dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, bahwa lambatnya pemulihan perekonomian global lalu domestik, serta tekanan biaya jual logam timah dunia pada tahun 2023 akibat penguatan mata uang AS serta lemahnya permintaan timah dikarenakan tingginya persediaan LME berdampak pada menurunnya ekspor timah Indonesia sejak tahun 2022 sampai dengan saat ini.

Selain itu, penambangan timah tanpa izin yang digunakan digunakan terjadi dalam Bangka Belitung akibat tata kelola pertimahan yang tersebut yang disebut belum membaik, berdampak negatif pada perusahaan pertimahan dalam Indonesia khususnya Perseroan.

CNBC Indonesia Research

redaksi17.com

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *