Yogyakarta (08/12/2024) REDAKSI17.COM – Gelaran Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) sukses digelar, dengan menghadirkan 180 film dari 25 negara. Mengangkat tema ‘Metanoia’ menggambarkan transformasi berkelanjutan sinema asia dalam mencapai keunggulan, di tengah berbagai tantangan global.
JAFF edisi ke-19 ini dikunjungi lebih dari 24.000 penikmat film, sejak dibuka dari 30 November hingga 7 Desember 2024 di Empire XXI, Yogyakarta. Sejumlah kolaborasi untuk meningkatkan apresiasi terhadap sinema pun terus dilakukan. Berbagai program menarik JAFF seperti Nocturnal, penayangan midnight show, dan cinematic concert berhasil menarik minat para penonton.
Tidak hanya itu, JAFF pun mempertahankan karakter inklusifnya melalui program Bioskop Bisik, yang memberikan akses bagi teman-teman disabilitas (buta dan tuli) agar dapat menikmati festival. Selain itu, adapun Program Layar Anak Indonesia yang melibatkan banyak anak dan keluarga menjadi daya tarik tersendiri.
Dalam perhelatan JAFF tahun ini, turut menghadirkan hal baru yang sebelumnya belum pernah dilaksanakan, yaitu JAFF Market. JAFF Market menjadi pasar film pertama dan terbesar di Indonesia. Hal ini juga disambut baik oleh para pelaku industri film Indonesia dan mendapat antusiasme yang luar biasa dari masyarakat.
Garin Nugroho, selaku Founder JAFF mengatakan, perhelatan JAFF tahun ini menjadi salah satu yang spesial karena adanya JAFF Market pada edisi ke-19 ini. “Hal ini mendapat banyak pujian dari berbagai negara, karena yang ikut cukup banyak dan itu dari berbagai negara. Ini menjadi eksibisi yang terbesar di Indonesia maupun di Asia Tenggara”, ucapnya saat ditemui pada Sabtu (07/12) di Empire XXI Yogyakarta.
Perhelatan JAFF Market ini pun sukses dengan menarik 6.723 pengunjung yang hadir dari 18 negara, untuk pertama kalinya merasakan atmosfer pasar film Indonesia yang luar biasa. Capaian ini tentu bukan hanya sebuah kebanggaan bagi industri perfilman Indonesia, tetapi juga menjadi pencapaian besar bagi Indonesia di kancah Internasional.
“Tingkat partisipasi masyarakat juga sangat luar biasa. Menjadikan orang-orang mengerti tentang ekosistem film. Ini juga memberikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk melihat ekosistem film, mulai dari pra-produksi, produksi, sampai post-produksi, kamera, poster, workshop acting, skenario dan sebagainya,” ungkap Garin.
Menurut Garin, ini menjadi suatu era baru bagi JAFF, yang salah satunya memiliki tujuan untuk menjadikan Jogja sebagai kota sinema (city of cinema). “Kedepan, langkah berikutnya yang akan kita ambil adalah membangun market, yang nantinya akan menuju pada market Asia. Ini kan menjadi salah satu puncak perfilman indonesia ya, tentu harapannya kemajuan industri perfilman harus terus dikelola”, imbuhnya.
Humas Pemda DIY