Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Perbaikan Jembatan Kewek di Kota Yogyakarta membutuhkan anggaran mencapai Rp 19 miliar. Angka ini mencakup keseluruhan struktur, termasuk penambahan penyangga yang memerlukan biaya sekitar Rp 6 miliar.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X secara intensif mendorong agar kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meskipun anggaran perbaikan total masih menanti kepastian dari pusat, Sri Sultan memastikan bahwa Pemerintah DIY tidak tinggal diam. Langkah cepat telah diambil untuk melakukan perbaikan darurat guna menjamin keamanan pengguna jalan.
Sri Sultan menyoroti curah hujan tinggi yang menyebabkan penurunan permukaan tanah di sekitar jembatan. Oleh karena itu, langkah awal yang segera dilakukan adalah upaya penstabilan untuk mencegah kerusakan yang lebih parah atau penurunan struktur jembatan.
“Ya, ini kan masalahnya kan ada tahapan. Semua kan pakai dasar anggaran. Untuk sementara, untuk antisipasi diperbaiki dalam konteks untuk tidak membahayakan untuk kemungkinan tanah longsor. Ya kan? Atau makin turun. Karena banyak yang turun karena banyak hujan,” jelas Sri Sultan pada Kamus (04/12) di Kantor Walikota Yogyakarta.
Langkah stabilisasi darurat ini akan didahulukan, sembari menunggu kejelasan anggaran dan hasil studi teknis lebih lanjut. “Sehingga itu yang akan dilakukan lebih dulu, sambil menunggu masalah hitungan studi dulu maupun anggarannya,” tambah Sri Sultan.
Sri Sultan optimistis bahwa pengajuan pembiayaan dari daerah telah rampung dan kini hanya menanti proses dari pemerintah pusat. “Tapi kita kan sudah bisa menyelesaikan sampai pembiayaan. Kami minta APBN departemen itu bisa membiayainya. Tapi bagaimanapun kan juga sama saja. Mereka juga proses APBN,” tutup Sri Sultan.
Senada dengan Sri Sultan, Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menyebut bahw kondisi Jembatan Kewek saat ini sudah kritis. “Jembatan Kewek itu kita harus segera berbuat. Yang sekarang itu kan Jembatan Kewek ini patah, di ujungnya ada patah, geser 3, terbuka 3 cm, turun 10 cm, sampai di bawahnya itu juga anjlok). Kekuatannya tinggal antara 20–30%,” papar Hasto.
Melihat kondisi tersebut, Hasto menyebut bahwa Sri Sultan HB X telah mengarahkan agar jembatan yang telah berusia 101 tahun ini dibongkar total. “Ngarsa Dalem sudah mengarahkan, karena ini sudah umurnya 101 tahun, sudah dianggap rusak total sehingga kita bongkar secara keseluruhan,” kata Hasto.
komunikasi intensif dengan Kementerian PU Pusat membuahkan hasil. Hasto bersyukur bahwa dana yang dibutuhkan telah disanggupi.
Ia menjelaskan, usulan anggaran sebesar Rp 19 miliar yang dibutuhkan untuk revitalisasi Jembatan Kewek telah disanggupi oleh Kementerian PU Pusat. Anggaran ini direncanakan untuk dialokasikan dan diakusisi oleh APBN pada tahun 2026, sesuai dengan harapan dan arahan dari Gubernur DIY.
Sebelum pembongkaran total pada 2026, Pemerintah Kota Yogyakarta akan segera melakukan tindakan cepat jangka pendek. Terutama untuk menghadapi momen libur Natal dan Tahun Baru.
“Jangka pendek kita bertindak cepat dalam mengatasi kondisi sementara, salah satunya adalah menutup sebagian,” jelas Hasto.
Jembatan Kewek hanya boleh dilewati kendaraan kecil, sementara kendaraan berat seperti bus dan truk sama sekali tidak diperbolehkan melintas. Meskipun harus dibongkar total, Wali Kota Hasto menegaskan bahwa nilai sejarah Jembatan Kewek wajib dipertahankan. Untuk mengenang sejarah tersebut, Pemkot Yogyakarta akan mendokumentasikan jembatan secara menyeluruh, membuat narasi, dan meninggalkan sebagian kecil sebagai penanda yang menjadi bagian dari sejarah panjang Jembatan Kewek.
“Satu catatan bahwa Jembatan Kewek ini kan ada nilai historis yang harus dipertahankan. Meskipun fasadnya itu bukan heritage, tetapi sejarah menunjukkan bahwa pada saat peresmian Jembatan Kewek ini adalah jembatan yang dicreate, didesign oleh Ngarsa Dalem VIII,” tutupnya.
Humas Pemda DIY


