TES DNA adalah salah satu cara paling akurat untuk memverifikasi hubungan biologis antar individu. Proses ini dilakukan dengan mengumpulkan dan menganalisis sampel DNA untuk membandingkan penanda genetik antara dua atau lebih orang.
Tergantung pada tujuan dan kebutuhan, berbagai jenis tes DNA tersedia, masing-masing memiliki prosedur yang berbeda dan digunakan untuk kepentingan yang bervariasi, baik dalam konteks pribadi maupun hukum. Dilansir dari berbagai situs antara lain Alpha Bio Labs, Ancestry, dan Celeveland Clinic, berikut ini adalah beberapa jenis tes DNA yang umum dilakukan.
1. Tes Paternitas (Paternity Testing)
Tes paternitas adalah tes DNA atau tes genetik yang paling sering dilakukan untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Prosedur tes ini biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel DNA melalui swab pipi dari ayah yang diduga dan anak yang ingin diuji.
Sampel tersebut kemudian dianalisis di laboratorium untuk memverifikasi adanya kecocokan penanda genetik antara keduanya. Tes ini dapat dilakukan pada individu dari berbagai usia, termasuk bayi baru lahir, dan dapat memberikan hasil yang jelas tentang hubungan biologis antara keduanya.
2. Tes Maternitas (Maternity Testing)
Tes maternitas digunakan untuk mengonfirmasi hubungan biologis antara seorang ibu dan anak. Prosedur pengumpulan sampel sama dengan tes paternitas, yaitu melalui swab pipi yang diambil dari ibu dan anak.
Tes ini umumnya dilakukan untuk memverifikasi keaslian hubungan biologis antara ibu dan anak, terutama dalam kasus-kasus khusus seperti ketika seorang anak dilahirkan melalui prosedur IVF (in vitro fertilization), ketika anak yang diadopsi ingin mencari ibu kandungnya, atau untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam pertukaran bayi di rumah sakit.
3. Tes Paternitas Prenatal (Prenatal Paternity Testing)
Tes paternitas prenatal atau yang lebih dikenal dengan istilah Non-Invasive Prenatal Paternity (NIPP) Test, memungkinkan calon ibu untuk mengetahui siapa ayah biologis anak yang dikandungnya bahkan sebelum bayi lahir. Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel darah dari ibu dan swab pipi dari ayah yang diduga, yang selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kecocokan DNA. Tes ini sepenuhnya aman dan tidak berisiko bagi ibu atau bayi, dan dapat dilakukan sejak kehamilan memasuki usia 7 minggu. Hasil tes ini dapat memberikan kepastian mengenai ayah biologis anak tanpa perlu menunggu kelahiran.
4. Tes Jenis Kelamin Bayi (Baby Gender Testing)
Tes jenis kelamin bayi adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah bayi yang sedang dikandung adalah laki-laki atau perempuan. Tes ini hanya membutuhkan sampel darah dari ibu dan dapat dilakukan sejak kehamilan berusia minimal 6 minggu. Tes ini bekerja dengan menganalisis keberadaan kromosom Y dalam darah ibu. Apabila kromosom Y terdeteksi, maka bayi dipastikan laki-laki. Sebaliknya, jika kromosom Y tidak terdeteksi, bayi dipastikan perempuan.
5. Tes Zigositas Kembar (Twin Zygosity Testing)
Tes zigositas dilakukan untuk mengetahui apakah kembar identik (monozigot) atau tidak identik (dizigot). Kembar identik berasal dari satu telur yang dibuahi dan kemudian membelah menjadi dua embrio terpisah, sehingga memiliki DNA yang sangat mirip. Sebaliknya, kembar tidak identik berasal dari dua telur yang dibuahi terpisah dan hanya berbagi sebagian DNA, seperti halnya saudara kandung dari kelahiran yang berbeda. T
es ini dilakukan dengan mengambil swab pipi dari masing-masing individu yang terlibat dan membandingkan profil DNA mereka.
6. Tes DNA Saudara (Sibling DNA Testing)
Tes DNA saudara digunakan untuk menentukan apakah dua atau lebih individu adalah saudara kandung penuh atau setengah saudara. Jika kedua individu memiliki orang tua biologis yang sama, maka mereka dianggap sebagai saudara kandung penuh. Sebaliknya, jika mereka hanya berbagi satu orang tua, maka mereka adalah saudara tiri.
Proses tes ini melibatkan pengambilan sampel DNA melalui swab pipi dari masing-masing individu yang terlibat, dan hasilnya dapat mengungkapkan apakah mereka benar-benar memiliki hubungan saudara kandung penuh atau setengah saudara.
7. Tes DNA Kakek-Nenek (Grandparent DNA Testing)
Tes ini digunakan untuk membuktikan hubungan biologis antara seorang anak dan kakek atau nenek dari pihak ayah atau ibu. Tes DNA ini sering digunakan ketika orang tua biologis anak tidak dapat diuji, misalnya karena sudah meninggal atau tidak dapat ditemukan.
Dalam tes ini, pengambilan sampel dilakukan pada kakek atau nenek yang tersedia, dan analisis DNA dilakukan untuk mengidentifikasi apakah ada kecocokan penanda genetik antara anak dan kakek/nenek yang diuji.
8. Tes DNA Paman/Bibi (Aunt and Uncle DNA Testing)
Tes DNA paman atau bibi (avuncular test) digunakan untuk menentukan hubungan biologis antara anak dan paman atau bibinya. Tes ini sangat berguna ketika orang tua biologis anak tidak dapat diuji karena alasan tertentu, seperti kematian atau ketidakhadiran. Dalam tes ini, paman atau bibi yang diuji harus merupakan saudara kandung penuh dari orang tua anak, untuk memastikan hasil yang lebih akurat.
9. Tes Profil Genetik Tunggal (Single Genetic Profile Testing)
Tes profil genetik tunggal memungkinkan individu untuk mendapatkan salinan lengkap profil genetik mereka, yang dapat digunakan untuk keperluan identifikasi di masa depan. Tes ini sering diminta oleh individu yang bekerja di bidang berisiko tinggi atau mereka yang ingin memastikan bahwa profil genetik mereka tersedia jika dibutuhkan di masa depan.
Sampel DNA untuk tes ini biasanya diambil dengan swab pipi dan hasilnya dapat disimpan untuk keperluan identifikasi pribadi.
10. Tes Kromosom Y (Y Chromosome Testing)
Tes kromosom Y digunakan untuk memverifikasi hubungan antara individu pria dalam garis keturunan paternal. Karena kromosom Y hanya diturunkan dari ayah ke anak laki-laki, tes ini berguna untuk memastikan apakah dua pria berbagi garis keturunan paternal yang sama. Tes ini tidak dapat menentukan hubungan spesifik seperti ayah dan anak, tetapi hanya dapat menunjukkan bahwa dua pria memiliki hubungan dalam garis keturunan paternal.
11. Tes Viabilitas DNA (Viability DNA Testing)
Tes viabilitas DNA dilakukan ketika sampel swab pipi tidak dapat diperoleh, misalnya karena individu yang ingin diuji tidak tersedia. Dalam tes ini, sampel DNA dapat diambil dari sumber alternatif seperti sikat gigi bekas atau potongan kuku. Tes ini umumnya digunakan dalam situasi di mana perlu dilakukan uji hubungan biologis dengan cara yang lebih diskrit, seperti pada anak-anak atau individu yang telah meninggal.





